8 Pakaian Adat Indonesia Ini Go International!

8 Pakaian Adat Indonesia Ini Go International!
(Gambar : Pinterest)

Jatengkita.id – Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara multikultural yang kaya akan budaya. Selain memiliki desain rumah adat yang menawan dan penuh filosofi, pakaian adat Indonesia di masing-masing daerah provinsi pun cukup unik dan terkenal bahkan hingga kancah Internasional.

Selain itu, setiap pakaian adat memiliki  bahan, motif, sejarah, dan maknanya tersendiri. Dari 34 pakaian adat di Indonesia, ada beberapa pakaian yang terkenal hingga mancanegara. Apa saja itu? Simak ulasan pakaian adat Indonesia yang mendunia berikut ini!

  1. Kebaya, Jawa Tengah
(Gambar : helpshared.com)

Kebaya adalah pakaian tradisional Indonesia dari Jawa Tengah yang memiliki sejarah panjang. Pakaian adat ini umumnya terbuat dari kain yang lembut dan berkualitas tinggi, seperti brokat, sutera, atau katun halus. Kebaya menjadi simbol kepatuhan, kehalusan, dan tindak tanduk wanita yang lembut dan anggun,

Kebaya yang kita kenal sekarang ini dipengaruhi oleh kebaya yang dikenakan para perempuan di kerajaan Jawa pada abad ke-19. Pada mulanya, kebaya digunakan di Kerajaan Majapahit untuk para permaisuri atau selir raja.

Dulu, kebaya hanya bisa digunakan oleh wanita bangsawan Jawa, terutama di Yogyakarta dan Surakarta. Namun seiring berjalannya waktu, busana adat ini dapat digunakan oleh siapa saja. Kebaya memiliki kesan yang sangat klasik, namun tetap anggun dan cantik ketika dipakai.

Umumnya, kebaya Jawa Tengah biasa dipakai oleh mempelai wanita dalam acara besar seperti pernikahan adat Jawa. Selain itu, busana ini juga kerap digunakan pada peringatan acara tradisional, pernikahan, hingga momen kelulusan.

Pada acara-acara internasional, seperti pameran atau pertemuan diplomatik, perwakilan Indonesia sering kali mengenakan kebaya untuk memperkenalkan budaya Indonesia pada dunia. Pada tahun 2018, UNESCO secara resmi mengakui kebaya sebagai “Warisan Budaya Tak Benda Manusia” dari Indonesia. Pengakuan ini merupakan langkah besar dalam memperkuat identitas budaya Indonesia di tingkat dunia.

Baca juga : Nafas Panjang UMKM Semarang, Peluang Go International

  1. Payas Agung, Bali
(Gambar : helpshared.com)

Payas Agung adalah nama pakem penggunaan tata busana adat dan tata rias khas Bali yang hanya digunakan pada saat tertentu, seperti upacara pernikahan dan upacara potong gigi yang disebut mepandes, mesangih atau metatah.

Sejak zaman dulu, Payas Agung digunakan selama berlangsungnya prosesi upacara-upacara adat dalam perjalanan kehidupan manusia sesuai tradisi Bali. Payas Agung Bali memiliki aturan dan ciri khasnya tersendiri, yakni penggunaan mahkota yang menjulang tinggi yang terdiri dari bunga kap emas, bunga sandat emas, empek-empek emas, dan petitis emas.

Payas Agung dulunya dikenakan oleh kalangan Brahmana, Ksatria, dan Waisya. Kini, pakaian adat tersebut digunakan oleh pengantin karena memiliki keindahan pada warnanya yang cerah. Hal ini menggambarkan kebahagiaan dan kegembiraan.

Payas Agung dipakai untuk pasangan suami-istri yang melangsungkan upacara adat pernikahan bali. Busana Payas Agung kental dengan warna merah, emas, dan putih. Busana ini menjadi simbol keanggunan dan keelokan dalam tradisi Bali.

  1. Ulos, Sumatra
(Gambar : helpshared.com)

Kain ulos telah menjadi ciri khas dari suku Batak hingga menjadi pakaian adat Sumatera Utara. Ulos dibuat dengan proses yang kompleks dan memerlukan keterampilan khusus, sehingga memiliki nilai seni yang tinggi.

Kain ulos merupakan kain yang ditenun secara manual dengan menggunakan peralatan tenun tradisional. Bahan dasar kain ulos adalah benang sutra. Berdasarkan catatan sejarah, ulos mulai dikenal oleh suku Batak sejak abad ke-14, sejalan dengan masuknya alat tenun tangan dari India.

Ulos tidak hanya berperan sebagai pakaian atau selendang, tetapi juga sebagai lambang ikatan cinta, alat berkat, dan identitas adat. Suku Batak Toba pada umumnya menggunakan benang dengan warna putih, hitam, emas, merah, ataupun perak untuk membuat kain ulos.

Pada mulanya, ulos hanya berwarna putih. Kemudian, seiring berjalannya waktu, diberi warna dengan menggunakan pewarna alami dari tumbuhan, seperti kunyit, mengkudu, dan indigo. Warna-warna yang sering digunakan dalam ulos adalah merah, hitam, dan putih, yang melambangkan darah, kegelapan, dan kesucian.

Kain ulos umumnya memiliki motif yang berbeda-beda, antara lain kain ulos padang ursa, pinan lobu-lobu, pinuncaan, antak-antak, bintang maratur, serta kain ulos boolean.  Kenakeragamana motif, warna, dan ukuran ini memiliki makna dan filosofi masing-masing.

Setiap jenis kain ulos akan dikenakan pada acara dan kesempatan yang berbeda-beda, Hal ini karena setiap jenisnya punya arti atau makna yang berbeda. Ulos dianggap sebagai pemberian, penghargaan, perlindungan, dan penghubung hubungan.

  1. Biliu, Gorontalo
(Gambar : helpshared.com)

Biliu berasal dari kata bilowato yang artinya tingkah laku yang santun. Termasuk jika yang memakai pakaian ini akan memiliki sifat dan pembawaan yang baik di lingkungan keluarga setelah menikah. 

Biliu adalah pakaian yang dikenakan oleh pengantin perempuan yang terdiri atas blus dan rok panjang yang memperlihatkan ayuwa (sikap) dan popoli (tingkah laku). Pakaian adat Gorontalo ini wajib digunakan mempelai wanita dalam upacara adat pernikahan.

Keistimewaan pakaian adat Indonesia ini menampakkan perempuan Gorontalo bagai seorang ratu pada sebuah kerajaan. Biliu adalah pakaian tradisional yang paling lengkap ornamen adatnya. Pakaian ini juga paling tinggi kedudukannya karena disertai pula dengan penggunaan mahkota adat yang lengkap.

Biliu terdiri dari Bo’o Tunggohu/baju kurung berwarna merah dilengkapi Kucubu lo Duhelo (hiasan dada yang melapisi Bo’o Tunggohu sebagai pembalut dada), Kucubu lo Ulu’u yang membalut ujung lengan baju, Pateda (gelang-gelang lebar yang menghiasi tangan), dan Lu’ohu/Kula (sejenis cincin yang hanya dipakai di jari manis dan kelingking di tangan kiri dan kanan).

Pada baju adat Biliu, terdapat delapan macam aksesoris yang dikenakan oleh perempuan Gorontalo yang masing-masing memiliki makna filosofis tersendiri. Biliu dalam perkembangannya dikenal sebagai salah satu pakaian adat yang unik dan penuh nilai-nilai filosofis.

  1. Ulee Balang, Aceh
Pakaian Adat Indonesia dari Aceh
(Gambar : helpshared.com)

Aceh memiliki pakaian adat yang bernama Ulee balang. Kata ini merupakan bahasa Melayu “hulubalang” yang berarti golongan bangsawan dalam masyarakat Aceh yang memimpin sebuah kenegerian atau nanggroe.

Dahulu, Ulee balang hanya digunakan oleh bangsawan saja. Namun, kini sudah sering digunakan untuk berbagai keperluan seperti salah satunya upacara adat. Ulee Balang menyimpan segudang kisah, mulai dari sejarah, filosofi, hingga mitos dan legenda yang mengiringi eksistensinya hingga kini.

Ulee balang untuk laki-laki disebut linta baro dan untuk perempuan disebut daro baro. Pakaian adat Indonesia ini terdiri dari 3 bagian, yaitu meukeutop (bagian atas) atau penutup kepala seperti mahkota, meukasah (bagian tengah) atau baju yang menutup badan, dan sileuweu (bagian bawah).

Setiap elemen dalam Ulee Balang memiliki makna simbolis tersendiri. Meukeutop (penutup kepala) melambangkan kebijaksanaan dan kepemimpinan. Bentuknya yang menjulang ke atas mencerminkan cita-cita yang tinggi dan semangat untuk mencapai kejayaan.

Tengkulok (lilitan pada Meukeutop) menggambarkan keteguhan hati dan prinsip yang kuat. Baju Linto Baro (atasan pria) yang berwarna hitam, melambangkan keagungan, kewibawaan, dan kekuatan. Sulaman benang emas pada baju menambah kesan mewah dan elegan.

  1. Teluk Belangan, Riau
(Gambar : helpshared.com)

Pakaian adat Indonesia Teluk Belanga berasal dari Johor. Riau. Busana ini memiliki ciri khas warna polos, seperti hitam atau abu-abu, yang dipadukan dengan celana panjang senada. Baju adat Teluk Belanga merupakan simbol budaya dan identitas masyarakat Melayu.

Baju adat ini memiliki ukuran yang agak longgar dan berlengan panjang yang menutupi tangan sampai ke pergelangan. Teluk Belangan umumnya dipakai oleh laki-laki, sedangkan untuk perempuan adalah Kebaya Labuh.

Kedua pakaian adat tersebut merupakan warisan kebudayaan yang sering dikenakan pada saat upacara adat atau pernikahan. Baju Teluk Belanga memiliki lengan panjang yang agak menutup pergelangan tangan, dengan potongan yang lebar dan longgar, sehingga memberikan kenyamanan bagi pemakainya.

Biasanya, baju ini dibuat setelan dengan celana dan menggunakan bahan katun atau bahan lain yang berwarna polos. Secara filosofi, Teluk Lelangan dan Kebaya Labuh sebagai pakaian adat tradisional Riau disebutkan mengandung nilai-nilai filosofi seperti nilai semangat, syukur, dan nilai kejujuran dari masyarakat Riau.

  1. Laku Tepu, Sulawesi Utara
(Gambar : helpshared.com)

Laku Tepu merupakan pakaian adat dari Sulawesi Utara yang berasal dari suku Sangihe. Pakaian adat ini juga dikenakan oleh laki-laki dan perempuan. Laku Tepu berasal dari kata “laku” yang memiliki arti pakaian dan “tepu” yang berati agak sempit.

Pakaian adat Indonesia ini terbuat dari bahan serat kofo yang telah ditenun memakai kahuwang. Bentuk pakaian adat dari Sulawesi utara ini adalah pakaian panjang dengan warna-warna yang dominan, seperti merah, ungu, kuning tua, dan hijau tua.

Busana ini terbuat dari bahan serat kofo yang telah ditenun memakai kahuwang. Ciri khas dari pakaian adat laku tepu yakni pakaian ini merupakan terusan panjang yang untuk laki-laki panjangnya mencapai lutut dan telapak kaki, dan juga dilengkapi dengan ikat kepala yang juga disebut paporong.

Baju Laku Tepu laki-laki terdiri dari celana panjang, kemeja (baniang) panjang yang ukurannya di bawah betis namun tidak melewati celana panjang. Untuk ukuran kemeja lengan panjang tanpa kerah. dilengkapi dengan ikat pinggang (papogong) dan topi berbentuk kerucut (paporong).

Sedangkan untuk perempuan, modelnya pada bagian atas baju terusan sampai di bawah lutut. Pada bagian tangannya adalah tangan kebaya lengan panjang, sedangkan bagian dalamnya kahiwu yang bentuknya seperti kain sarung atau kain yang dilingkarkan di perut.

Untuk Panjangnya melewati baju panjang atau di bawah betis. Pada baju Laku Tepu punya lima warna dasar dan tiap warna menentukan tingkat sosial seseorang di masyarakat.

  1. Batik
(Gambar : istockphoto.com)

Batik menjadi salah satu pakaian yang dianggap sebagai warisan budaya Indonesia. Pakaian adat Indonesia ini telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO (2009). Batik merupakan sebuah teknik, simbol, dan kebudayaan terkait teknik mewarnai kain katun dan sutra dengan tangan (hand-dyed) yang berasal dari Indonesia.

Sejarah batik di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa. Pengembangan batik banyak dilakukan pada masa kerajaan Mataram, kemudian masa kerajaan Solo, dan Yogyakarta.  

Pakaian adat Indonesia ini pertama kali diperkenalkan kepada dunia internasional oleh Presiden Soeharto saat menghadiri konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Batik kemudian mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya, eksistensi batik terus berkembang hingga saat ini.

Popularitas batik kian tak terbendung, terbukti dengan para selebriti dunia tertangkap kamera mengenakan baju batik seperti Paris Hilton, Julia Roberts, Rachel Bilson, vokalis Judas Priest Rob Halford, dan sebagainya. Jadi tidak heran jika batik menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah mendunia. Batik dari tiap daerah pun memiliki motif serta filosofinya tersendiri.