Jatengkita.id – Rawon, kuliner khas Jawa Timur ini menjadi hidangan yang sangat populer di Indonesia. Hidangan ini sering kali dijadikan hidangan spesial pada acara-acara tertentu atau perayaan seperti lebaran atau pernikahan.
Kekayaan rasa dan aroma khasnya membuat rawon menjadi salah satu makanan yang sangat dicari dan diapresiasi oleh banyak orang di Indonesia maupun wisatawan yang berkunjung ke negara ini.
Sudah tercatat sejak 1000 tahun yang lalu, Rawon yang berasal dari Jawa Timur ini memang menjadi hidangan favorit.
Sejarah Rawon
Tertulis dalam Prasasti Taji, hidangan Rawon sudah menjadi kegemaran kalangan kerajaan. Dahulu para kalangan kerajaan menyebut hidangan ini dengan nama “rarawwan” yang artinya sayur rawon.
Adapun resep yang tercatat dari istana Mangkunegara Surakarta yang dicetak pada tahun 1926, hidangan ini tercantum menjadi hidangan special di istana kerajaan.
Tak hanya menjadi hidangan special di kalangan kerajaan, rawon juga memiliki fakta unik yang ada di dalamnya. Salah satu ciri khas dari rawon adalah kuahnya yang berwarna hitam.
Warna hitam ini didapat dari buah kluwak, dimana kluwak juga dikenal sebagai keluak atau kepayang, adalah biji hitam yang digunakan sebagai bumbu dalam masakan tradisional Indonesia, khususnya dalam hidangan seperti rawon dan rendang.
Kluwak memiliki rasa yang khas dan aroma yang kuat, memberikan kontribusi pada cita rasa yang unik dalam hidangan tersebut.
Biji kluwak berasal dari pohon yang disebut pohon keluak atau pohon kluwak (Pangium edule). Pohon ini tumbuh di wilayah tropis, terutama di Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Pohon keluak memiliki buah yang berbentuk bulat dan berwarna hijau, yang ketika matang berubah menjadi kecoklatan.
Setelah buah keluak matang, biji kluwak diambil dan diolah sebelum digunakan dalam masakan. Biji kluwak mengandung senyawa toksik yang disebut asam hidrosiandat, yang dapat beracun jika dikonsumsi secara langsung.
Oleh karena itu, biji kluwak harus melalui proses perendaman dan fermentasi yang tepat sebelum digunakan dalam masakan.
Proses fermentasi biji kluwak melibatkan perendaman biji dalam air selama beberapa hari, diikuti dengan pengeringan dan penjemuran.
Fermentasi ini mengubah sifat kimia biji, mengurangi kandungan asam hidrosiandat yang beracun, dan menghasilkan rasa dan aroma yang khas. Setelah proses fermentasi, biji kluwak dapat digunakan sebagai bumbu dalam berbagai hidangan.
Biji kluwak yang telah diolah dapat dihaluskan atau dihancurkan menjadi pasta yang digunakan sebagai bumbu dasar.
Pasta kluwak ini ditambahkan ke kuah atau saus dalam masakan seperti rawon, rendang, atau berbagai hidangan khas Indonesia lainnya.
Kluwak memberikan kontribusi pada cita rasa khas dan warna gelap dalam hidangan, memberikan sentuhan karamel yang kaya dan aroma yang khas.
Penggunaan kluwak dalam masakan memberikan tambahan dimensi rasa yang unik dan menjadi salah satu elemen penting dalam masakan Indonesia yang kaya rempah-rempah dan bumbu.
Penting untuk diingat bahwa biji kluwak harus diolah dengan benar dan hanya digunakan dalam jumlah yang tepat dalam masakan.
Konsumsi biji kluwak yang tidak diolah dengan benar atau dalam jumlah berlebihan dapat berbahaya. Oleh karena itu, disarankan untuk mengikuti petunjuk yang tepat dalam penggunaan dan pengolahan biji kluwak dalam masakan.
Variasi Rawon
Ternyata tak hanya dari sejarah serta fakta menarik dari rawon itu sendiri. Kuliner khas Jawa Timur yang satu ini juga memiliki varian, seperti pecel rawon dari Banyuwangi yang merupakan perpaduan antara aneka sayuran, bumbu kacang, serta pekatnya kuah rawon.
Kemudian ada varian rawon suwir, hidangan ini disajikan dengan empal yang disuwir tipis, kemudian disiram dengan kuah rawon yang gurih.
Adapun varian rawon labu siam dan rawon papaya muda, kebanyakan rawon yang kita jumpai berisikan potongan daging namun lain halnya dengan rawon yang satu ini.
Di dalamnya terdapat potongan papaya muda serta labu siam, dan varian rawon yang terakhir adalah bakso kuah rawon. Kenyalnya bakso dipadu dengan kental serta gurihnya kuah rawon menjadi ciri khasnya tersendiri.