Serunya Berebut Tradisi Gunungan Syawal Keraton Surakarta

Serunya Berebut Tradisi Gunungan Syawal Keraton Surakarta
(Gambar : uklik.net)

Jatengkita.id – Keraton Solo mempunyai sebuah tradisi dalam merayakan Hari Raya Idulfitri, yaitu Gunungan Syawal atau Hajad Dalem Garebeg Pasa. Tradisi ini merupakan ritual tahunan yang dilakukan masyarakat Surakarta pada bulan Syawal. 

Gunungan Syawal dilaksanakan setiap tanggal 01 Syawal sebagai bentuk rasa syukur atas berakhirnya bulan suci Ramadan. Perayaan ini bertepatan dengan Hari Raya Idulfitri dan digelar di halaman Masjid Agung Solo.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Surakarta menjadi penanggung jawab tradisi rutinan ini. Acara diawali dengan keluarnya sepasang gunungan, yaitu gunungan jaler (laki-laki) dan gunungan estri (perempuan).

Gunungan tersebut keluar dari area Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Solo sekitar jam setengah 11 siang sebagai simbol sedekah dari Sultan untuk rakyatnya. Isi dari gunungan tersebut adalah susunan berbagai bahan pangan dan makanan yang ditata berbentuk kerucut menyerupai gunung. 

Bahan pangan tersebut merupakan hasil bumi yang menjadi simbol utama. Gunungan dikirab oleh pasukan prajurit dan sentana dalem Keraton Surakarta menuju Masjid Agung. Setelah diarak, gunungan dibagikan kepada masyarakat setelah didoakan oleh para ulama. 

Gunungan Syawal
(Gambar : Fokus Jateng)

Baca juga : Memahami Tradisi Sungkeman Orang Jawa saat Lebaran

Di Surakarta, gunungan jaler dan estri, variasi jumlah dan jenis gunungan lebih banyak dan disesuaikan dengan tradisi setempat. Bersamaan dengan itu, tradisi diiringi dengan ditampilkannya kesenian tradisional berupa gamelan dan tari-tarian.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan prosesi sembahyang dan pengambilan air suci dari Keraton Surakarta. Gunungan menjadi rebutan warga yang memadati area. Hal ini diartikan sebagai tanda syukur. Meskipun saling berebut, pembagian dalam beberapa tahun terakhir cenderung lebih teratur.

Hal tersebut dilakukan  untuk menghindari kerumunan lebih besar dan meminimalisasi hal lain yang menyebabkan warga berdesak-desakan. Pengambilan isi gunungan oleh masyarakat ini juga melambangkan suatu berkah serta harapan untuk rezeki yang terus mengalir.

Tradisi ini merupakan warisan budaya yang sarat dengan nilai-nilai simbolis dan makna mendalam. Gunungan Syawal ini tidak hanya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berakhirnya Ramadan saja.

Namun juga sebagai bentuk sedekah sekaligus sebuah penghormatan kepada masyarakat. Gunungan dalam tradisi tersebut menjadi simbol kedermawanan, harmoni, dan juga kesederhanaan.

Selain itu, tradisi ini juga mencerminkan nilai-nilai akulturasi agama, yaitu menggabungkan unsur budaya lokal dengan ajaran Islam.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *