Pecco Bagnaia : Bintang Ducati yang Tersandera

Pecco bagnaia - motoGP
Pecco Bagnaia (FOTO : adapada.com)

Jatengkita.id – Musim 2023 kini menyisakan tiga balapan terakhir. GP pekan ini akan digelar di Sirkuit Sepang, dilanjutkan Losail Qatar—yang biasanya dimasukkan dalam race perdana di kalender MotoGP—dan dipungkasi di GP Valencia.

Perebutan mahkota juara dunia lebih seru dibanding musim lalu karena menghadirkan duet antar-rider Ducati yang memuncaki klasemen dengan poin yang terus kejar-mengejar, yaitu Pecco Bagnaia dan Jorge Martin.

Pecco Bagnaia mencatatkan 6 kemenangan balapan utama, sedangkan Martin unggul dengan 7 kemenangan balapan sprint. Persaingan ini rupanya juga memanas di kalangan penggemar masing-masing, sehingga menciptakan atmosfer kompetisi yang memuncak.

Pabrikan Borgo Panigale sendiri sudah mengunci gelar juara dunia konstruktor setelah gelaran balapan GP Mandalika.

Tak sampai disini, tiga rider Ducati juga menjadi pemuncak klasemen, yang dengan demikian, gelar juara dunia juga dipastikan telah tersegel. Entah melalui Bagnaia atau Martin, kampiunnya tetap pabrikan yang dimotori Gigi Dall’igna itu sendiri.

Musim 2022 sebelumnya bisa dikatakan menjadi titik puncak kejayaan Ducati karena berhasil menyapu bersih semua gelar, mulai dari juara dunia konstruktor, juara dunia tim, juara dunia rider, ditambah bonus rookie of the year lewat Marco Bezzecchi.

Kendati demikian, kesempurnaan Desmosedici tidak berlaku pada manajemen ridernya. Mampu menurunkan 3 tim satelit dengan 8 rider dan riset motor yang unggul tidak melulu menjadi bukti keperkasaan, karena pengelolaan tim beserta elemennya juga penting diprioritaskan.

Hal ini disetujui oleh Casey Stoner dalam ungkapannya bahwa rider perlu diberi  penghargaan juga kesempatan untuk menyampaikan opini dan lepas dari tekanan.

“Ini bukan soal motornya. Ini tentang bagaimana programnya dijalankan”, tambah Juara Dunia MotoGP 2007 (bersama tim Ducati) itu.

Cahaya yang Tertutup Mendung

Francesco “Pecco” Bagnaia merupakan didikan Valentino Rossi yang karirnya terbilang cukup moncer diantara murid lainnya. Sebagai binaan VR46 Academy, ia keluar sebagai juara dunia 2018 di kelas Moto2 dan juara dunia MotoGP tahun 2022. Musim 2023 adalah hattrick-nya dalam perebutan gelar juara dunia.

Tahun 2021 ia bersaing dengan Fabio Quartararo dan harus puas dengan hasil sebagai Runner Up. Tahun 2022 dikejutkan dengan penampilan agresif Enea Bastianini.

Melewati berbagai kontroversi, salah satunya kebijakan team order, Pecco akhirnya keluar sebagai juara dunia. Dan musim ini, ia kembali dengan pertarungan sengit melawan Jorge Martin untuk mencapai podium tertinggi.

Kemenangan musim 2022 yang banyak dipandang sebelah mata sebagai “giftaway” karena kecurigaan team order masih bergulir sampai sekarang.

Ditambah dengan berlangsungnya musim 2023 di beberapa seri yang meng­-underestimate Pecco Bagnaia. Ia tidak akan gacor jika tidak mengendarai Ducati. Berbicara soal skil rider di tengah badai teknologi motor yang semakin canggih terkadang rasanya kurang pas.

Kemenangan kini tidak lagi ditentukan oleh perpaduan antara skil dan power motor.

Lalu, bagaimana dengan musim ini? Rasanya tak perlu ada team order, toh pemenangnya juga dari Ducati, kecuali bila Ducati mementingkan gengsi tim pabrikan dibanding tim satelit.

Bila menilik dari kacamata birokrasi Ducati saat itu, kebijakan team order sangat wajar jika diberlakukan, mengingat target mereka adalah kemenangan.

Apalagi kemenangan ini adalah penantian setelah 15 tahun. Ini adalah peperangan harga diri pabrikan. Mereka tentu melihat peluang yang secara realistis hanya dimiliki oleh Pecco.

Sehingga, permintaan kepada rider Ducati lain untuk tidak mengganggu Pecco sangat jelas diinstruksikan. Meskipun team order tidak pernah dinyatakan secara resmi, namun instruksi dan huru-hara di paddock saat gelaran GP seri terakhir tahun kemarin sudah cukup menjadi sinyal dengan bahasa yang diperhalus, “untuk kebaikan yang lebih besar”.

Sementara dari kacamata rider, haluan tersebut dirasa kurang fair dan terkesan “menganak emaskan” Pecco. Rider merasa tidak diberi hak yang sama untuk tampil puputan menunjukkan potensi mereka.

Atas kondisi itulah, banyak publik meragukan potensi Pecco. Ia dinilai mendapat kemenangan hanya karena banyak diberi kemudahan dan privilege lain.

Padahal, pertarungan batin dan tekanan yang ia hadapi terus-menerus cukup menjadi bukti kualitas mental dan tak bisa diabaikan. Pecco saat ini bukanlah Pecco yang dulu sering terjatuh di lintasan. Ia kini lebih matang dan berhati-hati.

Ditambah pasca tragedi highsidenya di Catalunya, ia lebih antisipasi perhitungan dan mengambil strategi menyerang di momentum yang tepat.

Alih-alih bertindak agresif, Pecco memilih bijak dengan lebih mengendalikan ambisinya yang bisa menyebabkan blunder sendiri. Meskipun bukan menjadi rider paling cepat, namun Pecco hebat dalam kemampuan late braking.

Kompetitor lain saat ini, yaitu Jorge Martin adalah yang tercepat di lintasan. Namun, ia masih sangat berambisi dan menggebu-gebu dalam track, sehingga gaya balapnya mendapat kritik karena membahayakan rider lain.

Meskipun berada di tim satelit, Martin mendapat jatah motor yang sama dengan Pecco yang ada di pabrikan. Mereka juga tentu mendapat kesempatan saling berbagi data antartim untuk kepentingan pengembangan motor.

Ducati Segera Berbenah

Memiliki banyak rider bertalenta, Ducati harus mulai memanajemennya dengan bijak. Kini, PR bukan lagi persoalan motor, karena Desmosedici sudah sempurna.

Mengembangkan skil rider, menjauhkan tekanan, dan memahami keinginan mereka akan berpengaruh dalam pembentukan identitas masing-masing rider.

Menjadi pelopor dalam riset, Ducati juga perlu bertanggung jawab untuk menciptakan suasana persaingan antarpabrikan yang positif dan bermuara pada kemajuan bersama, bukan memonopolinya.

Pun termasuk kebijakan regulasi yang dihandle oleh Dorna juga harus dikondisikan agar adil bagi semua pabrikan. Dengan demikian, akan tercipta kompetisi yang menarik dan MotoGP diminati kembali oleh khalayak.

Baca Juga Drama Manis Motegi Antar Marquez ke Podium Temani Elit Ducati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *