Jatengkita.id – Di era digital, konsep self love sangat banyak dibahas di media sosial. Pasalnya, topik ini sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Melalui konten-konten edukatif tersebut, publik banyak belajar dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan.
Self love dapat mencakup merawat diri dan pikiran dari sesuatu yang negatif, mengistirahatkan diri yang penat, memaafkan seluruh kesalahan yang diperbuat, menetapkan batasan untuk menghindari hal-hal yang merugikan, dan lain-lain.
Self love bukan sekadar memanjakan diri, namun juga tentang bagaimana kita bertanggungjawab atas diri sendiri seperti mengenai hal apa saja yang benar-benar dibutuhkan secara sehat, bukan serta-merta mengikuti keinginan sesaat.
Namun, seiring perkembangannya, “self love” memiliki garis pembatas yang sangat tipis dengan alasan klise seseorang untuk “bermalas-malasan”. Ada saja kesalahpahaman yang menjadi kemalasan yang tidak berujung.
Misalnya, tidak menyelesaikan tugas dengan alasan “ingin healing”. Atau menolak tantangan baru karena merasa terlalu asik di zona nyaman. Atau juga menghindari konflik atau tanggungjawab dengan dalih ingin menjaga mental health.

Semestinya self love dapat mendorong diri menuju perkembangan yang signifikan. Berikut ini beberapa perbandingan antara self-love dengan malas.
Self love | Malas |
Mengambil jeda untuk mengisi ulang energi | Menghindari tanggung jawab dengan dalih “istirahat” terus-menerus |
Menyadari batas diri, tapi tetap berusaha | Menolak perubahan atau usaha karena merasa “tidak ingin dipaksa” |
Merawat diri agar lebih baik | Memanjakan diri tanpa arah atau target pertumbuhan |
Fokus pada pertumbuhan jangka panjang | Fokus pada kenyamanan sesaat |
Baca juga : 15 Rekomendasi Buku Self-Love yang Wajib Dibaca
Batasan ini sangatlah penting untuk dipahami. Pada saat kita terlalu sering berlindung dibalik kata “Self love”, hal ini dapat membuat kita kehilangan momentum. Kita jadi cenderung merasa nyaman dengan zona yang telah kita buat sebelumnya tanpa peningkatan.
Tanpa disadari, hal tersebut telah membuat kita kehilangan jati diri yang sebenarnya dan semakin lama berujung mati rasa. Keseimbangan lebih penting, yaitu dengan tetap memperhatikan bagaimana kita dapat berkembang dengan nyaman dan bahagia.
Untuk tetap menjaga diri tetap sehat secara fisik dan mental, cobalah untuk menanyakan kepada diri beberapa pertanyaan berikut.
- Sebenarnya, aku butuh beristirahat, atau hanya sekadar menghindar?
- Target apa lagi yang ingin aku capai berikutnya?
- Apa yang sebenarnya tubuhku atau diriku butuhkan?
- Tantangan apa yang akan aku ambil untuk menggali potensiku agar lebih dalam?
- Hal baru apa yang bisa aku coba?
Self love adalah bentuk penghargaan tertinggi terhadap diri, tapi bukan berarti kita boleh berhenti bertumbuh. Jangan sampai self love dijadikan topeng untuk menutupi kemalasan. Cintai diri, tapi juga tantang dirimu. Karena di antara istirahat dan perjuangan, di situlah kita benar-benar hidup.
Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!