September Hitam: Lembar Kelam yang Tak Boleh Terlupakan

September Hitam: Lembar Kelam yang Tak Boleh Terlupakan
Tragedi Orde Baru 1998 (Gambar: harian.disway.id)

Jatengkita.id – Memasuki bulan September, Indonesia tidak bisa lepas dari catatan sejarah kelam yang pernah terjadi pada bulan ini. Ada istilah menarik, yaitu “September Hitam” yang merujuk pada rangkaian peristiwa pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang meninggalkan luka mendalam bagi bangsa.

Simak ulasannya berikut ini!

  1. Peristiwa G30S/PKI (1965)

Peristiwa Gerakan 30 September atau G30S/PKI menjadi salah satu pembuka lembaran kelam sejarah bangsa. Tujuh perwira tinggi TNI AD diculik, disiksa, lalu dibunuh secara brutal sebelum akhirnya dikubur dalam satu lubang kecil di Lubang Buaya.

Tragedi ini menimbulkan kekacauan besar di tengah kondisi politik Indonesia yang saat itu sedang tidak stabil. Pemerintahan Presiden Soekarno diguncang, kekuasaan melemah, dan terjadi kerusuhan di berbagai daerah.

  1. Tragedi Tanjung Priok (12 September 1984)

Kerusuhan berdarah terjadi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, antara warga sipil dan aparat keamanan. Konflik bermula dari kebijakan rezim Orde Baru yang mewajibkan penerapan Pancasila sebagai asas tunggal bagi seluruh organisasi.

Pihak yang menolak dianggap anti-Pancasila. Pertumpahan darah pun pecah, menewaskan 24 orang. Selain itu, tercatat adanya penangkapan sewenang-wenang serta penyiksaan terhadap warga. Peristiwa ini kemudian dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat.

september hitam
Salat Jumat sehari setelah peristiwa Tanjuk Priok (Gambar: data.tempo.co)
  1. Tragedi Semanggi II (24 September 1999)

Tragedi ini terjadi saat gelombang aksi mahasiswa menuntut reformasi pasca tumbangnya rezim Soeharto. Demonstrasi yang berlangsung ricuh berujung bentrokan antara aparat dan massa. Sejumlah mahasiswa dan warga sipil menjadi korban jiwa.

Tragedi Semanggi II sebenarnya merupakan rangkaian dari Tragedi Semanggi I yang terjadi pada 13 November 1998. Keduanya tercatat sebagai pelanggaran HAM yang hingga kini belum sepenuhnya tuntas.

Baca juga: Demo di Indonesia Berujung Anarkis, Peserta Harus Waspadai Provokasi

  1. Pembunuhan Munir (7 September 2004)

Munir Said Thalib, seorang aktivis HAM yang dikenal vokal membela keadilan, meninggal dalam perjalanan menuju Belanda untuk melanjutkan studi. Ia diduga diracun dengan arsenik di dalam pesawat. Kematian Munir memunculkan banyak kejanggalan dan spekulasi.

Hingga kini, kasusnya masih dianggap belum sepenuhnya terungkap. Meski begitu, semangat perjuangan Munir tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi gerakan masyarakat sipil di Indonesia.

Dengan berbagai tragedi tersebut, September dikenal sebagai bulan yang menyimpan banyak catatan kelam perjalanan bangsa. Peristiwa-peristiwa itu hanyalah sebagian dari tragedi besar yang terdokumentasi.

Namun, tidak menutup kemungkinan masih banyak pelanggaran HAM lain yang tidak tercatat secara resmi, tetapi tetap meninggalkan luka bagi masyarakat.

Karena itu, “September Hitam” menjadi pengingat bahwa perjuangan menegakkan HAM di Indonesia belum selesai. Tugas kita adalah terus mengingat, mengkritisi, dan menyuarakan kebenaran agar sejarah kelam tidak terulang kembali.

Mengingat sejarah bukan sekadar mengenang luka, tapi memastikan luka yang sama tidak terulang.

Ikuti saluran WhatsApp Jateng Kita untuk informasi terbaru!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *