Jatengkita.id – Tidur selalu menjadi kebutuhan dasar manusia yang sering dianggap sederhana, padahal menyimpan misteri besar. Salah satu pertanyaan yang kerap muncul adalah lebih sehat mana, tidur dengan mimpi atau tidur tanpa mimpi?
Pertanyaan ini bukan sekadar rasa penasaran, tetapi menyentuh aspek medis, psikologis, hingga budaya. Menurut pakar kesehatan tidur, manusia mengalami beberapa fase tidur dalam semalam. Dua fase utama yang paling dikenal adalah non-REM (NREM) dan REM (Rapid Eye Movement).
Pada fase REM inilah biasanya mimpi muncul. Fase ini ditandai dengan gerakan cepat bola mata, aktivitas otak yang meningkat, serta denyut jantung yang sedikit lebih cepat.
Sementara itu, tidur tanpa mimpi biasanya terjadi pada fase NREM, khususnya tahap tidur dalam yang disebut slow-wave sleep. Pada fase ini, tubuh melakukan regenerasi sel, memperbaiki jaringan, dan memulihkan energi.
Tidur dengan Mimpi, Jendela ke Alam Bawah Sadar
Bagi sebagian orang, mimpi menjadi pengalaman berharga. Ada yang menganggap mimpi sebagai “panggung rahasia” pikiran bawah sadar, tempat segala rasa, ingatan, bahkan kekhawatiran muncul dalam bentuk simbol-simbol.
Secara psikologis, mimpi dianggap bermanfaat dalam membantu otak memproses emosi. Penelitian dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa orang yang bermimpi setelah mengalami pengalaman emosional berat cenderung lebih cepat pulih secara mental.
Mimpi dapat menjadi semacam “simulasi aman” bagi otak untuk menghadapi konflik atau kecemasan. Dari sisi kreativitas, mimpi juga kerap memicu ide-ide baru. Banyak seniman, penulis, hingga ilmuwan yang mengaku mendapat inspirasi dari mimpi.
Contohnya, Paul McCartney menciptakan lagu terkenal setelah mendengarnya dalam mimpi. Atau ilmuwan Friedrich August Kekulé yang menemukan struktur cincin benzena lewat gambaran mimpi tentang ular melingkar.
Namun, tidur dengan mimpi juga punya sisi lain. Orang yang terlalu sering bermimpi buruk justru bisa mengalami gangguan tidur, kecemasan, hingga depresi. Dalam kasus ekstrem, mimpi buruk berulang dapat menjadi gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Baca juga: 5 Manfaat Membaca Buku Sebelum Tidur, Jangan Skip!

Tidur Tanpa Mimpi, Rehat yang Lebih Tenang
Di sisi lain, tidur tanpa mimpi kerap dianggap sebagai tanda tidur yang nyenyak. Pada fase tidur dalam tanpa mimpi, tubuh bekerja maksimal untuk pemulihan fisik. Produksi hormon pertumbuhan meningkat, sistem kekebalan tubuh diperkuat, dan memori jangka panjang dipadatkan.
Banyak orang merasa tidur tanpa mimpi memberi kesan “tidur pulas” dan bangun dengan kondisi lebih segar. Secara medis, hal ini masuk akal, sebab otak tidak sibuk menciptakan narasi mimpi yang rumit, melainkan benar-benar fokus pada pemulihan tubuh.
Namun, tidur tanpa mimpi juga tidak selalu berarti baik. Jika seseorang tidak pernah mengalami fase REM sama sekali, bisa jadi ada gangguan tidur, misalnya sleep apnea atau insomnia kronis. Padahal fase REM tetap penting bagi kesehatan otak.
Mana yang Lebih Bagus?
Jawaban atas pertanyaan ini ternyata tidak sederhana. Baik tidur dengan mimpi maupun tanpa mimpi memiliki manfaat masing-masing. Yang terpenting bukanlah ada atau tidaknya mimpi, melainkan apakah tidur berlangsung dengan siklus yang lengkap dan berkualitas.
Tidur yang sehat idealnya mencakup perpaduan antara NREM dan REM. Artinya, seseorang akan melewati tidur dalam tanpa mimpi untuk pemulihan fisik, sekaligus tidur dengan mimpi yang membantu kesehatan emosional dan mental. Jika salah satu fase terganggu, kualitas tidur secara keseluruhan bisa menurun.
Selain dari sisi medis, mimpi punya tempat tersendiri dalam budaya. Di banyak tradisi, mimpi dianggap sebagai pesan atau pertanda. Dalam budaya Jawa, mimpi sering ditafsirkan melalui primbon. Di beberapa suku asli Amerika, mimpi diyakini sebagai jembatan spiritual.
Meski sains modern memandang mimpi sebagai aktivitas otak, makna budaya ini menunjukkan betapa besar peran mimpi dalam kehidupan manusia. Bahkan, perdebatan tentang tidur dengan atau tanpa mimpi seringkali dipengaruhi keyakinan kultural masing-masing.
Jadi, tidur dengan mimpi atau tanpa mimpi bukan soal mana yang lebih baik, melainkan bagaimana tubuh kita mendapat porsi seimbang dari keduanya. Mimpi memberi manfaat psikologis dan emosional, sementara tidur tanpa mimpi memberikan pemulihan fisik yang mendalam.
Pada akhirnya, yang terpenting adalah tidur berkualitas yang membuat kita bangun dengan tubuh segar, pikiran jernih, dan hati lebih tenang. Entah bermimpi atau tidak, tidur tetaplah anugerah yang menjaga keseimbangan hidup manusia.