Jatengkita.id – Beberapa bulan terakhir banyak pemberitaan mengenai tindak kejahatan di Indonesia, mulai dari pembunuhan yang menyangkut petinggi kepolisian, kasus KDRT yang dialami oleh artis ternama, pemerkosaan, dan kasus-kasus lainnya.
Tindak kejahatan pemerkosaan merupakan salah satu kejahatan yang sangat keji dan dapat dikenai Pasal 285 KUHP yang berbunyi:
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.
Hal ini dikarenakan kejahatan yang satu ini dapat menyebabkan korbannya mengalami trauma seumur hidup, serta dapat dipandang sebelah mata oleh lingkungan sekitarnya.
Kasus pemerkosaan di Indonesia bisa dibilang cukup tinggi. Sering terdengar berita seorang remaja diperkosa oleh sekelompok orang tak dikenal, dan yang pernah menggemparkan yakni seorang bayi diperkosa oleh kakeknya sendiri.
Entah apa yang ada di benak para pelaku saat sedang melakukan hal sekeji itu. Tapi apakah kalian pernah berpikir bahwasannya seorang pelaku pemerkosaan adalah anak di bawah umur dan masih duduk di bangku Sekolah Dasar?
Baru-baru ini dunia maya digemparkan oleh berita tersebut, seorang anak SD berinisial MBN (11) yang ada di Nganjuk, Jawa Timur memperkosa teman sekolahnya MA (7) dengan dalih mengajaknya bermain di lapangan.
Dan yang paling membuat kita miris, MBN melakukan perilaku keji itu secara terencana. Ia menendang kepala korban MA dua kali hingga korban tak sadarkan diri kemudian MBN mulai melakukan hal cabul tersebut.
Dari kejadian ini mari kita berfikir sejenak, apa penyebab seorang anak di bawah umur dapat melakukan hal tersebut ?
Berikut ini beberapa faktor penyebab seorang anak melakukan tindak kejahatan seksual.
- Lingkungan keluarga
Pada tahap perkembangan anak lingkungan keluarga menjadi salah satu pengaruh besar. Jika dalam sebuah keluarga itu pasif atau bisa dibilang orang tua tidak terlalu memperhatikan tumbuh kembang anak, maka anak tersebut akan merasa kurang diperhatikan dan akan mencari perhatian di luar. Dan pada tahap perkembangan dari anak-anak menuju remaja terkadang seorang anak melewati suatu vase dimana ia sangat penasaran akan hal-hal yang baru ia lihat atau dengar, dengan kurangnya perhatian dari orang tua maka akan menyebabkan ia mencari jawaban-jawaban atas rasa penasarannya itu dari luar yang belum tentu jawabannya sudah sesuai dengan umurnya.
- Lingkungan sosial
Tak hanya dalam lingkungan keluarga, pada lingkungan sosial juga mempunyai pengaruh besar dalam tumbuh kembang anak. Tak jarang anak-anak yang masih di bawah umur bermain dengan anak-anak yang bisa dibilang sedang melewati masa remaja hingga dewasa. Pada kasus inilah kadang seorang anak itu mengetahui hal-hal diluar batasannya yang biasa disebut “dewasa sebelum waktunya”.
- Teknologi
Seperti yang kita ketahui perkembangan teknologi sangat pesat setiap tahunnya, hal ini memiliki dampak baik maupun buruk. Dampak baik atau positif dari perkambangan teknologi ini adalah kita dapat mengakses segala hal dengan mudah, namun di balik kemudahan yang disuguhkan ini terdapat efek negatif, yaitu dengan segala kemudahan yang disuguhkan ini tak jarang disalahgunakan oleh beberapa oknum untuk mengakses hal-hal yang berbau pornografi. Factor inilah yang bisa menyebabkan seorang anak berumur 11 tahun melakukan hal tidak senonoh itu.
Dari faktor-faktor yang telah dijelaskan, peran orang tua serta lingkungan bermain, sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Ini menjadi PR besar bagi kita semua. Mengapa demikian? Karena, kita sebagai orang dewasa yang juga mengikuti arus perkembangan global harus bisa membimbing anak-anak di bawah umur agar menggunakan teknologi sesuai dengan masanya. Serta menciptakan lingkungan yang baik dalam lingkup keluarga maupun lingkungan sosial bermainnya.
Ditulis oleh : Zulma Amalia Firdaus, Mahasiswa