Tan Malaka dan Sarekat Islam: Memahami Kedekatan dan Perjuangannya

Tan Malaka dan Sarekat Islam: Memahami Kedekatan dan Perjuangannya
Tan Malaka saat menempuh pendidikan di Belanda (Gambar: nationalgeographic.grid.id)

Jatengkita.id – Siapa yang menyangka bahwa sosok Tan Malaka yang dikenal beraliran komunis ternyata sangat dekat dengan konsep perjuangan Islam? Kedekatan Tan Malaka dan Sarekat Islam (SI) menjadi salah satu bahasan menarik dalam histori perjuangan ideologi di masa kemerdekaan.

Gagasan Tan Malaka mengenai aliansi komunisme-islamisme tidak didukung oleh pimpinan SI, yaitu HOS Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim. Mereka menyebut bahwa gerakan komunisme adalah gerakan yang memecah belah.

Sarekat Islam berlandaskan pada nilai Islam, sementara komunisme tidak mengenal Tuhan. Selain itu, Sarekat Islam memperjuangkan seluruh kaum, sementara komunis hanya memperjuangkan kaum proletar.

Tak hanya itu, HOS Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim juga menyebut bahwa Komunisme Internasional menentang Pan-islamisme.

Tan Malaka memiliki kisah hidup yang tragis bahkan hingga akhir hayatnya. Semasa hidupnya, ia diasingkan hingga harus berpindah dari satu negara ke negara lainnya.

Selama pengasingannya, Tan Malaka berhasil menghimpun banyak karya yang merupakan buah ideologinya. Salah satunya adalah buku berjudul Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika).

Sekembalinya di Indonesia, ia masih tetap diburu bahkan oleh pemerintahnya sendiri hingga berakhir ditembak mati di Kediri, Jawa Timur. Lokasi makamnya pun sempat menjadi perebutan, akankah di tempatkan di tanah kelahirannya atau di lokasi terakhir perjuangannya.

Pan-islamisme

Meski berhaluan kiri, Tan Malaka tetap berpegang teguh pada nilai perjuangan Islam dalam mencapai kemerdekaan. Ia memaknai gerakan Pan-islamisme bisa menjadi tonggak perjuangan nasional yang bisa meruntuhkan imperialisme dunia.

Bahkan, ia turut menyuarakan dukungan aliansi gerakan komunisme-islamisme untuk melawan imperialisme dunia. Namun, gagasan tersebut meskipun ada yang menyepakati, tetap menuai banyak  kritik dari berbagai kalangan komunis.

Baca juga: Jawa Tengah dalam Bayang-Bayang PKI: Sejarah, Pemberontakan, dan Penumpasan

tan malaka dan sarekat islam
Bekas gedung Sarekat Islam Semarang (Gambar: voi.id)

Kontribusi Tan Malaka pada Sekolah Sarekat Islam di Semarang

Tan Malaka menjadi salah satu orang yang beruntung karena berhasil dikirim sekolah ke Harleem, Belanda. Di sanalah ia banyak belajar langsung tentang ideologi barat seperti Marxisme dan sosialisme. Sekembalinya ke Indonesia, ia bertekad untuk memimpin bangsanya mencapai kemerdekaan.

Pada tahun 1921, atas persetujuan HOS Tjokroaminoto, Tan Malaka mendirikan sekolah rakyat yang kemudian dikenal sebagai Sekolah Sarekat Islam. Sekolah yang terletak di Semarang ini dimaksudkan sebagai wadah perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme.

Meski dikenal sebagai tokoh revolusioner, Tan Malaka justru lebih memilih jalur pendidikan untuk membangun kesadaran dan mencerdaskan pribumi dalam mencapai kemerdekaan.

Dalam menjalankan visinya, program sekolah Tan Malaka didasarkan pada prinsip kerakyatan dan berakar pada budaya lokal, bukan budaya yang dibawa pemerintah kolonial Belanda. Praktik pendidikannya bersumber pada nilai-nilai dan jati diri bangsa, bukan kapitalisme Barat.

Keberhasilannya membangun sekolah ini menjadikannya sebagai sosok yang sangat berjasa. Ia bahkan mendapat sebutan sebagai “Bapak Republik Indonesia”. Tan Malaka sukses menanamkan fondasi semangat nasionalisme dan gotong royong untuk mencapai kemerdekaan.

Baca juga: Mengungkap Pecahnya Sarekat Islam dan Lahirnya PKI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *