Jatengkita.id – Awal Januari 2025 menjadi momen yang mengejutkan bagi sepak bola Indonesia. Ketua Umum PSSI secara resmi memutuskan kontrak Shin Tae Yong sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia. Langkah ini memicu beragam reaksi dari masyarakat.
Shin Tae Yong yang dikenal dengan disiplin tinggi dan gaya kepelatihan modern, telah membawa perubahan signifikan selama masa jabatannya. Perlu diingat juga bahwa di masa jabatan Shin Tae Yong, timnas sepakbola Indonesia mampu mencatatkan sejarah-sejarah baru seperti berhasil lolos ronde ke-3 kualifikasi piala dunia.
Tentu dengan banyaknya prestasi yang telah diraih, keputusan pemecatannya menjadi perdebatan panas, baik di media sosial maupun dalam forum diskusi sepak bola. Banyak pendukung pelatih asal Korea Selatan ini merasa pemecatan tersebut tidak adil, terutama mengingat pencapaian yang ia raih.
Di sisi lain, sebagian menganggap bahwa keputusan tersebut adalah langkah strategis untuk meningkatkan performa tim. Bahkan, bisa dibilang perdebatan yang terjadi di media sosial sudah masuk kedalam kategori masif dan cenderung merugikan beberapa pihak.
Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat sebagai penikmat dan pendukung sepak bola Indonesia, kita perlu menempatkan diri serta bersikap sewajarnya mengingat pemecatan pelatih dalam sebuah tim wajar terjadi.
Hubungan Pelatih dan Pemain : Konflik Internal yang Terjadi

Di balik pemecatan Shin Tae Yong, rumor tentang hubungan yang kurang harmonis antara pelatih dan pemain turut mencuat. Beberapa sumber internal menyebutkan adanya ketegangan akibat metode latihan yang dianggap terlalu keras oleh beberapa pemain.
Shin Tae Yong dikenal menerapkan standar tinggi, mirip dengan pola kerja di Korea Selatan, yang menuntut fisik dan mental pemain berada di level maksimal. Namun, pendekatan ini tampaknya tidak selalu cocok dengan karakter para pemain Indonesia.
Akibatnya, muncul konflik internal yang memengaruhi dinamika tim. Situasi ini menjadi sorotan, sebab hubungan harmonis antara pelatih dan pemain merupakan kunci keberhasilan sebuah tim.
Beberapa sumber juga menyatakan bahwa telah terjadi ketegangan yang terjadi antara Pelatih Shin Tae Yong dengan beberapa pemain diaspora. Hal ini disebabkan karena kurangnya keterbukaan pelatih dengan masukan dan kritik strategi para pemain diaspora.
Pasca pemecatan, beberapa berita juga menyoroti akan adanya ketegangan yang terjadi diantara pelatih dengan beberapa pemain seperti Marc Klok dan Jay Idzes.
Ketegangan yang terjadi di ruang ganti bisa dikatakan merupakan efek domino dari pertandingan-pertandingan yang telah dilakukan. Menurut salah seorang pengamat sepak bola, dijelaskan bahwa pasca kekalahan Indonesia melawan China pada ajang kualifikasi ronde ke-3 Piala Dunia terjadi ketegangan yang terjadi antara pelatih, pemain dan bahkan dari PSSI.
Pengamat menyatakan bahwa pertandingan melawan China merupakan sebuah batu lompatan besar untuk bisa lolos kualifikasi piala dunia. Namun, sangat disayangkan bahwa pertandingan tersebut tidak mampu dieksekusi dengan baik.
Isu akan pemecatan dan pergantian pelatih, menurut beberapa sumber serta keterangan pengamat bola, sudah terjadi pada akhir bulan desember lalu. Tersiar kabar bahwa pada bulan Desember Ketum PSSI Erick Thohir beberapa kali mengunjungi Belanda untuk mencari dan menyeleksi pelatih-pelatih pengganti Shin Tae Yong. Puncaknya pada awal Januari lalu Pelatih Shin resmi diberhentikan dari Timnas Indonesia.
Patrick Kluivert : Proses Pengangkatan dan Respon Publik
Tidak lama setelah pemecatan Shin Tae Yong, beredar kabar beberapa calon pengganti, seperti Luis Van Gaal, Giovanni van Bronckhorst, Frank Rijkard, dan Frank de Boer. Namun, tak berselang lama setelah pemecatan,ada informasi bahwa Patrick Kluivert akan dipilih sebagai pengganti Shin Tae Yong.
Pelatih asal Belanda ini memiliki reputasi sebagai mantan pemain bintang yang pernah memperkuat tim-tim besar seperti Barcelona dan AC Milan. Langkah ini dinilai ambisius, mengingat nama besar Kluivert dalam dunia sepak bola internasional.
Namun, respon masyarakat atas penunjukan ini beragam. Sebagian mendukung keputusan tersebut dengan harapan bahwa pengalaman Kluivert sebagai pemain dan pelatih dapat membawa angin segar bagi Timnas.
Namun, ada pula yang skeptis, menganggap bahwa Kluivert mungkin kesulitan menyesuaikan diri dengan budaya sepak bola Indonesia yang unik. Masyarakat yang skeptis ini juga menyoroti akan kurangnya prestasi yang mencolok sebagai pelatih serta masa kelam Patrick Kluivert yang pernah terjerat kasus judi dan sebagainya.
Menyebarnya kabar negatif ini menimbulkan kegaduhan di media sosial bahkan tagar (#kluivertout) menjadi tagar yang sangat ramai digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Sosok dan Gaya Kepelatihan Patrick Kluivert
Patrick Kluivert membawa rekam jejak yang menarik dalam dunia kepelatihan. Setelah pensiun sebagai pemain, ia memulai karir kepelatihannya dengan menjadi asisten pelatih di Timnas Belanda pada Piala Dunia 2014, di bawah Louis van Gaal.
Ia juga sempat menangani tim muda Paris Saint-Germain dan menjadi direktur akademi sepak bola di Barcelona. Pengalamannya ini mencerminkan pemahaman taktik yang mendalam dan pendekatan modern dalam pengembangan pemain muda.
Namun, perlu diakui bahwa Kluivert belum memiliki pengalaman signifikan sebagai pelatih kepala di tingkat nasional, sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk membuktikan kemampuannya di Indonesia.
Sebagai pelatih yang berasal dari Belanda, Kluivert diyakini akan membawa gaya permainan berbasis filosofi Total Football yang menjadi ciri khas negaranya. Pendekatan ini menekankan kerja sama tim, fleksibilitas posisi, dan penguasaan bola yang tinggi.
Namun, tantangan terbesar adalah menyesuaikan gaya ini dengan karakteristik pemain Indonesia yang cenderung mengandalkan kecepatan dan kemampuan individu. Adaptasi ini akan membutuhkan komunikasi yang efektif dan pemahaman mendalam terhadap potensi setiap pemain.
Jika berhasil, Kluivert dapat menciptakan kombinasi strategi yang memanfaatkan keunggulan lokal sekaligus mengintegrasikan pendekatan modern.

Tentunya, dalam perjalanan melatih Timnas Indonesia ini, Patrick Kluivert membutuhkan sebuah tim di dalamnya. Berikut ini nama-nama asisten pelatih yang diboyong langsung untuk menangani dan melatih Timnas Indonesia.
- Alex Pastoor – Asisten Pelatih I
Alex Pastoor dikenal sebagai analis dan pakar taktik dengan pengalaman melatih di berbagai klub Eropa. Beberapa pencapaian penting dalam karirnya adalah sebagai berikut.
- NEC Nijmegen (2011-2013)
Berhasil membawa tim ini tampil kompetitif di Eredivisie, liga tertinggi Belanda. - Sparta Rotterdam (2015-2017)
Membawa klub ini promosi ke Eredivisie pada musim 2015-2016 dan menunjukkan kemampuannya dalam membangun tim yang solid. - Almere City (2022-2024)
Menangani klub ini dengan fokus pada pengembangan pemain muda dan strategi permainan yang efektif.
- Denny Landzaat – Asisten Pelatih II
Denny Landzaat adalah mantan gelandang tim nasional Belanda yang memiliki pengalaman bermain di liga-liga top Eropa. Karir kepelatihannya mencakup berikut ini.
- AZ Alkmaar (2017-2020)
Menjabat sebagai asisten pelatih, berkontribusi dalam pengembangan strategi tim dan pembinaan pemain muda. - Wigan Athletic (2006-2008)
Sebagai pemain, Landzaat dikenal dengan gol spektakulernya ke gawang Arsenal. Ini menunjukkan kualitas individunya di lapangan.
- Quentin Jakoba – Pelatih Fisik
Quentin Jakoba memiliki latar belakang sebagai pelatih fisik dengan fokus pada peningkatan kebugaran dan performa atlet. Pengalamannya adalah sebagai berikut.
- Tim Nasional Curacao (2018-2021)
Bekerja sebagai pelatih fisik, membantu tim mencapai level kebugaran optimal dalam berbagai turnamen internasional.
Pergantian pelatih dari Shin Tae Yong ke Patrick Kluivert mencerminkan dinamika yang kompleks dalam dunia sepak bola Indonesia. Langkah ini membuka babak baru dengan berbagai tantangan dan peluang. Ia telah meninggalkan jejak penting dalam transformasi sepak bola nasional, sementara Patrick Kluivert membawa harapan akan inovasi dan keberhasilan di masa depan.
Namun, keberhasilan Kluivert tidak hanya bergantung pada strateginya, tetapi juga pada dukungan penuh dari pemain, PSSI, dan masyarakat Indonesia. Semoga langkah ini menjadi awal kebangkitan baru bagi Timnas Indonesia di kancah internasional.
Artikel terkait : Shin Tae Yong Dipecat, Erick Ungkap 3 Alasan Utama