Rokok Lintingan, Mengenal Budaya Tingwe di Jawa

Rokok Lintingan, Mengenal Budaya Tingwe di Jawa
Beberapa komponen untuk membuat rokok lintingan sendiri (Gambar: istockphoto.com)

Jatengkita.id – Tingwe, kependekan dari Linting Dhewe atau dalam bahasa Indonesia berarti “melinting sendiri”, merupakan tradisi meramu rokok secara manual yang cukup terkenal di Jawa Tengah. Rokok lintingan jaman dulu banyak dinikmati.

Kebiasaan ini banyak ditemui di daerah penghasil tembakau seperti Temanggung, Wonosobo, dan Magelang. Wilayah tersebut sejak lama dikenal dengan kualitas tembakaunya yang khas.

Tradisi ini umumnya dilakukan oleh para perokok lama di pedesaan. Berbeda dengan rokok pabrikan yang sudah siap hisap, tingwe menuntut proses dan keterampilan tersendiri.

Para penikmatnya harus memilih jenis tembakau, menentukan kertas pembungkus, hingga melintingnya dengan tangan. Hasilnya adalah rokok lintingan yang bisa disesuaikan komposisi dan rasanya sesuai selera pribadi.

Baca juga: Dibalik Fenomena Merokok Masyarakat Pedesaan

Secara historis, tingwe punya akar panjang yang sudah ada sejak masa penjajahan. Pada abad ke-18, saat kolonial Belanda mulai menjadikan tembakau sebagai komoditas dagang besar, masyarakat lokal belum memiliki akses ke rokok pabrikan yang harganya mahal dan hanya bisa dinikmati kalangan elit.

Akhirnya, mereka melinting sendiri tembakau kering menggunakan daun jagung, kulit jagung tipis, atau kertas sederhana.

Belakangan, tradisi tingwe kembali diminati, terutama di kalangan anak muda dan perokok yang mencari alternatif lebih murah dan “alami”.

rokok lintingan
Rokok lintingan sudah menjadi bagian dari masyarakat Jawa sejak jaman penjajahan Belanda (Gambar: istockphoto.com)

Selain harganya yang lebih ekonomis, rasa rokok lintingan bisa dimodifikasi sesuai selera. Banyak yang menilai tingwe terasa lebih “murni” karena tidak mengandung bahan kimia tambahan seperti rokok pabrikan.

Tren tingwe juga membawa angin segar bagi para petani tembakau di daerah. Permintaan tembakau lintingan meningkat, membuat produk lokal seperti tembakau rajangan halus, cengkeh, dan kertas linting buatan rumahan ikut naik pamor.

Beberapa UMKM bahkan memanfaatkan peluang ini untuk menjual paket tingwe siap linting yang dikemas lebih modern dan menarik.

Meski begitu, tingwe juga menyimpan sisi negatif. Karena tidak menggunakan filter, kadar tar dan nikotin yang terhisap bisa jauh lebih tinggi. Selain itu, proses meracik dan melintingnya dianggap tidak praktis bagi sebagian orang.

Rokok lintingan ini juga tidak mencantumkan informasi kandungan bahan, sehingga sulit mengukur seberapa banyak zat berbahaya yang masuk ke tubuh.

Meski terlihat lebih alami, tingwe tetap mengandung nikotin yang berisiko bagi kesehatan. Tidak adanya filter justru membuat kadar tar yang terhirup lebih tinggi. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap bijak dan sadar risiko kesehatan dari kebiasaan merokok, apapun bentuknya.

Pemerintah juga diharapkan bisa memperkuat edukasi tentang bahaya rokok tanpa menekan budaya lokal yang sudah mengakar.

Baca juga: Jangan Tersugesti! Rokok atau Vape Sama Bahayanya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *