Jatengkita.id – Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan fisik dan perkembangan anak terganggu. Hal ini menyebabka tinggi badan anak berada di bawah standar yang sesuai dengan usianya. Kenali sejak dini sebab dan cara mencegah stunting.
Stunting umumnya disebabkan oleh malnutrisi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak (mulai dari kehamilan hingga anak berusia dua tahun), serta oleh infeksi berulang dan kurangnya stimulasi psikososial.
Ciri-Ciri Stunting
Stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Di Indonesia, kasus stunting masih cukup tinggi, dengan sekitar 3 dari 10 anak mengalami kondisi ini.
Oleh karena itu, stunting menjadi masalah yang mendesak untuk segera ditangani dan dicegah.
Namun, penting untuk diingat bahwa anak yang bertubuh lebih pendek dari rata-rata belum tentu mengalami kekurangan gizi.
Tinggi badan juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Jadi, jika kedua orang tua berpostur pendek, anak mereka mungkin juga memiliki postur tubuh yang sama.
Anak yang mengalami stunting biasanya menunjukkan keterlambatan perkembangan yang signifikan. Sebaliknya, anak yang sehat umumnya tidak mengalami keterlambatan perkembangan, meskipun memiliki perawakan pendek.
Hal ini menunjukkan bahwa meski tinggi badan anak bisa dipengaruhi oleh faktor genetik. Keterlambatan perkembangan merupakan indikasi utama dari masalah gizi yang serius dan memerlukan perhatian khusus.
Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang dapat membantu mengidentifikasi stunting secara lebih terperinci:
- Tinggi Badan Lebih Pendek dari Standar Usia
Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang lebih pendek daripada anak-anak sebaya mereka. Standar tinggi badan biasanya diukur berdasarkan grafik pertumbuhan WHO untuk usia dan jenis kelamin tertentu.
- Berat Badan Tidak Sesuai dengan Tinggi Badan
Selain tinggi badan yang pendek, anak yang mengalami stunting mungkin juga memiliki berat badan yang tidak sebanding dengan tinggi badannya. Hal ini bisa mengindikasikan masalah gizi yang mendasarinya.
- Tingkat Pertumbuhan yang Lambat
Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki pertumbuhan fisik yang lambat dan tidak optimal, terutama selama dua tahun pertama kehidupan mereka. Mereka mungkin tidak mencapai tonggak pertumbuhan yang diharapkan pada usia tertentu.
- Perkembangan Kognitif yang Terhambat
Stunting juga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Bisa terlihat dari kemampuannya belajar, konsentrasi, dan pencapaian perkembangan kognitif lainnya yang tertunda atau terhambat.
- Daya Tahan Tubuh yang Lemah
Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki daya tahan tubuh yang lemah, sehingga rentan terhadap infeksi dan penyakit. Mereka mungkin sering sakit dan butuh waktu lebih lama untuk pulih.
- Perkembangan Tulang dan Gigi yang Tertunda
Stunting dapat mempengaruhi perkembangan tulang dan gigi anak, sehingga mereka mungkin mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan gigi atau tulang tertentu.
- Perubahan Pola Makan
Anak yang mengalami stunting mungkin memiliki pola makan yang tidak sehat atau tidak memadai, seperti makanan yang kurang bergizi atau asupan nutrisi yang tidak mencukupi.
- Penampilan Fisik yang Kurang Sehat
Anak yang mengalami stunting mungkin memiliki penampilan fisik yang kurang sehat, seperti kulit kusam, rambut rapuh, atau tanda-tanda kekurangan gizi lainnya.
Penyebab Utama Stunting
Beberapa hal berikut bisa menjadi penyebab terjadinya stunting, diantaranya :
- Malnutrisi Kronis
Kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak.
Pola makan yang tidak seimbang dan kurangnya asupan protein, vitamin, dan mineral esensial berperan besar dalam hal ini.
2. Infeksi Berulang
Infeksi yang sering terjadi, seperti diare dan infeksi saluran pernapasan, dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan meningkatkan kebutuhan nutrisi tubuh, sehingga anak tidak mendapatkan cukup nutrisi untuk tumbuh dengan optimal.
3. Kesehatan Ibu yang Buruk
Kesehatan dan nutrisi ibu selama kehamilan sangat mempengaruhi pertumbuhan janin. Ibu yang mengalami malnutrisi atau anemia memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, yang dapat menjadi faktor risiko stunting.
4. Kurangnya Stimulasi Psikososial
Perkembangan otak anak tidak hanya dipengaruhi oleh nutrisi tetapi juga oleh stimulasi psikososial. Lingkungan yang kurang stimulatif, di mana anak tidak mendapatkan cukup interaksi, permainan, dan rangsangan kognitif, dapat memengaruhi perkembangan otak dan pertumbuhan fisik.
Faktor Risiko Stunting
Selanjutnya, faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan seorang anak mengalami pertumbuhan terhambat. Berikut adalah beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan stunting:
- Kekurangan Gizi
Kekurangan gizi merupakan faktor risiko utama stunting. Anak-anak yang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, terutama protein, zat besi, vitamin, dan mineral esensial seperti kalsium dan zinc, memiliki risiko tinggi mengalami stunting.
- Kesehatan Ibu
Kesehatan ibu saat hamil sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Kekurangan gizi atau masalah kesehatan seperti anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, meningkatkan risiko stunting.
- Pola Makan yang Tidak Seimbang
Pola makan yang tidak seimbang, termasuk diet rendah protein dan vitamin, serta terlalu banyak makanan berkalori tinggi tapi rendah gizi, dapat meningkatkan risiko stunting pada anak-anak.
- Kondisi Ekonomi
Keluarga dengan kondisi ekonomi rendah cenderung memiliki akses terbatas terhadap makanan bergizi, layanan kesehatan yang memadai, serta sanitasi dan air bersih, sehingga meningkatkan risiko stunting pada anak-anak mereka.
- Lingkungan yang Tidak Sehat
Lingkungan yang tidak bersih, kurangnya akses terhadap sanitasi yang baik, serta air bersih yang terkontaminasi dapat meningkatkan risiko infeksi dan malnutrisi, yang pada gilirannya meningkatkan risiko stunting.
- Pelayanan Kesehatan yang Tidak Memadai
Kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, termasuk pelayanan prenatal dan perawatan kesehatan anak, dapat menghambat deteksi dan intervensi dini terhadap masalah gizi dan pertumbuhan anak.
- Praktek Makan yang Tidak
Praktek makan yang tidak tepat, seperti pemberian makanan padat terlalu dini, pemberian ASI yang tidak eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan, atau pemberian makanan berlebihan atau kurang, dapat meningkatkan risiko stunting.
- Kondisi Sosial dan Budaya
Faktor-faktor sosial dan budaya seperti status sosial, pendidikan, dan kebiasaan masyarakat terkait pola makan dan perawatan anak juga dapat mempengaruhi risiko stunting.
- Kurangnya Stimulasi Psikososial
Kurangnya interaksi, permainan, dan rangsangan kognitif pada anak-anak dapat menghambat perkembangan otak dan pertumbuhan fisik mereka, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko stunting.
Pencegahan Stunting
Pencegahan stunting melibatkan usaha untuk mengurangi faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini. Berbagai langkah yang dapat diambil termasuk:
- Menjaga Keseimbangan Nutrisi sejak Awal Kehamilan hingga Persiapan Kehamilan
Memastikan asupan gizi yang cukup sebelum merencanakan kehamilan dan selama kehamilan sangat penting untuk mendukung pertumbuhan janin yang optimal.
- Mencukupi Asupan Gizi selama 1000 Hari Pertama Kehidupan
Menyediakan asupan gizi yang memadai, terutama selama 1000 hari pertama kehidupan (dari pembuahan sel telur hingga anak berusia 2 tahun), merupakan kunci penting dalam mencegah stunting.
- Memberikan ASI Eksklusif hingga Usia 6 Bulan
Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi memberikan nutrisi yang penting dan melindungi bayi dari risiko infeksi, yang dapat membantu mencegah stunting.
- Mengikuti Panduan Nutrisi yang Tepat untuk Anak
Membaca buku KIA (Kartu Identitas Anak) dapat membantu orang tua mengetahui panduan yang tepat untuk menyusun asupan makanan yang seimbang dan bergizi untuk anak.
- Mengikuti Pemeriksaan Rutin di Posyandu
pemeriksaan rutin di posyandu membantu orang tua memantau perkembangan anak, termasuk pertumbuhan fisiknya, sehingga masalah stunting dapat terdeteksi dan diatasi lebih awal.
- Memastikan Anak Mendapatkan Imunisasi Lengkap
Upaya mencegah stunting selanjutnya yakni dengan memberikan imunisasi lengkap sesuai jadwal yang direkomendasikan. Cara ini membantu melindungi anak dari berbagai penyakit infeksi yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
- Perbaikan Sanitasi dan Akses Air Bersih
Menjaga kebersihan lingkungan, menyediakan akses air bersih, dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sanitasi dapat mencegah infeksi berulang yang mempengaruhi penyerapan nutrisi.
- Pelayanan Kesehatan yang Memadai
Memastikan akses pelayanan kesehatan yang baik, termasuk imunisasi, perawatan prenatal, dan penanganan infeksi, sangat penting untuk mencegah stunting.
- Pendidikan dan Stimulasi Dini
Memberikan stimulasi psikososial yang cukup melalui interaksi, permainan, dan kegiatan yang merangsang perkembangan kognitif anak dapat membantu perkembangan otak yang optimal.
Dampak dari kondisi stunting sangat serius dan memiliki implikasi jangka panjang yang signifikan. Anak yang mengalami stunting cenderung mengalami penurunan dalam perkembangan kognitif, memiliki prestasi belajar yang rendah, dan berpotensi mengalami penurunan produktivitas kerja saat dewasa.
Selain itu, stunting juga meningkatkan risiko terkena penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung pada masa dewasa.
Memahami faktor-faktor risiko yang menyebabkan stunting adalah langkah penting dalam merancang program intervensi yang efektif dan menargetkan area-area yang paling rentan dalam masyarakat.
Dengan mengatasi faktor-faktor risiko ini, kita dapat mengurangi kemungkinan terjadinya stunting dan meningkatkan kesehatan serta perkembangan anak-anak secara menyeluruh.
Melalui tindakan yang konsisten dan terus-menerus, kita dapat memainkan peran penting dalam pencegahan stunting dan memastikan anak-anak tumbuh dengan kesehatan yang optimal.
Dengan kerjasama dan upaya terpadu dari berbagai pihak, stunting dapat dicegah, dan anak-anak dapat mencapai potensi penuh dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka.