‘Getih Pitik’ di Batik Lasem Bikin Kesengsem

Image Source: Kata Data

JatengKita.id- Batik Lasem mahsyur karena motif uniknya yang tak dapat ditemui di lain tempat. Selain karena hasil akulturasi dua budaya-Tiongkok dan Jawa-tiap lembar Batik Lasem juga memiliki sejarah dan makna yang mendalam dalam tiap goresan batik tulis lasem. Maka tak heran, motif dan warnanya sangat sulit untuk ditiru.

Sejarah

Sesuai namanya, Batik Lasem berasal dari Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Kabarnya Batik Lasem dibawa ke tanah jawa oleh asisten nahkoda kapal Laksamana Cheng Ho, Bi Nang un dan istrinya sekitar abad 15. Hal tersebut bahkan termuat dalam Babad Badra Santi yang kini menjadi satu-satunya sumber tertulis sejarah Lasem yang paling banyak dikutip.

Istri Bi Nang Un, Na Li Ni adalah orang pertama yang membuat batik lasem. Motif yang ia gambar tak jauh-jauh dari bentuk hewan seperti burung hong, seruni, liong. Selain itu bentuk mata uang dan banji juga kerap menghiasi batik karya Na Li Ni. Dalam hal warna, N Li Ni berpegang teguh pada ciri khas masyarakat Tionghoa, yakni Merah.

Batik buah tangan Na Li Ni laku keras di pasaran, hingga mampu diekspor ke Thailand dan Suriname. Dalam perjalanannya, para perempuan Lasem pada akhirnya mulai dapat menggambar kain dengan canting seperti Na Li Ni. Motif kain-pun semakin berkembang dengan kreasi sentuhan motif jawa yang dominan berbentuk bunga.

Pesona Batik Lasem

Batik Lasem memiliki pesona yang tak ada duanya. Warna merahnya begitu tegas namun tidak terang. Para pembatik Lasem menyebut warna itu sebagai warna mengkudu atau ‘getih pitik‘ (darah ayam). Warna tersebut bahkan diklaim tak ada di  lain tempat. Alasannya, Batik Lasem menggunakan pewarna alami dan air Lasem-yang memang tak dapat ditemui di lain tempat-.

Menariknya, warna pada kain Batik Lasem akan terlihat semakin terang seiring dengan bertambahnya umur kain batik tersebut. Wah menarik sekali ya!

Dari segi motif, umumnya Btaik Lasem memiliki dua motif utama, yakni motif Tionghoa dengan gambar fauna seperti burung hong, naga, ayam hutan, mata uang, serta banji. Sementara itu, motif Jawa biasanya berupa sekar jagad, kendoro kendiri, kricak, grinsing, dan sejenisnya.

Batik Lasem dan Ketenangan Jiwa

Dalam artikel berjudul Aktualisasi Nilai Cina Dalam Batik Lasem oleh Rizali dan Sudardi, pada masa Kerajaan Hindu Majapahit abad 13-14 M, batik termasuk dlaam jajaran benda magis untuk simbolis dan sarana mistik.  Oleh karena itu motif dan warna batik tak pernah sembarangan dibuat. Selalu terdapat maksud dan makna tersirat di baliknya.

Batik Lasem dipercaya mendatangkan ketenangan jiwa pada pemilknya. Hal tersebut diungkapkan oleh Rifa’i, salah satu pengrajin Batik Lasem sebagaimana dikutip dari Republika (6/2/2023). Rifa’i mengungkapkan bahwa kolektor Batik Lasem tua umumnya tidak mengenakan kain batik tersebut, melainkan hanya menyimpannya di lemari, untuk kemudian dibuka di waktu-waktu tertentu. Saat dibuka, aroma dan keindahan kain Batik Lasem akan langsung membuat hati bahagia dan tenang.

Penuh Rahasia

Dilansir dari Republika, dahulu persaingan penjualan Batik Lasem begitu ketat. Saking ketatnya, pengrajin dan penjual Batik bahkan enggan memperlihatkan batiknya lama-lama kepada setiap tamu dan rivalnya. Hal tersebut dikarenakan mereka takut pengrajin lain akan meniru motif dan warna batik karyanya. Tak sampai di situ, apabila pengarjin tidak menemukan pewaris yang cocok dalam garis keturunannya, Rahasia warna, garis, dan motif-nya akan ia bawa hingga mati. Luar Biasa.

Akibat keras dan kuatnya persaingan serta tekad kuat para pengrajin, Batik Lasem sempat terpuruk, sebelum akhirnya bangkit kembali pada tahun 1990an akhir. Kabar baiknya, saat ini terdapat sekitar 50 pengrajin batik Lasem. Angka yang terbilang tinggi ketimbang lima belas tahun lalu, yakni sebanyak 15 orang saja.

Harga 

Karena keunikan dan nilai yang terkandung di dalamnya, Batik Lasem umumnya dibanderol dengan harga fantastis dengan imbuhan juta. Ada yang lima juta, belasan juta, bahkan yang termahal ratusan juta rupiah. Batik bernilai fantastis itu berasal dari Maranatha milik mendiang Naomi.  Kabarnya, kain merah tersebut pernah ditawar dengan harga 100 juta, namun mending Naomi tetap bersikeras tak ingin menjualnya.

Sedulur yang kadung kepincut tak usah khawatir. Ada juga kok kain Batik Lasem standar yang tak lumayan terjangkau. Harganya hanya seratus ribuan saja. Bagaimana? Tertarik berburu Batik Lasem?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *