Jatengkita.id – Ketika wisata populer kian dipadati wisatawan dan hiruk pikuk kota terasa menekan, ada satu tempat di Jawa Tengah yang menawarkan keheningan yang tak bisa dibeli, yaitu Candi Selogriyo. Wisata sejarah Magelang ini tersembunyi di balik bukit, seperti menjaga rahasia kuno ribuan tahun.
Bukan sekadar destinasi, Selogriyo adalah pengalaman, tempat dan waktu seakan berhenti, udara terasa lebih jernih, dan pikiran menjadi ringan. Pesona di sini seolah menjadi visualisasi Ubud di Bali.
Lokasi dan Gambaran Umum
Candi Selogriyo berada di Desa Campurejo, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, tepat di lereng timur Gunung Sumbing pada ketinggian lebih kurang 700 mdpl. Untuk mencapainya, pengunjung harus berjalan kaki sekitar dua kilometer dari area parkir.
Meski terdengar menantang, trek yang dilalui justru menjadi daya tarik utama. Ada jalan setapak yang membelah hamparan sawah terasering, perbukitan hijau, suara serangga, dan aliran air irigasi yang menenangkan. Udara dingin akan menyapa sejak langkah pertama.
Jejak Sejarah
Candi Selogriyo diperkirakan dibangun pada abad ke-8 hingga ke-9 M pada era Kerajaan Mataram Kuno. Secara arsitektur, candi ini berbeda dengan candi Hindu kebanyakan. Ukurannya lebih ramping, lebih mungil, namun terasa sangat proporsional dan anggun.
Bangunan utama candi memiliki satu bilik (garbhagriha) yang dulu diyakini sebagai tempat untuk menaruh arca pemujaan. Pada bagian luar terdapat ornamen sederhana berbentuk relung dan ukiran, memberi kesan suci tanpa kemegahan berlebihan.
Bentuk atapnya tinggi dan meruncing ke atas, ciri khas arsitektur Hindu masa klasik. Meski sempat runtuh akibat tanah longsor, Candi Selogriyo berhasil dipugar melalui proses panjang dan teliti.
Kini, candi berdiri kembali dengan gagah, dikelilingi pagar pelindung dan taman yang asri. Pemugaran tersebut tidak menghilangkan kesan magis dan keasliannya.
Perjalanan yang Menjadi Bagian dari Pengalaman
Berbeda dengan banyak candi yang keindahannya dapat dinikmati tanpa perlu usaha berarti, Candi Selogriyo justru menawarkan pengalaman yang lebih dalam. Trek menuju puncak bukan sekadar jalan setapak, melainkan bagian penting dari perjalanan itu sendiri.
Semakin tinggi menapaki jalur di antara hamparan sawah dan perbukitan, suasana menjadi semakin sepi, semakin tenang, dan seolah mengajak pengunjung untuk merenung serta menyatu dengan alam.

Pada pagi hari, kabut tipis menggantung di antara bukit-bukit kecil, menciptakan suasana dramatis seperti lukisan. Saat matahari mulai naik, tepian sawah terasering memantulkan cahaya keemasan.
Pemandangan ini membuat Selogriyo sangat direkomendasikan bagi para pencinta fotografi dan pelancong yang ingin merasakan suasana pedesaan autentik tanpa sentuhan komersial berlebihan.
Kisah Spiritual dan Budaya Lokal
Masyarakat sekitar memandang Candi Selogriyo bukan hanya sebagai situs kuno, tetapi juga simbol sejarah dan penghormatan pada leluhur. Beberapa tradisi adat masih dilakukan di sekitar candi pada hari-hari tertentu, seperti suronan atau nyadran, bentuk syukur atas hasil panen dan keselamatan.
Banyak pengunjung yang merasa lebih tenang setelah menghabiskan waktu di sini. Bukan karena kepercayaan mistis semata, tetapi karena atmosfer alamnya yang sangat menenteramkan.
Informasi Tambahan untuk Wisatawan
Tiket masuk ke Candi Selogriyo sangat terjangkau yaitu Rp10.000. Dan waktu terbaik untuk berkunjung yakni pada pukul 06.00 sampai 09.00 untuk menikmati panorama sunrise yang paling indah. Sediakan waktu 3–4 jam agar bisa trekking, berfoto, dan beristirahat dengan santai.
Kenakan sepatu trekking ringan dan jaket tipis karena jalur berjalan cukup panjang dan udara pagi cukup dingin. Disarankan berkunjung saat musim kemarau agar jalur tidak licin dan perjalanan terasa lebih aman serta nyaman.
Candi Selogriyo adalah perpaduan sempurna antara sejarah kuno, petualangan ringan, dan keindahan alam. Tidak megah dalam ukuran, namun megah dalam ketenangan dan makna.
Bagi Anda yang ingin sejenak menjauh dari keramaian dan kembali menyatu dengan alam, Selogriyo akan menjadi pelukan yang menenangkan.
Baca juga: Memahami Makna Sanggul Jawa dalam Tata Rias






