Jatengkita.id – Konstantinopel merupakan ibu kota Byzantium dari Kekaisaran Romawi Timur. Penaklukkan Konstantinopel sukses dilakukan oleh Kekaisaran Ottoman pada tahun 1453 di bawah kepemimpinan Sultan Mehmet II atau dikenal dengan Muhammad Al-Fatih.
Kini, kita mengenal Konstantinopel sebagai Turkiye. Jatuhnya Konstantinopel menandai berakhirnya Abad Pertengahan dan dimulainya Abad Renaisans.
Seberapa penting penaklukkan Konstantinopel?
- Kekaisaran yang digdaya
Lebih dari 1000 tahun Konstantinopel berdiri kokoh. Kota yang dikelilingi dengan tembok ini sangat sulit ditaklukkan oleh bangsa-bangsa lain seperti Viking, Arab, dan lainnya. Lapisan perlindungan terdiri dari parit, tembok tengah, dan tembok utama. Tembok terkenal yang melindungi kota ini disebut Theodosian.
Di jalur laut, Konstantinopel memperkuat kota dengan rantai besar yang menghalau kapal-kapal masuk wilayah tersebut. Rantai di pasang di teluk Golden Horn dekat Selat Bosporus. Kota ini memang dikenal memiliki pertahanan militer sangat kuat pada zaman itu.
- Hadist Rasulullah Muhammad SAW
Hadist 1 :
“Kami berada di sisi Abdullah bin Amr bin Ash dan beliau ditanya tentang mana kota yang dibuka terlebih dahulu, apakah Konstantinopel ataukah Romawi? Maka beliau meminta untuk diambilkan sebuah kotak, lalu beliau mengeluarkan sebuah kitab lalu berkata: ‘Berkata Abdullah bin Mas’ud : Tatkala kami bersama Rasulullah SAW untuk menulis, tiba-tiba beliau ditanya : Manakah kota yang terlebih dahulu dibuka, apakah Konstantinopel ataukah Romawi? Maka beliau menjawab : Yang dibuka terlebih dahulu adalah kota Heraklius. Yaitu Konstantinopel.“ (HR. Ahmad)
Hadist 2 :
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin. Dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” – (HR. Ahmad bin Hanbal)
Hadist Rasulullah Muhammad SAW di atas menjadi pondasi keyakinan Muhammad Al-Fatih. Saat itu, ia masih berusia 21 tahun dan banyak diragukan, baik oleh kalangan internal maupun musuh-musuh Islam. Namun, dengan sikap pantang menyerahnya, ia berhasil menaklukkan Konstantinopel yang digdaya itu.
Mengapa Islam menaklukkan Konstantinopel?
Pertempuran Islam dengan Romawi sudah terjadi sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW. Sejak perkembangan Islam, banyak perang yang melibatkan muslim dan bangsa Romawi, mulai dari Perang Muktah, Perang Yarmuk, Ekspedisi Perang Tabuk, dan lain-lain.
Penaklukkan demi penaklukkan menjadi hal yang sangat umum di zaman dahulu. Bila Islam tidak melakukan penyerangan, maka muslimlah yang akan tertindas. Sehingga, penaklukkan Konstantinopel dinilai sangat penting untuk peradaban dunia yang lebih baik.
Bangsa Romawi Timur tergolong Kafir Harbi Filan yang terang-terangan memusuhi Islam. Interaksi yang terjalin antara Muslim dengan mereka hanyalah perang. Namun, gesekan yang terjadi hanyalah dengan penguasanya saja, bukan kepada penduduknya.
Penduduk Konstantinopel justru meminta ditaklukkan oleh Islam. Hal ini dikarenakan Islam yang mampu mengayomi mereka dengan penuh kehumanisan. Mereka diberikan jaminan hidup dan kebebasan untuk melakukan ibadah tanpa paksaan.
Kesejahteraan pun terjamin. Tiada kekerasan dan toleransi sangat terjaga. Islam rahmatan lil ‘alamin benar-benar tercermin dalam kehidupan pasca penaklukkan Konstantinopel. Bahkan, penduduk di belahan bumi lain pun juga memilih ditaklukkan oleh Islam daripada kerajaan lain.
Bagaimana strategi penaklukkan dari Muhammad Al-Fatih?
Muhammad Al-Fatih mengawali penyerangan dengan mengirimkan surat tentang penawaran penyerahan Konstantinopel secara damai. Namun, ditolak mentah-mentah.
Ia lalu membangun menara Ruseli Hasari di tepi Selat Bosporus dekat Galata. Pemilihan tempat pembangunan menara tersebut sangat strategis, yaitu mengisolasi kota dari bantuan eksternal.
Al-Fatih dikenal dengan kejeniusannya dan kemahiran dalam strategi militer. Ia mempersiapkan penyerangan dengan matang dan membawa amunisi perang yang dilengkapi teknologi paling canggih di zaman itu. Salah satu amunisi yang terkenal adalah meriam Basilica yang memiliki daya ledak luar biasa.
Selama 53 hari penyerangan, Muhammad Al-Fatih dan pasukannya masih belum bisa menembus Konstantinopel. Hingga pada akhirnya, Al-Fatih melakukan manuver dengan strategi penyerangan melalui teluk Golden Horn.
Ia meminta pasukannya untuk memindahkan kapal-kapal melewati daratan menuju teluk. Ajaibnya, pemindahan itu bisa diselesaikan hanya dalam waktu semalam. Para pasukan memotong pohon dan melumurinya dengan lemak untuk mempermudah penarikan dan memperkecil gesekan.
Sebanyak 72 kapal berhasil ditempatkan di teluk. Saat itu, warga berkumpul di kota dan fokus pada perayaan paskah. Perang pun berkobar. Jumlah pasukan Byzantium yang lebih sedikit daripada pasukan Ottoman berhasil dipukul mundur.
Berkibarnya bendera Ottoman di puncak tembok Theodosian menandakan jatuhnya Konstantinopel. Warga yang saat itu merasa khawatir dengan keberlangsungan hidupnya, justru dijamin oleh Muhammad Al-Fatih. Kaum Nasrani juga tetap diizinkan tinggal di Konstantinopel.
Haghia Sophia yang sebelumnya merupakan simbol spiritual bagi kaum Nasrani sebagai gereja, setelah penaklukkan Konstantinopel, tempat ini diubah menjadi masjid.
Seputar Sejarah islam : Part #5 : Gorgeous! Bak Nirwana, Beginilah Visualisasi Alhambra