Part #3 : Memories of The Granada

Part #3 : Memories of The Granada
(Gambar : Pinterest)

Jatengkita.id – Granada menjadi benteng terakhir kaum muslimin setelah kejatuhan Cordoba. Kerajaan Islam terakhir di Eropa Barat ini mampu bertahan di bawah kepemimpinan Bani Nashr selama dua abad. Banyak pengungsi dari taifa (kerajaan kecil) yang datang, sehingga menyebabkan kota ini padat penduduk.

Pengungsi yang memilih Granada dilandasi alasan kondisi wilayah tersebut yang dianggap paling aman. Hal ini dikarenakan letak geografis kota ini terletak di dekat Selat Gibraltar yang memudahkan bantuan datang dari Afrika.

Granada sangat maju pesat. Banyak cendekiawan dan ulama yang mendirikan masjid, membangun universitas, perpustakaan, bahkan maju dalam bidang industri kertas, tekstil, garmen, dan pembuatan kapal. Wilayahnya dulu meliputi Jaen, Almeira, Malaga, dan Valencia.

Namun, kemajuan kota ini perlahan pudar hingga tak bersisa lagi kejayaan Islam disana. Kejatuhan Granada disebabkan oleh pengkhianatan dan perebutan kekuasaan di kalangan internal.

Granada, Spain - best things to do & most beautiful Instagram spots in the city
Istana Alhambra (Gambar : exploredbymarta.com)

Perang Saudara

Perang saudara menjadi penyebab awal jatuhnya Granada. Anggota keluarga sama sekali tidak menunjukkan etika untuk saling berebut tahta. Salah satu puncaknya adalah saat pembunuhan Muhammad XII kepada Muhammad Al-Zagal. Parahnya, ia bekerja sama dengan kerajaan Kristen.

Sebagai imbalan atas bantuan yang diberikan kerajaan Kristen, Muhammad XII menjanjikan penyerahan kedaulatan Granada kepada Ferdinand dan Issabela.

Hal tersebut menjadi jalan awal bagi pasukan Ferdinand untuk mengepung Granada dengan mudah. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1491, dimana sebanyak 50 ribu prajurit berjibaku mempertahankan benteng terakhir kerajaan Islam.

Pada tahun 1492 H, tepatnya tanggal 02 Januari, pasukan Islam diusir dari tanahnya oleh pasukan Ferdinand. Mereka sempat bertahan dengan kondisi lapar selama musim dingin. Dan dalam kondisi terpaksa, kaum muslimin mengorbankan tembok kayu Istana Alhambra untuk dibuat perapian sebagai penghangat.

Tak hanya kaum muslimin yang terusir, Muhammad XII juga akhirnya dibuang bersama keluarganya ke Afrika. Ia menatap Alhambra dengan sembilu di bukit Zafrat Al-Arabi Al-Akhirah (The Moor’s Sigh) untuk terakhir kalinya sambil meneteskan air mata.

Ibunya yang menyaksikan anaknya demikian, berujar “Engkau menangis seperti perempuan untuk sesuatu yang tak pernah engkau pertahankan selayaknya laki-laki“.

Ferdinand-Aragon dan Issabela-Castilla (Ilustrasi : Pinterest)

Pengkhianatan Menteri

Selain perang saudara, sebab lain jatuhnya Granada dikarenakan pengkhianatan menteri-menteri yang berada di sekeliling Muhammad XII. Ada tiga menteri yang disebutkan dalam buku Lost Islamic Victory #2, yaitu Yusuf bin Kamasyah, Abul Qasim Al-Malih, dan Al-Faqih Al-Baqini.

Mereka memanfaatkan kelemahan Muhammad XII dan terus menekannya dengan berbagai iming-iming kekuasaan hingga Granada jatuh ke tangan Ferdinand. Salah satu menteri, Yusuf bin Kamasyah menjual Granada kepada Ferdinand dan buktinya masih terabadikan sampai saat ini di salah satu museum di Granada.

Pengkhianatan itu berbentuk sebuah surat yang dikirimkan kepada Ferdinand. Dalam surat itu, Yusuf bin Kamasyah menuliskan bahwa ia bersumpah atas nama Allah akan menyerahkan Granada dan menghinakan para mujahid dengan sebutan “kaum gila”.

Dan pada akhirnya, menteri itu murtad setelah mendapat rayuan jabatan dari kaum Kristen.

Panglima Musa bin Abi Ghassan

Salah satu mujahid terakhir yang mempertahankan Granada adalah Musa bin Abi Ghassan. Ia bersama pasukan yang jumlahnya tak seberapa dan lebih sering kalah dalam perlawanan sporadis, bertempur hingga titik darang penghabisan.

Hingga dalam pertempuran terakhir, ia dan pasukannya terdesak ke tepi jurang yang bawahnya lautan. Mereka memutuskan untuk mati syahid daripada tertawan dan dimurtadkan. Musa bin Abi Ghassan berseru, “Mati syahid di bawah reruntuhan tembok Granada lebih mulia daripada hidup di bawah penindasan kaum kafir!”.

Ia mengungkapkan, hal paling berat adalah menghadapi ketidakmampuan Sultan Muhammad XII keluar dari jeratan para pejabat yang berkhianat. Hal itulah yang menjadi sebab utama jatuhnya Granada. Dan ini lebih berat daripada menghadapi pasukan Ferdinand dan Issabel.

Runtuh sudahlah kejayaan Islam di Andalusia selama 8 abad itu setelah Granada gagal dipertahankan.

Baca juga : Part #2 : Sevilla, Kota Istimewa yang Sulit Ditaklukkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *