8 Bioskop Generasi Pertama di Indonesia, Satu di Magelang

Kresna, Bioskop Generasi Pertama di Jateng
Bioskop Kresna - Magelang

Jatengkita.id – Menonton film merupakan aktivitas yang digemari masyarakat dari berbagai kalangan dan juga rentang usia. Menonton film lebih puas ditonton di layar lebar atau di bioskop. Bicara tentang bioskop, berikut bioskop generasi pertama yang ada di Indonesia.

Di era teknologi saat ini menonton film lebih mudah dilakukan bermodalkan Handphone, laptop atau smart TV. Namun, rasanya masih tetap berbeda dengan pengalaman menonton film di bioskop. Menonton film di bioskop menawarkan hiburan yang berbeda dan daya tarik tersendiri.

Bioskop merupakan fasilitas atau tempat di mana orang dapat menonton film secara umum. Istilah ini biasanya merujuk kepada gedung atau tempat khusus yang dilengkapi dengan layar proyeksi, sistem audio, dan kursi untuk penonton.

Bioskop adalah tempat di mana film-film dari berbagai genre dan jenis diputar untuk dinikmati oleh penonton. Proses menonton film di bioskop biasanya melibatkan pembelian tiket masuk, dan penonton duduk di dalam auditorium untuk menyaksikan film yang diputar di layar besar.

Bioskop juga bisa menyediakan fasilitas tambahan seperti tempat penjualan makanan ringan, minuman, dan fasilitas lainnya untuk kenyamanan penonton. Bioskop bisa menjadi tempat hiburan yang populer di banyak tempat di seluruh dunia.

Selain itu, dengan perkembangan teknologi, bioskop juga terus beradaptasi dengan inovasi seperti proyeksi digital, teknologi suara canggih, dan pengalaman menonton yang lebih imersif.

Berikut deretan bioskop generasi pertama yang ada di Indonesia.

  1. Bioskop Talbot Tanah Abang

Bioskop pertama di Indonesia berdiri pada Desember 1900, di Jl Tanah Abang I, Jakarta Pusat, karcis kelas I, harganya dua gulden (perak) dan harga karcis kelas II setengah perak. Bioskop zaman dulu bermula di sekitar Lapangan Gambir (kini Monas).

Bangunan bioskop masa itu menyerupai bangsal dengan dinding dari gedek dan beratapkan kaleng/seng. Setelah selesai pemutaran film, bioskop itu kemudian dibawa keliling ke kota yang lain. Bioskop ini di kenal dengan nama Talbot (nama dari pengusaha bioskop tersebut).

  1. Bioskop Megaria

Pada tahun 1951 bioskop yang diberi nama Bioscoop Metropool mulai beroprasi. Bioskop ini berada di persimpangan Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Pegangsaan Timur dan Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.

Masa kejayaan dari bioskop ini yaitu pada tahun 1951-1969 dengan kapasitas tempat duduk mencapai seribu.

Bioskop ini juga pernah menanyangkan film Amerika dari Metro Goldwyn Mayer seperti “ Annie Get Your Gun”, “ War and Peace”, dan “Gone with The Wind”.

  1. Bioskop de Majestic

Bioskop Majestic didirikan dengan tujuan untuk mengiringi tumbuhnya kawasan Braga sebagai pusat aktivitas belanja bagi kaum elit Eropa pada pertengahan era 1920-an.

Kala itu, pusat belanja yang tidak dilengkapi dengan pusat hiburan dirasa kurang lengkap. Bioskop Majestic adalah gedung bioskop yang terletak di kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Dibangun pada masa kekuasaan Hindia Belanda, Majestic menjadi salah satu bioskop pertama yang berdiri di Bandung. Gedung bioskop Majestic terletak di Jalan Braga, Bandung. Arsitek yang merancang desain bangunannya adalah Prof Ir Charles Prosper Wolff Schoemaker.

Kemunculan bioskop Majestic sebagai sarana masyarakat untuk menikmati hiburan sinema tidak lepas dari perkembangan industri perfilman yang berkembang pesat sejak ditemukannya sinematograf oleh Lumiere bersaudara asal Prancis.

Antusiasme untuk menonton film menjadi semain tinggi, tak terecuali dengan Indonesia yang kala itu masih bernama Hindia Belanda yang terbilang jauh dari Eropa.

  1. Bioskop Permata

Sekitar tahun 1940-an, berdirilah sebuah bioskop di Yogyakarta, dinamai Permata. Sesuai namanya, bioskop itu benar-benar menjadi permata bagi warga Jogja, terutama anak-anak muda.

Bioskop Permata tidak hanya menjadi tempat menonton film, tetapi juga tempat berkumpul, melakukan keisengan serta berbagai romantisme masa muda lainnya.

Keberadaan bioskop ini bisa sampai mengubah wilayah berdirinya bioskop yang sebelumnya hanya dikenal dengan Jalan Sultan Agung menjadi wilayah Permata.

Begitu fenomenalnya Bioskop Permata di kala itu, terutama era 60 hingga 70-an, hingga seolah tak memberi hak bagi anak muda Jogja untuk tidak menapakinya.

Bioskop ini adalah tempat wajib dikunjungi saat itu, menjadi simbol prestise bagi di kalangan anak muda, sama seperti mal dan kafe pada masa sekarang. Di bioskop ini pula, beragam film-film Indonesia yang fenomenal pernah diputar, seperti Badai Pasti Berlalu versi tahun 70-an, dan Gita Cinta di SMA.

  1. Bioskop de Oranje

Di Medan, bioskop pertama yang berdiri adalah De Oranje Bioscoop pada tahun 1889 milik seorang Belanda bernama Michael. Film yang diputar pada waktu itu masih berupa film bisu.

Biasanya, film-film bisu yang ditayangkan berupa kisah orang-orang Belanda maupun Eropa. Dalam perjalananya, bioskop semakin digemari oleh masyakarat dari kalangan atas dan menengah.

Setelah itu mulai bermunculan bioskop-bioskop baru, yaitu: Rex Bioscoop (1918), Deli Bioscoop,Astoria Bioscoop, Tjong Koeng Tat Bioscoop (1921), dan Orion Bioscoop (1931).

Setelah berakhirnya masa film bisu sejak tahun 1927, bioskop-bioskop di Kota Medan mulai berlomba untuk menayangkan film bicara. Film bicara pertama yang tayang di Medan adalah film tentang pos dan telegraf.

  1. Bioskop Kresna

Bioskop legendaris di pojok Aloon-aloon, tepat di gerbang Pecinan ini begitu populer khususnya untuk generasi usia 40 tahun ke atas. Bentuk bangunan yang khas menjadi penanda akan keberadaan bioskop ini.

WIDOYOKO: Sejarah Bioskop di Magelang

Sejak beroperasi di tahun 1955, bioskop ini menjadi tempat terfavorit untuk mencari hiburan. Bioskop ini berdiri di atas bekas apotik legendaris di jaman Belanda yaitu Apotik van Gorkom. Tidak bisa dipungkiri bahwa bioskop Kresna menjadi saksi sejarah kota Magelang selama 40 tahun.

Sejak Liem Ting Lok memimpin kongsi 12 orang untuk mendirikan bioskop ini pada 1955, bioskop Kresna mampu menjadi idola masyarakat dalam rentang tahun 1955 hingga 1995. Bah Ting Lok, demikian sapaan akrab Liem Ting Lok, juga menjadi pengurus Bioskop Globe yang ada di Jl. Tidar. Rumahnya terletak di Jl. Kawatan no. 2 (kini Jl. Sigaluh), persis di belakang Bioskop Kresna.

Berbagai film ditayangkan, baik film lokal, India (Bolywood), Hongkong (Mandarin) maupun Amerika (Holywood). Terlebih saat liburan lebaran, dapat dipastikan jika bioskop ini dipenuhi dengan antrian masyarakat.

  1. Bioskop Indra

Bioskop Indra, yang sekarang dikenal sebagai Teras Malioboro I, adalah bioskop pertama di Yogyakarta dan juga menjadi saksi perkembangan perfilman Indonesia.

Didirikan pada tahun 1917 oleh seorang pengusaha Belanda bernama Helland Muller, Bioskop Indra terdiri dari dua bagian. Gedung Al Hambra untuk elit Eropa dan Tionghoa, serta Gedung Mascot khusus untuk masyarakat pribumi.

Gedung Al Hambra saat itu sudah menggunakan kursi empuk, sedangkan Gedung Mascot masih menggunakan kursi biasa. Tiket masuk untuk Al Hambra sendiri tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan harga tiket Gedung Mascot.

  1. Bioskop Elita

Bioskop Elita adalah bioskop tua yang berlokasi di kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Dibangun pada tahun 1910, pada masanya bioskop Elita adalah bioskop paling elite di Bandung bersama Concordia.

Elitisme ini juga terlihat dari para pengunjungnya yang biasa datang dengan mengenakan pakaian rapi serta memakai sepatu. Pemilik bioskop elita adalah F.A.A Buse. Ia seorang pengusaha besar di bidang bioskop yang memiliki jaringan besar bernama Elita Concern.

Elita Concern sebagai jaringan yang membawahi bioskop Elita sendiri adalah sebuah perusahaan yang mengelola sejumlah bioskop di Bandung dan daerah sekitarnya. Selain Elita, bioskop yang berada di bawah naungan Elita Concern. Varia, Oriental (Alun2), Luxor/Luxorpark & Roxy (Kebonjati), Majestic, Rex, Oranje/Oranjepark (Cikakak), Kosambi/Rivoli, Liberty (Cicadas), dan Rio (Cimahi). J.F.W. de Kort mengelola bioskop2 Radio City, Regol, Bison (Sukajadi), Taman Senang (Pagarsih), Warga (Cihaurgeulis), dan Taman Hiburan (Cicadas).

Dalam perkembangannya, bioskop yang bangunannya di buat dengan gaya arsitektur Art Nouveau ini sempat mengalami pergantian nama menjadi Puspita pada era 1960-an.

Baca Juga Mengenal Kebaya Janggan dalam Film Gadis Kretek 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *