Jatengkita.id – Candi Borobudur berada di wilayah Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini merupakan situs sejarah yang sudah dikenal banyak orang.
Keindahannya yang tidak diragukan lagi menjadikan Borobudur sebagai destinasi wajib saat berkunjung ke Magelang, baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Borobudur merupakan candi bercorak Buddha terbesar di Indonesia, bahkan dunia. Candi ini menjadi saksi bisu salah satu mahakarya manusia terbesar sepanjang sejarah peradaban. Selain kemegahannnya, Borobudor juga menyimpan makna filosofi kehidupan yang mendalam.
Candi borobudur dibangun dengan gaya Mandala yang mencerminkan alam semesta dan kepercayaan Buddha. Ada 504 patung Buddha dengan sikap meditasi dan enam posisi tangan yang berbeda di sepanjang candi.
Zona utama pada Candi Borobudur berjumlah tiga, di mana masing-masing menggambarkan tiap-tiap siklus kehidupan manusia. Borobudur tidak hanya menjadi tempat destinasi para wisatawan, namun juga digunakan sebagai tempat belajar, pemujaan Buddha, dan ziarah.
Destinasi favorit sekitar Candi Borobudur yang paling sering dikunjungi para wisatawan lokal maupun mancanegara adalah Punthuk Setumbu. Tempat ini berada di sebuah bukit yang memiliki ketinggian sekitar 400 mdpl yang terletak di gugusan Bukit Menoreh.
- Candi Borobudur dibangun Abad ke-8
Berdasarkan aksara yang tertulis, pembangunan Candi Borobudur diperkirakan dibangun antara abad ke-8 dan ke-9. Candi borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra yang juga merupakan raja terakhir. Ia adalah raja Kerajaan Medang yang memerintah pada tahun 792–835 M.
Pembangunan candi yang sudah terkenal hingga mancanegara ini tidak lepas dari peran raja-raja hebat yang memerintah pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Nama Raja Samaratungga mungkin tidak seterkenal Prabu Siliwangi, Hayam Wuruk, dan Gajah Mada.
Namun, kita perlu mengakui akan kehebatannya karena berhasil menyelesaikan candi nan cantik dan megah sebagai peninggalannya. Diketahui, butuh waktu 75-100 tahun untuk bisa menyelesaikan mahakarya ini pada masa pemerintahan Raja Samaratungga.
Meskipun belum ada bukti konkret mengenai alasan utama Candi Borobudur dibangun, sejumlah sejarawan menyebutkan bahwa proses pembangunan Candi Borobudur telah dilakukan sejak masa Dinasti Sanjaya dan dirampungkan di masa kepemimpinan Dinasti Syailendra.
Seiring berkembangnya kerajaan Islam di Jawa, Candi Borobudur mulai ditinggalkan pada abad ke-14. Hal ini berdasarkan penemuan dan bukti-bukti sejarah, bahwa Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring dengan melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa, serta mulai masuknya pengaruh Islam.

- Ditemukan Kembali oleh Sir Thomas Stamford Raffles
Gubernur Jenderal Inggris di Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan Candi Borobudur pada 1814. Cerita ini ia tuliskan pada sebuah buku berjudul “The History of Java” atau Sejarah Pulau Jawa. Ia rajin mengunjungi daerah-daerah di pulau Jawa yang kemudian menuliskan perjalanan panjangnya.
Raffles menemukan Candi Borobudur saat mengunjungi Semarang. Ia menemukannya dalam bentuk gundukan batu besar yang terkubur di tanah dan tertutup semak belukar. Atas perintahnya, H.C. Cornelius ditugaskan untuk membersihkan area Candi Borobudur untuk dipelajari.
Sebenernya, penemuan candi di masa tersebut, dipercaya terbagi menjadi dua versi, yaitu penemuan oleh Raffles dan Tan Jin Sing.
Penemuan yang dilakukan oleh Tan Jin Sing ini diketahui berawal pada tahun 1793, di mana dirinya didapuk menjadi Kapiten Cina untuk daerah Kedu. Pada 1802, ia bertugas sebagai Kapiten Cina di Yogyakarta.
Berlanjut pada 1813, Tan Jin Sing dilantik sebagai Bupati Yogyakarta dengan gelar KRT Secodiningrat yang bermula ketika ia mengunjungi Residen Yogyakarta, Crawfurd. Residen selanjutnya meminta Tan Jin Sing menghadap Raffles pada 03 Agustus 1812.
Pada waktu keduanya bertemu dan berbincang, Raffles dengan antusias menceritakan bahwa dirinya tertarik pada candi-candi peninggalan Jawa dan ingin mempelajarinya.
Mendengar penuturan Sang Gubernur Jenderal, Tan Jin Sing berkata bahwa salah seorang anak buahnya pernah mengatakan di Desa Bumisegoro, dekat Muntilan, melihat sebuah candi besar. Tapi sudah tertutupi rumput liar karena ditumbuhi semak belukar dan terkubur.
- Pernah Rusak Akibat Bencana Alam dan Bom
Selain usianya yang sudah lama, Candi Borobudur juga melewati masa-masa suram akibat kerusakan karena beberapa faktor. Borobudur pernah rusak akibat bencana alam erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010.
Debu vulkanik akibat erupsi menutupi kompleks candi dengan ketebalan 2.5 sentimeter. Dampaknya, kawasan wisata ditutup beberapa lama untuk dilakukan pembersihan.
Borobudur yang dibangun di sebuah bukit yang menjorok ke danau purba itu ditinggalkan kemudian terselimuti debu vulkanis dan material lahar dari gunung api yang mengelilinginya, yaitu Merapi, Sindoro, dan Sumbing.
Material vulkanis yang menutupi candi menjadi tempat bertumbuhnya rumput liar dan semak belukar, yang mengelilingi hampir seluruh candi. Selain itu, candi ini juga pernah rusak akibat aksi teror bom pada tahun 1985.
Pengeboman tersebut membuat sembilan stupa yang tersusun dari 2.692 blok batu itu diperkirakan runtuh mencapai 60-70 persen. Menurut beberapa sumber, pelaku memasang bom pada beberapa titik.
Bahan peledak dibungkus dalam plastik berwarna merah dan masing-masing diberi timer agar bisa meledak pada waktu yang bersamaan.
- Candi Borobudur Menjadi Wisata Ziarah bagi Umat Buddha
Setelah pemugaran, Candi Borobudur ditetapkan sebagai pusat ibadah agama Buddha Indonesia dan dunia. Penetapan Candi Borobudur sebagai tempat peribadatan disahkan melalui nota kesepakatan dilakukan pada Jumat, 11 Februari 2022.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X yang ikut menandatangani nota kesepakatan tersebut mengatakan penetapan itu untuk memanfaatkan candi sebagai tujuan keagamaan, religi, dan ibadah. Kesepakatan ini juga dilakukan bersamaan dengan Candi Prambanan.
Selain itu, candi Borobudur juga dijadikan sebagai pusat perayaan Waisak dan Asadha di Indonesia. Hal tersebut tentu menarik perhatian wisatawan domestik hingga internasional.
Baca juga : Unimaginable! Keajaiban Dunia Ini Hasil Kreasi Manusia, Loh!