Memahami Tradisi Sungkeman Orang Jawa saat Lebaran

Memahami Tradisi Sungkeman Orang Jawa saat Lebaran
(Gambar : istockphoto.com)

Jatengkita.id – Sungkeman merupakan salah satu tradisi yang memiliki nilai khas serta makna mendalam dalam budaya masyarakat Jawa, terutama ketika merayakan hari besar Idulfitri. Tradisi ini tidak hanya sebuah ritual turun-temurun.

Sungkeman mencerminkan ungkapan tulus atas penghormatan yang mendalam, serta permohonan maaf kepada orang tua maupun individu yang lebih tua dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.

Dalam suasana perayaan lebaran, sungkeman menjadi bagian penting yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan memperkokoh ikatan silaturahmi, sehingga keharmonisan dan nilai-nilai kebersamaan dalam keluarga dapat terus terjaga. 

Baca juga : Tradisi Prepegan : Kearifan Lokal Menyambut Lebaran

Asal-Usul dan Sejarah Sungkeman

Tradisi sungkeman memiliki akar yang kuat dalam budaya Jawa serta nilai-nilai Islam. Secara historis, praktik ini diyakini mulai dikenal pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara I, yang berlangsung antara tahun 1757 hingga 1795.

Dalam perayaan idulfitri, Mangkunegara I mengadakan sebuah pertemuan resmi di balai istana yang mempertemukan raja, para punggawa, serta prajurit untuk melaksanakan prosesi sungkem sebagai bentuk saling memaafkan.

Dalam prosesi tersebut, para punggawa dengan penuh penghormatan bersimpuh di hadapan raja dan permaisuri. Prosesi ini menunjukkan rasa hormat sekaligus mengungkapkan permohonan maaf sebagai wujud kesetiaan dan pengabdian mereka. 

Sungkeman berasal dari kata “sungkem”, yang dalam bahasa Jawa mengandung makna bersujud atau menundukkan kepala sebagai simbol penghormatan dan pengabdian.

Dalam pelaksanaannya, prosesi ini dilakukan dengan cara duduk bersimpuh atau berjongkok di depan orang yang lebih tua, kemudian mencium tangan mereka sembari mengucapkan permohonan maaf.

Tradisi ini mencerminkan antara budaya Jawa dan nilai-nilai Islam, di mana inti tradisi ini terletak pada penyampaian maaf atau “nyuwun ngapura”. Seiring waktu, sungkeman tidak hanya dilakukan di lingkungan keraton tetapi juga menjadi tradisi keluarga saat lebaran.

tradisi sungkeman
(Gambar : istockphoto.com)

Makna Sungkeman dalam Budaya Jawa

Sungkeman memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan masyarakat Jawa. Beberapa makna tersebut antara lain sebagai berikut.

  1. Penghormatan
    Sungkeman melambangkan rasa hormat kepada orang tua dan orang yang lebih tua dalam keluarga. Ini adalah cara untuk menunjukkan pengakuan atas peran mereka dalam kehidupan kita.
  2. Permohonan Maaf
    Dalam setiap prosesi sungkeman, terdapat elemen permohonan maaf atas kesalahan yang mungkin telah dilakukan. Ini menjadi momen refleksi bagi individu untuk memperbaiki diri dan memperkuat hubungan dengan orang-orang terkasih.
  3. Silaturahmi
    Sungkeman juga berfungsi sebagai sarana mempererat hubungan antar anggota keluarga. Dalam konteks lebaran, momen ini sangat penting karena banyak keluarga yang jarang bertemu sepanjang tahun. 

Tata Cara Pelaksanaan Sungkeman

Pelaksanaan sungkeman saat lebaran mengikuti tata cara tertentu yang mencerminkan kesopanan dan adab. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam melakukan sungkeman.

  1. Pastikan orang tua atau orang yang lebih tua duduk di tempat yang lebih tinggi, seperti kursi. Ini melambangkan penghormatan kepada mereka. 
  2. Yang lebih muda akan duduk bersimpuh atau berjongkok di depan orang tua sambil menundukkan kepala sebagai tanda kerendahan hati
  3. Selanjutnya, dengan kedua tangan, cium tangan orang tua sambil mengucapkan kalimat permohonan maaf dan ucapan selamat Idulfitri. Contoh ucapan dalam bahasa Jawa bisa berupa, “Ngaturaken Sugeng Riyadi, sedaya kalepatan nyuwun pangapunten” yang berarti “Mengucapkan selamat idulfitri, mohon maaf untuk semua kesalahan”.
  4. Lakukan semua langkah dengan hati yang ikhlas dan tulus. Ini bukan sekadar formalitas, tetapi harus datang dari dalam hati untuk menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Writer: Adinda PutriEditor: Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *