Lebih dari Hitungan Lahir, Begini Tradisi Wetonan Jawa

Lebih dari Hitungan Lahir, Begini Tradisi Wetonan Jawa
Kalender Jawa (Gambar: unsplash.com)

Jatengkita.id – Tradisi Wetonan adalah kebiasaan masyarakat Jawa yang dilakukan pada hari kelahiran seseorang. Budaya tersebut didasarkan pada sistem penanggalan tradisi Jawa yang memiliki siklus 35 hari.

Wetonan tidak hanya menjadi bentuk ungkapan rasa syukur, tetapi juga sebagai wujud penghormatan terhadap sedulur papat atau empat saudara yang menyertai manusia sejak lahir. Keempat elemen ini meliputi air ketuban (kawah), ari-ari (plasenta), darah (getih), dan tali pusar (puser).

Unsur tersebut diyakini sebagai saudara kandung sang bayi selama berada dalam rahim. Dalam budaya Jawa, sedulur papat ini sangat dihormati karena dipercaya memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan bayi sejak dalam kandungan hingga dewasa.

Tata cara wetonan memiliki bentuk pelaksanaan yang beragam di setiap daerah di Jawa. Namun tetap mengusung tujuan yang sama, yaitu memohon keselamatan dan keberkahan.

Di beberapa tempat, peringatan wetonan dilakukan dengan cara yang khusyuk seperti meditasi, menyepi, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sementara di wilayah lain, wetonan dirayakan dengan lebih sederhana, misalnya mengundang kerabat atau teman dekat untuk makan bersama.

Ada pula yang memperingatinya dalam skala lebih besar berupa acara sosial, di mana orang-orang saling berbagi cerita, memberi nasihat, dan mendengarkan satu sama lain.

Setiap doa yang dipanjatkan dalam tradisi ini biasanya disertakan harapan akan kelancaran rezeki dan keselamatan bagi orang yang memperingati hari wetonnya.

tradisi wetonan
Sajian dalam tradisi wetonan (Gambar: budaya-indonesia.org)

Tradisi ini melekat kuat pada sistem kehidupan sehari-hari dalam bentuk perhitungan hari baik, peruntungan, ucapan syukur, tradisi gotong royong, toleransi, dan keyakinan terhadap sedulur papat. 

Baca juga: Weton Jawa: Fungsi, Makna, dan Cara Menghitungnya

Dalam prosesi tradisi wetonan, sajian makanan menjadi bagian penting yang tak terpisahkan. Biasanya, tuan rumah akan menyuguhkan berbagai hidangan khas yang kepada tamu sebagai bentuk rasa syukur sekaligus simbol harapan baik.

Beberapa jenis makanan yang umum dihidangkan antara lain tumpeng, ayam ingkung, pisang, gudangan, serta jenang abang putih yang dianggap sebagai hidangan istimewa dalam momen tersebut.

Setiap makanan yang disajikan dalam tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai konsumsi semata, tetapi juga sarat makna simbolis. Misalnya, sayur kacang panjang yang disajikan utuh tanpa dipotong dipercaya melambangkan harapan akan umur panjang bagi yang diperingati wetonnya.

Tumpeng melambangkan doa dan harapan yang mengarah pada Tuhan. Sementara ayam ingkung mencerminkan kepasrahan dan keikhlasan. Sajian ini memperkaya makna wetonan sebagai perwujudan nilai spiritual, filosofi hidup, dan warisan budaya masyarakat Jawa yang penuh makna.

Tradisi wetonan bukan sekadar seremonial atau peringatan simbolis semata. Wetonan merupakan bagian dari warisan budaya leluhur yang sarat makna mendalam.

Di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur, kebijaksanaan lokal, serta keyakinan spiritual yang telah dijaga dan diwariskan secara turun-temurun.

Pelestarian tradisi ini tidak hanya menjadi wujud penghormatan terhadap budaya nenek moyang, tetapi juga menjadi sarana penting dalam menjaga keberlangsungan identitas kultural masyarakat Jawa yang kaya akan filosofi dan keragaman

Baca juga: Mengenal Watak Seseorang Lewat Weton Jawa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *