Jatengkita.id – Turkiye menjadi salah satu negara yang menyita banyak perhatian dunia. Tidak hanya sejarahnya yang melegenda dan beberapa wisata popular, Turkiye juga sangat diperbincangkan dalam percaturan politik dunia.
Sejak 1928, Turkiye secara resmi mendeklarasikan diri sebagai negara sekuler yang diprakarsai oleh Mustafa Kemal Attaturk. Sekulerisme tersebut bertahan lama dan mengakar dalam masyarakat.
Hingga munculah sosok Erdogan yang menjabat sebagai Perdana Menteri sejak tahun 2003 hingga 2014. Dilanjutkan sebagai presiden sejak tahun 2016 hingga sekarang. Selama masa jabatannya, Turkiye mengalami transformasi yang begitu signifikan dalam banyak sektor kehidupan.
Pada pemilu Turkiye 2023, Erdogan masih terlalu kuat. Berlangsungnya putaran kedua menempatkan Erdogan pada posisi pertama di berbagai lembaga survei.
Analisis ini bertolak belakang dengan putaran pertama yang mengunggulkan Kilicdaroglu. Hasil pemilu putaran pertama juga diluar dugaan karena memenangkan Erdogan dengan suara 49.5% yang sangat jauh dari prediksi lembaga survei dimana Kilicdaroglu keluar sebagai pemenangnya.
Menilik secara singkat drama pemilu putaran pertama diwarnai dengan mundurnya satu kandidat menjelang hari pemilihan, yaitu Muharrem Ince.
Peraih suara ketiga, Sinan Ogan diketahui memberikan dukungannya pada Erdogan menjelang pemilihan putaran kedua. Hal ini menjadi suntikan kepercayaan diri bagi Erdogan dan pendukungnya.
Pizaro Gozali, Dosen Hubungan Internasional Universitas Al-Azhar Indonesia Jakarta mengungkapkan berbagai analisis pemilu Turkiye 2023. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Erdogan masih memiliki power yang belum bisa ditandingi oleh oposisi.
Janji kampanye dan solusi permasalahan yang ditawarkan dinilai belum realistis dan mampu meyakinkan pemilih. Ketokohan Erdogan juga dianggap belum mampu diimbangi oleh lawan yang memang dalam kampanyenya menyatakan akan fokus pada sektor domestik saja. Padahal, Turkiye sendiri sangat pro-aktif dalam kancah politik diplomasi internasional.
Kilicdaroglu diketahui diusung oleh banyak partai koalisi yang tidak menginginkan Erdogan terpilih kembali. Atas dasar itu, koalisi ini dinilai lemah karena bersatu bukan karena persamaan ideologi yang kuat, melainkan hanya misi menumbangkan dominasi Erdogan.
Capres dari partai CHP ini akan mengembalikan pemerintahan ke sistem parlementer dan akan kembali turut serta dalam dominasi Barat. Selain menggaungkan kekuasaan Erdogan yang otoriter selama 20 tahun berkuasa, rival juga banyak mengkritisi penanganan gempa bumi yang sangat lambat.
Selain isu-isu di atas, kedua kandidat calon presiden ini juga berlomba-lomba menawarkan gagasan atas isu imigran dan inflasi.
Pentingnya Kemenangan Erdogan
Recep Tayyib Erdogan adalah sosok yang disebut sebagai The New Ottoman Sultan yang disegani pemimpin-pemimpin dunia.
Kiprahnya mereformasi Turkiye menjadi negara yang perlahan mandiri menempatkannya sebagai tokoh yang diwaspadai kekuatan besar dunia.
Ia bersama dengan AKP berhasil menjawab krisis ekonomi, menyejahterakan rakyat, aktif dalam kebijakan luar negeri, dan berdaulat dalam sektor pertahanan militer. Dan yang paling menonjol adalah ia berhasil mengubah warna Turkiye yang sekuler menjadi Turkiye yang lebih hangat dan harmonis dengan beberapa penerapan kebijakan nilai Islam.
Keberhasilan Erdogan dinilai menjadi simbol kebangkitan muslim dunia. Menjadi negara di pusaran konflik dan hegemoni barat, Erdogan mampu bersikap tegas dalam membela hak muslim.
Sikapnya mampu mengkritik PBB yang notabene mengayomi semua negara di dunia, tapi justru selalu alpa dan uninvolved dalam isu kemanusiaan yang menempatkan negara Islam sebagai pihak terjajah berkepanjangan, misalnya Palestina dan Suriah.
Erdogan bercita-cita membangun negara yang berdaulat, tidak bergantung pada satu kekuatan besar. Dengan demikian, sebuah negara akan benar-benar dikatakan merdeka.
Cita-cita inilah yang perlu dipahamkan kepada muslim dunia bahwa cara agar Islam tidak selalu terpinggirkan adalah dengan menjadi berdaulat.
Mendukung kemenangan Erdogan sebagai pemimpin muslim menjadi salah satu langkah dasar menuju cita-cita Islam yang digdaya.