Mengenal Apa Itu Gendar dan Ragam Olahannya

Mengenal Apa Itu Gendar dan Ragam Olahannya
Gendar pecel

Jatengkita.id – Di banyak sudut desa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, kuliner ini banyak dijumpai di rumah-rumah. Namanya gendar. Lalu, apa itu gendar? Kuliner ini adalah jenis makanan tradisional berbahan dasar nasi atau beras yang diolah kembali menjadi camilan renyah dan mengenyangkan. 

Gendar dikenal sebagai makanan yang merakyat. Ia lahir dari budaya hemat dan kreatif masyarakat pedesaan yang tidak ingin membuang sisa nasi.

Alih-alih terbuang, nasi sisa yang masih layak makan diolah kembali dengan santan atau air garam, dikukus, didinginkan, lalu dijemur hingga kering. Setelah itu, gendar digoreng hingga mengembang dan renyah seperti kerupuk. 

Dari proses sederhana itu, lahirlah makanan yang kini menjadi ikon kuliner tradisional, yaitu camilan yang bisa menemani minum teh sore, lauk tambahan saat makan, hingga suguhan di berbagai hajatan desa.

Gendar tak hanya menjadi makanan pengganjal lapar, tetapi juga simbol kearifan lokal dalam mengelola bahan pangan dengan bijak.

Ragam Olahan Gendar di Berbagai Daerah

Meski dikenal dengan sebutan gendar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, makanan sejenis ini punya banyak nama di berbagai daerah Indonesia. Di Yogyakarta dan sekitarnya, gendar sering disebut kerupuk nasi atau rengginang gendar.

Di daerah Jawa Barat, olahan serupa dikenal sebagai rengginang, meski teksturnya sedikit berbeda karena menggunakan beras ketan. 

Sementara di daerah pesisir utara Jawa, gendar berkembang dalam berbagai bentuk. Ada gendar goreng yang tipis dan renyah, gendar bakar yang dipanggang hingga harum, serta gendar santan yang lebih gurih karena dicampur bumbu rempah.

Beberapa daerah bahkan menambahkan warna alami dari daun pandan atau kunyit untuk mempercantik tampilannya.

Di beberapa daerah Jawa Tengah, gendar juga bisa diolah menjadi pecel. Adonan puli dijadikan sebagai pengganti lontong kemudian ditambah sayur di atasnya dan disiram dengan sambel kacang. Jadilah pecel yang rasanya tidak mengecewakan.

Inovasi modern juga mulai bermunculan. Banyak pelaku UMKM kuliner yang memodifikasi gendar dengan berbagai rasa seperti balado, keju, pedas manis, hingga barbeque. Meski tampil modern, bahan dasarnya tetap sama, yaitu nasi sisa yang diolah menjadi kudapan istimewa. 

apa itu gendar
Gendar Kerupuk (Gambar: kompas.com)

Kandungan Gizi Gendar

Di balik kesederhanaannya, gendar ternyata menyimpan kandungan gizi yang cukup baik. Sebagai olahan berbahan dasar nasi atau beras, gendar mengandung karbohidrat kompleks yang menjadi sumber energi utama tubuh.

Dalam 100 gram gendar mentah, terdapat sekitar 350-400 kalori, dengan komposisi rata-rata 80 persen karbohidrat, 8 persen protein, dan 2-5 persen lemak, bergantung pada bahan tambahan seperti santan atau minyak goreng. 

Meski tinggi energi, gendar sebaiknya dikonsumsi secara bijak, terutama dalam bentuk gendar goreng. Proses penggorengan dapat menambah kadar lemak jenuh. Namun, jika digoreng menggunakan minyak baru dan suhu yang tepat, kandungan gizinya tetap terjaga dan tidak terlalu berminyak. 

Selain karbohidrat, gendar juga mengandung serat dan sedikit mineral dari bahan alami yang digunakan, seperti garam dapur dan santan. Bagi masyarakat pedesaan, gendar sering dijadikan snack pengganjal lapar atau lauk pendamping sayur bening, sambal, dan tempe goreng. 

Dalam konteks modern, gendar bahkan bisa dikembangkan menjadi alternatif snack sehat dengan pengolahan rendah minyak, misalnya dipanggang menggunakan oven atau air fryer. Inovasi ini memungkinkan generasi muda menikmati cita rasa tradisional dengan cara yang lebih sehat.

Nilai Budaya dan Filosofi Gendar

Lebih dari sekadar makanan, gendar memiliki nilai budaya yang mendalam. Ia merupakan cerminan filosofi hidup masyarakat Jawa yang dikenal hemat, kreatif, dan tidak mudah menyerah.

Masyarakat Jawa mengenal pepatah “ora ana beras kang mubadzir” yang artinya tidak ada beras yang terbuang sia-sia. Gendar adalah wujud nyata prinsip tersebut. 

Dalam berbagai tradisi desa, gendar juga hadir sebagai bagian dari ritual kebersamaan. Misalnya, di beberapa daerah di Magelang dan Ngawi, gendar sering disajikan saat acara slametan atau syukuran panen. Gendar dipandang sebagai simbol kesederhanaan dan rasa syukur atas rezeki dari bumi. 

Selain itu, keberadaan gendar mengandung pesan sosial. Proses pembuatannya melibatkan kerja sama keluarga atau tetangga yaitu mulai dari mengukus nasi, menjemur di bawah matahari, hingga menggoreng bersama.

Aktivitas ini menumbuhkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang menjadi ciri khas masyarakat pedesaan Indonesia. 

Nilai-nilai inilah yang menjadikan gendar lebih dari sekadar makanan. Ia adalah pengingat tentang pentingnya menghargai setiap butir nasi, menghormati hasil kerja keras petani, dan menjaga kearifan lokal di tengah derasnya arus modernisasi. 

Baca juga: Intip Solo: Dari Sisa Nasi Jadi Camilan Klasik Legendaris

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *