MARVEL dan Jati Diri yang Oleng

Jatengkita.id – Marvel Cinematic Universe (MCU) menutup fase 4 tahun 2022 dengan melayarkan Black Panther 2 : Wakanda Forever. Setidaknya, Black Panther 2 yang masuk dalam fase 4 ini lumayan jadi ending year yang cukup memuaskan penggemar superhero Marvel.

MCU Phase 4 sendiri dalam kalender Marvel dimulai tahun 2021 dengan film solo Black Widow; Sang-Chi and The Legend of The Ten Rings; Eternals; dan ditutup apik oleh Spider-Man : No Way Home. Dilanjut tahun 2022 dengan opening yang menarik dari Doctor Strange : Multiverse of Madness; Thor : Love and Thunder; dan Black Panther 2. Di fase ini, Marvel mulai mengenalkan multiverse.

Proyek Marvel di tahun 2022 terbilang sangat padat. Alih-alih memanjakan penggemar, produksi series dan film jadi menjenuhkan. Penonton harus memulai dari bagian awal untuk bisa memahami alur cerita secara berkesinambungan. Alhasil secara emosional, penggemar kehilangan bagaimana rasanya menanti sesuatu hal yang besar.

Superhero Avengers berhasil menyedot atensi penikmat genre science-fiction dan film dengan penggunaan teknologi canggih. Belum lagi, pesan-pesan moral juga disisipkan di tiap filmnya. Jika disimpulkan, film superhero ini banyak menyinggung ambisi dan keserakahan manusia yang menyebabkan kerugian bagi sekitar dan kerusakan alam.

Dari segi teknologi, Marvel mendayagunakan kecanggihan Computer-Generated Imagery (CGI). Hasil ini yang membuat tampilan film jadi sangat luar biasa. Kecanggihan teknologi juga menjadi set dasar cerita. Kecerdasan buatan yang Sebagian besar dipelopori oleh tokoh Tony Stark bersama Stark Industry-nya dalam film bukan tidak mungkin dapat diadopsi di dunia nyata. Berawal dari imajinasi, perkembangan teknologi bisa diwujudkan. Mulai dari ilmuwan hingga industri IT berlomba-lomba untuk membuat teknologi canggih.

Tak lepas dari kualitas film, Marvel juga berhasil mendongkrak ketertarikan publik pada film bergenre science-fiction. Banyak analisis dan review film yang bisa dijumpai dalam artikel atau kanal video tentang sains yang dikembangkan dalam cerita Marvel. Misalnya saja konten-konten edukatif yang membahas tentang kuantum, multiverse, mesin waktu, hingga nanoteknologi. Kesemuanya yang mungkin hanya dianggap imajinasi, dalam sudut pandang ilmiah bisa saja diwujudkan.

Keberhasilan MCU atas The Infinity Saga sejatinya masih diekspektasikan publik pada kemasan The Multiverse Saga. Tapi, sajian paket film di tahun 2022 ini banyak menampilkan perempuan “perkasa”, bertele-tele, dan pengangkatan isu sosial yang tidak “ramah lingkungan”. Penggemar ingin Marvel punya pakem yang bisa jadi identitas khas, yaitu muatan-muatan sains. Selain itu, pengembangan kritik terhadap moral manusia juga perlu dipertahankan. Black Panther 2 sedikit memberi angin segar dengan ditampilkannya konflik dengan AS sebagai negara yang hanya ingin mengeksploitasi sumber daya demi keuntungan pribadi, bukan alam semesta.

Marvel di fase 4 seperti kehilangan identitas. Selama musim 2022 saja, kualitasnya tidak seperti sebelumnya. Esensi ilmiah menurun dan justru banyak sisipan kampanye-kampanye feminis dan LGBT. Jika Marvel hanya mengikuti selera pasar tanpa memprioritaskan kualitas film itu sendiri, jelas akan ditinggalkan penikmat film. Film tak lagi edukatif, hanya komersil dan entertain tak bernilai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *