Jatengkita.id – Kabupaten dengan luas wilayah 425,15 km2 i ini, dengan jumlah penduduk kurang lebih mencapai 849 ribu jiwa. Secara geografis wilayah kabupaten Kudus berbatasan dengan Kabupaten Demak di sebelah Baratnya, kemudian di sebelah Timurnya berbatasan dengan kabupaten Pati, sebelah Utaranya berbatasan dengan kabupaten Jepara dan sebelah Selatannya berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan juga Kabupaten Demak.
Asal muasal nama Kudus berasal dari bahasa arab yaitu kata Al-Quds yang bermakna kesucian. Karena penyesuaian dengan lidah orang Jawa maka nama Quds berganti dengan Kudus. Bersarkan sejarahnya Kudus merupakan gerbang masuknya ajaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Sebelum kedatangan Islam di Kudus adalah pusat dari ajaran Hindu-Budha.
Kemudian Islam masuk dibawa oleh Sunan Kudus dan dalam rangka saling menghormati kebudayaan sebelumnya maka Sunan Kudus memberikan pengumuman bagi masyarakatnya supaya tidak menyembelih sapi. Seiring berjalannya waktu perkembangan Islam di Kota Santri ini terus meningkat hingga pada abad pertengahan Kudus menjadi pusat dari ajaran agama Islam. Diantara tokoh yang berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Kudus antara lain Sunan Kudus, Sunan Kedu serta Sunan Muria. Hingga akhir hayatnya mereka dimakamkan di sana.
Selain memiliki sejarah penamaannya yang menarik, di Kudus juga ada fakta – fakta menarik lainnya yang perlu diketahui. Apa sajakah itu?
Kota Santri
Kudus juga dijuluki sebagai Kota Santri. Penamaan ini memang sesuai dengan fakta sejarah bahwa Kudus menjadi salah satu pusat penyebaran dan pengajaran agama islam di abad pertengahan. Di Kudus juga terdapat banyak pondok pesantren. Kurang lebih berjumlah 86 pondok pesantren berdiri di Kota Santri itu. Pondok pesantren itu tersebar di sejumlah wilayah di Kudus. Hal ini tentu menjadi faktor perkembangan ajaran agama Islam yang pesat hingga saat ini.
“Rahim” dari Lahirnya Pemain Bulu Tangkis Dunia
Kudus menjadi saksi lahirnya atlet berbakat di bidang olahraga bulu tangkis. Sebut saja Alan Budikusuma, Hariyanto Arbi, Chistian Hadinata, Heryanto, Hastomo, Ivana Lie hingga Ihsan Maulana. Adanya mereka tidak terlepas dari sejarah berdirinya pabrik rokok Djarum di tahun 1969. Menurut sejarahnya, dahulu karyawan – karyawan di pabrik rokok Djarum banyak yang menyenangi olahraga bulutangkis. Mulai saat itulah, pihak atasan pabrik mendirikan lapangan bulutangkis. Uniknya lapangan yang digunakan merupakan tempat yang dulunya tempat yang digunakan untuk melinting rokok. Tahun berganti tahun, tepatnya pada tahun 1974 dibentuklah suatu perkumpulan yang dinamakan dengan Perkumpulan Bulutangkis Djarum (PB Djarum). Setelah dua tahun kemudian dari PB Djarum memberikan prestasi yang diusung oleh atlet Liem Swi King sebagai perwakilan di pertandingan final All England. Hingga menjadi juara selama tiga kali berturut – turut.
Menara Kudus
Kehadiran ajaran agama Islam di Kudus memberikan warna tersendiri. Salah satu yang menjadi bukti keberadaan Islam meyebar dengan damai adalah adanya Masjid Al Aqsa Menara Kudus (Masjid Menara Kudus), sebagai akulturasi dengan kebudayaan masyarakat yang sebelumnya menganut ajaran agama Hindu-Budha. Masjid Menara Kudus ini berada di Desa Kauman yang juga sering dijadikan sebagai tempat ziarah makam Sunan Kudus. Karakteristik menaranya mirip dengan Nale Kulkul, yaitu bangunan yang digunakan untuk menyimpan kentongan seperti di Bali. Jadi, sudah dapat diketahui bahwa adanya sikap toleransi ini menjadikan mudahnya Islam masuk di Kota Santri ini.
Megahnya Gerbang Kota
Kudus juga disebut sebagai Kota Kretek, hal ini ditegaskan dnegan adanya gerbang kota yang megah. Gerbang ini terdapat di sisi barat perbatasan Kudus dengan Demak. Jika dilihat dari segi desainnya bangunan gerbangnya terlihat unik seperti bentuk daun tembakau. Bangunan gerbangnya memiliki tinggi 12 meter dan lebar 21 meter diukur dari permukaan jalan. Bentuk desainnya yang unik itu ternyata menyimpan sebuah filosofi, yaitu adanya 5 rukun Islam serta adanya angka 9 yang dimaknai sebagai keberadaan Wali Songo. Kemudian untuk bagian bawah gerbang membentuk 4 tiang cengkeh dengan daun cengkehnya yang ditopang, hal itu bermakna 4 pilar bangsa Indonesia yaitu, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945 serta NKRI. Gerbang ini dinamai dengan GKKK atau Gerbang Kudus Kota Kretek yang resmi ada sejak 27 April 2016 dan menjadi bangunan megah di Tanah Air. Disebut – sebut bangunan gerbang ini menghabiskan dana mencapai Rp 16 Miliar yang didanai oleh perusahaan rokok terbesar yaitu PT Djarum.
Filosofi Gusjigang
Filosofi Gusjigang merupakan akronim dari bagus, mengaji serta berdagang. Adanya Gusjigang ini menjadikan suatu prinsip yang dahulunya diberikan oleh Sunan Kudus kepada masyarakat sekitar. Hal ini tentu memiliki sebuah tujuan agar masyarakat mempunyai budi perkerti yang luhur atau bagus, lalu piawai dalam mengaji, serta piawai dalam berdagang. Prinsip ini merupakan pedoman hidup yang menjadikan motivasi masyarakat saat itu untuk terus bergerak dan bangkit. Antara harta dan ilmu agama menjadi hal yang diperlukan untuk tujuan yang baik dan kebermanfaatan semua.
Makanan Khas Kudus
Makan khas kudus salah satunya dalah Soto Kudus. Sebagian besar makanan khas di Indonesia hampir terdapat soto sebagai makanan khasnya. Namun, apakah yang membedakan soto kudus dengan soto lainnya? Letak perbedaan soto kudus dengan soto lain adalah menggunakan daging kerbau sebagai salah satu isiannya kemudian ditambah dengan sleedri, daun bawang dan kecambah. Menurut sejarahnya, soto kudus menggunakan daging kerbau karena adanya rasa toleransi antara masyarakat sekitar yang dahulu mayoritas menganut agama Hindu-Budha. Kemudian Sunan Kudus yang membawa ajaran agama Islam ke sana memerintahkan agar tidak menyembelih hewan sapi.
Selain soto ada juga makanan khas lainnya yang patut untuk dicicipi ketika berada di Kudus, yaitu garang asem. Garang asem ini merupakan makanan yang dulunya disajikan untuk kaum bangsawan atau konglomerat. Namun, kini siapa saja bisa menikmatinya. Para wisatawan juga sangat suka untuk menikmati kuliner segar nan istimewa ini. Karena bahan dasarnya ayam kampung yang diolah sedemikian rupa menggunakan aneka rempah – rempah pilihan.
Tak kalah populer dengan kedua makanan di atas, ada juga Jenang Kudus yang legendaris. Jenang ini mirip seperti dodol yang berasal dari Garut dan dijadikan sebagai makanan khas Kudus. Biasa diperjual belikan dalam potongan kecil yang sudah di plastik dan dimasukkan di dalam dus. Jenang kudus ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai buah tangan untuk keluarga, saudara atau teman – teman jika mampir di Kudus. Rasanya yang manis dan pengemasan yang rapi menjadikan jenang kudus memiliki nilai ekonomis.
Jenang Kudus hadir juga menjadikan sebuah peluang usaha bagi masyarakat dan sebuah keberkahan. Hal ini disebabkan dibutuhkannya pekerja atau sumber daya manusia dalam proses produksi. Sehingga membuka kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan meningkatkan pendapatan.