Berita  

Setya Arinugroho Tekankan Penguatan Keamanan MBG Jateng

Setya Arinugroho Tekankan Penguatan Keamanan MBG Jateng
(Gambar: Arsip)

Jatengkita.id – Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Setya Arinugroho, menegaskan pentingnya penguatan standar keamanan pangan dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis atau MBG Jateng.

Ia mengatakan, program yang digagas pemerintah tersebut merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan kemampuan belajar generasi muda.

Menurut Ari, hasil kajian lapangan yang diungkap sejumlah lembaga akademik dan instansi teknis harus dipandang sebagai masukan konstruktif bagi perbaikan program.

“Temuan-temuan itu bukan untuk menyalahkan siapa pun. Justru menjadi dasar untuk memperkuat kualitas layanan agar program ini berjalan semakin baik. MBG ini program besar dan sangat penting, sehingga penyempurnaan di setiap tahap perlu terus dilakukan,” ujarnya.

Ari menjelaskan bahwa sejumlah titik rawan seperti pengecekan bahan baku, kebersihan air pencucian, penyimpanan, pemasakan, hingga distribusi memang memerlukan perhatian lebih.

Ia menilai bahwa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah bekerja keras, namun tetap membutuhkan dukungan sistem agar potensi kerawanan dapat ditekan.

“Pelaksana di lapangan sudah berupaya maksimal. Namun beberapa hal seperti kualitas air pencucian, kontrol suhu, sampai jeda waktu konsumsi memang perlu penguatan prosedur. Ini hal wajar dalam program sebesar MBG. Tugas kita memastikan penguatan sistemnya,” jelasnya.

Bagian yang paling banyak mengalami kerawanan adalah proses pemasakan. Kajian FETP UGM menemukan jeda waktu antara pemasakan dan konsumsi bisa mencapai enam jam. Bahkan lebih dari delapan jam pada kasus tertentu.

Padahal, idealnya makanan dikonsumsi 2–4 jam setelah dimasak. Jeda yang terlalu panjang tersebut dinilai membuka ruang pertumbuhan bakteri dan menurunkan kualitas makanan.

Selain itu, Ari juga menyoroti kesiapan teknis saat memasak seperti dalam kasus dapur yang terpaksa memasak dengan api kecil karena gas hampir habis. Kondisi seperti itu, menurutnya, memperbesar risiko makanan tidak matang sempurna.

Untuk itu, ia meminta pemerintah daerah memastikan setiap dapur MBG memiliki kelengkapan operasional yang baik, termasuk cadangan tabung gas.

Tahap distribusi juga tidak luput dari perhatian. Menurut temuan lapangan, sebagian besar SPPG tidak melakukan pemeriksaan akhir sebelum makanan dikirimkan. Selain itu, mobil boks yang digunakan belum dilengkapi alat pencatat temperatur.

Kondisi tersebut dinilai rentan karena suhu transportasi sangat menentukan apakah makanan tetap aman hingga tiba di sekolah.

mbg jateng
(Gambar: Arsip)

Ari menilai perlu adanya standar baru untuk memastikan keamanan. Misalnya, pemeriksaan kualitas akhir dilakukan secara konsisten dan penggunaan kendaraan distribusi yang mampu menjaga stabilitas suhu.

“Kesiapan teknis juga perlu menjadi perhatian serius, kiranya perlu standar operasional yang ketat dalam penyiapan hingga distribusinya,” ujarnya.

Pada tahap konsumsi, sebagian besar sekolah dinilai sudah mengikuti prosedur dengan baik, yakni menyajikan makanan per porsi langsung dari ompreng. Namun temuan satu kejadian KLB akibat penyajian model prasmanan menjadi catatan penting.

Menurut Ari, hal itu bukan karena kelalaian, tetapi kurangnya pemahaman teknis pihak sekolah. Ia menilai perlu ada edukasi tambahan bagi guru pendamping atau pengelola konsumsi di sekolah agar standar konsumsi tidak berubah dari yang telah ditetapkan.

Lebih lanjut, Ari menilai edukasi keamanan pangan yang telah digelar Pemprov Jateng di berbagai wilayah—termasuk pelatihan mengenai kebersihan, Good Manufacturing Practices, hingga pengendalian kontaminasi—merupakan bentuk komitmen yang patut diapresiasi.

“Upaya edukasi seperti ini harus terus diperluas. Semakin banyak pihak memahami standar keamanan pangan, semakin kecil potensi terjadinya masalah di lapangan,” jelasnya.

Ia juga meminta seluruh penyedia konsumsi, termasuk UMKM katering yang terlibat dalam MBG, untuk disiplin menjalankan standar operasional yang ditetapkan.

Mengakhiri pernyataan, Ari menyampaikan keyakinannya bahwa Jawa Tengah dapat menjadi provinsi percontohan dalam pelaksanaan program MBG Jateng apabila seluruh elemen bergerak dalam satu irama.

“Program ini adalah ikhtiar mulia pemerintah. Dengan kolaborasi yang kuat dan pengawasan yang proporsional, saya yakin Jawa Tengah mampu menjadi daerah dengan pelaksanaan MBG yang aman, sehat, dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Baca juga: Solo Night Market: Wisata Malam Solo Hits dan Nagih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *