Jatengkita.id – Pulau Papua merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Papua adalah salah satu provinsi terbesar di Indonesia yang dikenal tidak hanya karena kekayaan alamnya yang luar biasa.
Pulau paling timur Indonesia ini memiliki total luas 785.753 kilometer persegi. Papua terkenal kaya akan sumber daya alam seperti mineral, gas, serta minyak. Papua juga mempunyai Kepulauan Raja Ampat yang populer di kalangan para pelancong lokal maupun mancanegara karena keindahan bawah lautnya.
Selain kekayaan alamnya yang melimpah, Papua juga memiliki ragam makanan khas yang unik. Sebagian besar kuliner tersebut dipengaruhi oleh kondisi alam sekitarnya. Soal cita rasa juga tidak kalah lezat dengan makanan khas dari daerah lain.
Makanan tradisional Papua merupakan bagian penting dari budaya dan kehidupan masyarakat setempat. Penasaran apa saja makanan khas Papua yang unik itu? Simak ulasannya berikut ini.
- Papeda
Papeda adalah makanan khas Papua yang terbuat dari sagu. Kuliner ini biasanya dinikmati dengan sayur serta lauk-pauk. Makanan ini berbentuk seperti bubur sumsum dengan tekstur lengket dan rasa hambar.
Papeda biasanya disajikan bersama masakan berkuah kaya rempah, sehingga menciptakan rasa yang menggugah selera. Karena teksturnya seperti lem, maka untuk mengambil papeda dari wadah ke piring makan tidak bisa dilakukan dengan sendok.
Biasanya, orang Papua punya trik tersendiri, yaitu dengan cara menggenggam dua garpu masing-masing di tangan kiri dan kanan. Kemudian, benamkan kedua garpu ke papeda, tarik garpu ke atas dengan posisi horizontal, lalu gulung papeda di garpu kiri dan kanan hingga membentuk gumpalan agak besar. Barulah dipindahkan ke piring.
Papeda yang kerap ditemukan umumnya berupa bubur. Namun, ternyata juga terdapat papeda yang bentuknya seperti lontong. Itu biasa disebut dengan nama papeda bungkus. Proses pembuatannya seperti papeda biasa, yakni setelah matang, papeda dibungkus dengan daun pisang atau daun fotovea (dalam bahasa Sentani disebut Waibu).
Uniknya, daun Waibu tersedia di alam dalam dua varian warna, yaitu merah hati dan hijau. Daun pisang dan fotovea berperan sebagai penambah aroma, sehingga papeda bungkus menebarkan aroma yang sangat khas.
- Udang Selingkuh
Kuliner ini adalah sebutan bagi udang air tawar yang hanya bisa ditemukan di Papua. Udang air tawar yang merupakan hewan endemik asal Papua ini ternyata memiliki keunikan tersendiri.
Kuliner ini merupakan jenis udang air tawar yang unik karena memiliki bentuk tubuh udang tapi capit seperti kepiting. Menurut warga lokal, bentuk unik udang selingkuh adalah hasil perselingkuhan indukan udang dengan kepiting.
Udang ini memiliki tekstur daging yang berserat dengan rasa manis mirip seperti daging lobster. Udang selingkuh biasanya ditemukan di Sungai Baliem, Kabupaten Jayawijaya dan dapat dimasak dengan cara dibakar atau digoreng.
Bentuk badan yang mirip udang dengan capit besar yang mirip dengan capit kepiting menjadi alasan hewan ini kemudian disebut udang selingkuh oleh masyarakat setempat. Sebenarnya, udang selingkuh adalah jenis lobster air tawar (freshwater crayfish) atau udang karang.
Selain di Sungai Baliem, udang selingkuh juga bisa ditemukan di Danau Paniai, Danau Tage, dan Danau Tigi.
Tonton video : MENIKMATI LOBSTER DI PANTAI SADENG || KULINER GUNUNG KIDUL
- Ikan Bakar Manokwari
Ikan bakar Manokwari merupakan makanan khas dari Papua Barat. Bahan utama dari Ikan Bakar Manokwari adalah ikan segar yang berasal dari perairan Papua Barat. Ikan ini dipanggang dengan cara tradisional menggunakan batu karang sebagai media memasak, memberikan rasa yang khas dan lezat.
Ikan biasanya diolesi dengan bumbu rempah-rempah dan kemudian dipanggang. Jenis yang digunakan biasanya adalah ikan tongkol berukuran besar.
Bumbu tabur ikan bakarnya khas, yaitu sambal digiling kasar dan disajikan mentah. Ikan Bakar Manokwari mencerminkan tradisi kuliner masyarakat Papua Barat yang memiliki hubungan erat dengan kehidupan di pesisir dan penggunaan ikan sebagai makanan utama.
Ikan Bakar Manokwari sering disajikan dalam acara-acara khusus, seperti perayaan budaya, acara keluarga, atau acara adat di masyarakat Papua Barat.
- Kue Sagu (Bagea)
Kue sagu atau Bagea adalah makanan tradisional Papua yang terbuat dari sagu. Bagea memiliki tekstur lembut dan rasa yang manis. Masyarakat papua sering menikmati kue sagu sebagai teman minum teh atau kopi.
Kue ini memiliki cita rasa yang cocok untuk dikonsumsi bersama minuman hangat, biasanya disajikan sebagai hidangan penutup. Pembuatan Bagea cukup sederhana. Tepung sagu dan tepung terigu dicampur dengan gula pasir, telur, santan, dan vanili hingga membentuk adonan yang kental.
Adonan kemudian dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil, lalu digoreng dalam minyak panas hingga matang dan berwarna keemasan. Kue sagu mencerminkan kelestarian budaya yang kuat di Indonesia, khususnya di daerah timur.
Dalam budaya masyarakat Maluku dan Papua, kue sagu tidak sekadar makanan tetapi juga simbol keakraban dan keharmonisan. Bagea merupakan makanan khas Papua yang telah menjadi bagian penting dari budaya dan kehidupan masyarakat Papua, khususnya di wilayah Papua Tengah.
- Aunu Senebre
Aunu Senebre berasal dari bahasa setempat yang berarti “makanan ikan teri”. Kuliner ini adalah makanan khas Papua yang terbuat dari sagu dan memiliki rasa yang khas. Makanan ini biasanya disajikan bersama dengan bumbu-bumbu lokal untuk menambah rasa.
Kuliner ini merupakan makanan pokok yang digemari oleh masyarakat Papua, khususnya di wilayah pegunungan dan pesisir. Aunu Senebre pun dimakan bersamaan dengan menu umbi-umbian serta sup ikan.
Cita rasa campuran menu tersebut sangat unik, mulai dari asin, gurih, dan sedikit sentuhan rasa manis. Proses pembuatan Aunu Senebre cukup sederhana dan mudah, yaitu ikan teri nasi yang telah digoreng dihaluskan.
Kemudian dicampur dengan kelapa parut, daun dan batang talas yang telah diiris, dan bumbu-bumbu. Campuran tersebut kemudian dikukus hingga matang. Setelah matang, Aunu Senebre biasanya disajikan dengan papeda.
Aunu Senebre kaya akan protein, lemak, dan beberapa vitamin yang bermanfaat bagi tubuh. Di beberapa suku di Papua, Aunu Senebre disajikan dalam acara-acara adat, seperti pesta pernikahan, perayaan panen, atau upacara adat lainnya.
6. Ikan Bakar Batu
Ikan bakar batu merupakan makanan khas Papua Pegunungan yang unik karena cara pembuatannya yang masih menggunakan cara tradisional. Bakar batu ini adalah salah satu warisan budaya yang penting di Papua.
Metode memasak menjadi simbol keanekaragaman budaya dan kekayaan tradisional suku-suku Papua. Ikan ini dipanggang menggunakan perapian yang dibuat dengan kayu bakar dan batu karang, sehingga memberikan rasa yang khas dan lezat.
Dalam prosesnya, makanan ikan dibungkus dengan daun pisang dan dimasak di atas batu panas yang dipanaskan secara tradisional. Batu-batu yang digunakan dalam proses bakar batu dipanaskan dalam api terbuka hingga mencapai suhu tinggi.
Setelah batu-batu tersebut panas, makanan yang telah dibungkus dengan daun pisang diletakkan di atasnya. Bakar batu tidak hanya digunakan untuk memasak daging, tetapi juga ikan, sayuran, dan umbi-umbian.
Metode ini sering kali digunakan dalam acara adat dan perayaan suku-suku di Papua. Bakar batu merupakan salah satu contoh dari keunikan budaya Papua, di mana metode ini tidak hanya berfungsi sebagai cara memasak, tetapi juga merupakan bagian penting dari identitas budaya.
7. Sate Ulat Sagu
Makanan khas Papua yang tak kalah lezat adalah sate ulat sagu. Makanan ini diberi nama ulat sagu karena banyak ditemukan di pohon sagu yang telah tumbang dan mengalami pembusukan. Meski demikian, kuliner ini memiliki nilai gizi yang tinggi.
Kuliner ini biasanya disajikan sebagai hidangan utama. Sedikit cerita bahwa ulat sagu sudah lama dikonsumsi sejak zaman prasejarah. Pada zaman itu, manusia menjadikan ulat sagu sebagai salah satu bahan makanan sehari-hari.
Masyarakat Papua pun sering menemukan ulat ini saat mencari sagu yang memang bahan makanan pokok mereka. Ulat sagu sebenarnya adalah larva kumbang penggerek dengan nama latin Rhynchophorus ferrugineus.
Larva ini bisa ditemukan dengan mudah di batang sagu yang mulai membusuk. Ulat sagu berada di dalam batang sagu bukan tanpa alasan. Batang pohon sagu memiliki kandungan zat tepung yang melimpah dan menjadi makanan bagi ulat sagu.
8. Ikan Louhan Goreng Kering
Ikan louhan goreng kering merupakan makanan khas Papua yang terbuat dari ikan Louhan yang digoreng kering. Masyarakat Papua menjadikan Louhan sebagai makanan sehari-hari. Louhan yang digunakan berjenis red devil dengan duri banyak dan berdaging sedikit.
Dengan karakteristik tersebut, ikan diolah dengan cara digoreng sampai kering. Bumbunya sederhana saja, yakni hanya ditambah garam. Makanan ini memiliki rasa yang khas dan lezat dan biasanya disajikan sebagai hidangan utama.
9. Ikan Asar
Ikan Asar merupakan makanan khas Papua yang terbuat dari ikan yang diasap. Makanan ini telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jayapura. Kuliner ini memiliki rasa yang unik dan lezat, biasanya disajikan sebagai hidangan utama.
Ikan Asar Jayapura biasanya menggunakan ikan cakalang, ikan ekor kuning, atau ikan tongkol sebagai bahan dasar. Ikan asar menjadi kuliner kebanggaan masyarakat Jayapura. Makanan tradisional Papua ini tidak hanya menawarkan keunikan rasa, tetapi juga mencerminkan kekayaan alam dan budaya masyarakat Papua.
Sementara itu, perbedaan ikan asar dan ikan asap terletak dari cara pengasapannya. Ikan asar diasapi dengan cara diletakkan secara diagonal di sisi bara yang menghasilkan asap. Sedangkan ikan asap diletakkan di atas asap secara horizontal.
Seputar kuliner : Kelezatan 7 Kuliner Khas Demak yang Otentik