Jatengkita.id – Komedian atau pelawak merupakan orang yang menghibur penonton dengan benyolan atau tingkah mereka yang mengundang gelak tawa. Berikut grup komedian legendaris Indonesia yang jaya pada masanya!
Tergantung si pelawak namun sering kali penyajian lawakan yang ditampilkan tidak semua orang mampu menangkapnya menjadi sesuatu yang mampu ditertawakan bersama.
Sering kali ada lawakan yang lucu tapi mulai menyakiti pribadi seseorang, permasalahan seperti ini dikarenakan esensi melawak bukan lagi menghibur atau menebar tawa. Kini, melawak menjadi sesuatu yang menimbulkan murka yang seharusnya bisa menjadi sesuatu yang humor malah menjadi horor.
Pelawak yang mengerti esensi dari melawak itu pasti paham dengan kondisi psikologi seseorang ketika ingin melawak, kecerdasan sosial menjadi penentu bagi setiap pelawak ketika ingin melawak.
Di Indonesia bentuk lawak yang paling terkenal adalah grup lawak, yang merupakan gabungan beberapa pelawak dan mementaskan suatu cerita.
Masing-masing memerankan satu karakter dan kelucuan yang terjadi berasal dari interaksi antar karakter-karakter ini.
Dengan adanya perkembangan zaman, banyak anak muda yang mungkin tidak mengenal para pelawak legendarin Indonesia yang pernah mengisi layar kaca. Maka dari itu, berikut ini merupakan lima grup comedian legendaris Indonesia.
- Srimulat
Srimulat adalah kelompok lawak Indonesia yang didirikan oleh Teguh Slamet Rahardjo di Surakarta pada tahun 1950. Nama Srimulat sendiri diambil dari nama istri Teguh pada saat itu.
Dalam perkembangannya, kelompok Srimulat kemudian mendirikan cabang-cabang seperti di Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta.
Srimulat memiliki gaya humor yang khas Indonesia, seringkali mengangkat tema-tema lokal dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Pertunjukan Srimulat umumnya berlangsung dalam format panggung dengan sketsa-sketse komedi, musik, tarian, dan interaksi langsung dengan penonton.
Hal utama yang dijual dalam pementasan mereka, selain materi yang lucu, adalah kekhasan para pemainnya. Itu merupakan syarat mutlak yang ditekankan oleh Teguh saat merekrut para calon anggotanya.
Ciri khas yang dimaksud ada beberapa corak, di antaranya adalah penampilan, gaya bicara, dan kalimat-kalimat yang menjadi trade mark seorang pemain.
Sebut saja Asmuni dengan kalimat “Hil yang mustahal” dan “Tunjep poin” (maksudnya hal yang mustahil dan to the point) sudah sangat melekat padanya. Atau ketika Timbul yang akan membuat penonton tertawa tatkala ia mengucapkan “Akan tetapi” dan “Justeru”.
Pelawak lain seperti Mamiek Prakoso terkenal dengan kalimat “Mak bedunduk”, dan “Mak jegagik” (sekonyong-konyong, tiba-tiba).
Lain lagi dengan Tarzan yang selalu berpenampilan rapi ala militer. Lelaki berperawakan tinggi besar ini kalau melucu memang jarang ikut tertawa, tidak seperti Nunung dan Basuki.
Penonton juga pasti akan langsung mengenali sosok Tessy (Kabul) dengan dandanan khasnya. Sementara tokoh Pak Bendot akan menjadi lelucon ketika ‘disia-siakan’ oleh lawan mainnya.
Untuk Gogon, di luar gaya rambut mohawk-nya, ia mempunyai sikap berdiri yang khas sambil melipat tangan serta cara duduknya yang selalu melorot.
- Kwartet Jaya
Kwartet Jaya adalah sebuah grup lawak yang merajai pementasan pada era 70an.
Dibentuk oleh Bing Slamet pada tahun 1967 bersama Eddy Sudihardjo (Eddy Sud), Kho Tjeng Lie (Ateng) dan Iskak Darmo Suwiryo (Iskak).
Sepeninggal Bing Slamet pada tahun 1974, Kwartet Jaya akhirnya bubar. Kendati telah berpisah, ketiga personelnya terkadang masih sering mentas bersama.
Ateng dan Iskak tetap menekuni dunia komedi hingga akhir hidupnya.
Duo pelawak terkenal ini bermain di televisi nasional sebagai Petruk dan Bagong dalam acara Ria Jenaka tahun 1990-an.
Eddy Sud sempat banting stir dengan menjadi produser untuk sejumlah acara musik di televisi. Salah satu yang fenomenal adalah acara musik Aneka Ria Safari.
Kini, semua personel Kwartet Jaya telah meninggal dunia. Bing Slamet tahun 1974, Iskak tahun 2000, Ateng tahun 2003 dan Eddy Sud tahun 2005.
- Bagio CS
Bagio CS merupakan kelompok lawak yang beranggotakan Bagio itu sendiri, ditemani Darto helm, Diran, dan Sol Saleh. Bagio Cs ini mendapat tempat di hati publik sekitar tahun 1970-an hingga 1980-an.
Grup Bagio sendiri sempat merasakan bangku kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, namun tidak selesai karena ia ingin memusatkan perhatian pada karier melawak.
Grup lawak ini, selain muncul di televisi dan film, juga aktif di berbagai panggung dan rekaman lawak, kadang berkolaborasi bersama Eddy Sud. Bagio biasanya memerankan tokoh yang kagetan dan latah dengan kata-kata “Eh, copot.. copot!”.
- Warkop DKI
Warung Kopi, lebih dikenal dengan singkatan Warkop (sebelumnya dikenal juga dengan nama Warkop Prambors dan Warkop DKI).
Grup lawak asal Indonesia ini dibentuk oleh Nanu (Nanu Moeljono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro).
Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta.
Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors.
Dari ketiga personel utama Warkop DKI, saat ini hanya Indro yang masih tersisa. Kasino meninggal dunia tahun 1997 karena tumor otak, dan Dono menyusul di tahun 2001 karena penyakit kanker yang diderita.
Meskipun telah berpuluh tahun sejak mereka aktif, Warkop DKI tetap dikenang sebagai salah satu ikon komedi Indonesia yang telah meninggalkan jejak khas dalam sejarah hiburan tanah air.
- Bagito
Bagito merupakan grup lawak yang memiliki honor fantastis untuk ukuran era tahun 90-an. Tak tanggung-tanggung bayaran mereka mencapai 1 milyar rupiah.
Harga ini bisa dimaklumi karena Bagito Show memperoleh rating cukup tinggi dan bertahan cukup lama di layar kaca.
Bagito beranggotakan tiga orang, yaitu Miing (Dedi Gumelar), Didin (Didin Pinasti) dan Unang (Hadi Wibowo) membawa grup ini menjadi grup lawak termahal Indonesia.
Grup lawak ini berawal dari Radio Suara Kejayaan, radio sumber pelawak. Banyak pelawak lain yang besar dari radio tersebut, seperti Patrio, Ulfa Dwiyanti, Komeng, hingga mendiang Taufik savalas.