Kokohkan Solidaritas Lewat Budaya Sambatan

Kokohkan Solidaritas Lewat Budaya Sambatan
(Gambar : kompasiana.com)

Jatengkita.id – Gotong royong sudah lama menjadi identitas kuat masyarakat Indonesia, terutama di tanah Jawa. Salah satu wujud nyata dari semangat kebersamaan ini adalah tradisi sambatan yang merupakan budaya tolong-menolong yang masih bisa kita temui di berbagai daerah hingga hari ini.

Meski zaman terus berubah dan modernisasi perlahan menggerus banyak tradisi lama, sambatan tetap bertahan. Budaya ini menjadi simbol kehangatan dan solidaritas di tengah kehidupan yang semakin individualis. 

Apa itu Sambatan?

Dalam bahasa Jawa, “sambatan” berakar dari kata “sambat” yang berarti meminta tolong. Tapi jangan salah, sambatan bukan sekadar soal minta bantuan. Lebih dari itu, sambatan adalah wujud nyata gotong royong.

Warga satu kampung bahu-membahu membantu tetangganya yang sedang butuh banyak tenaga, entah untuk membangun rumah, panen besar, atau menggelar hajatan. Uniknya, semua bantuan ini diberikan dengan tulus tanpa mengharap imbalan materi.

Sebagai bentuk terima kasih, biasanya tuan rumah menyiapkan jamuan sederhana seperti nasi, teh hangat, atau aneka jajanan pasar untuk para pekerja. Sebuah tradisi hangat yang mengajarkan bahwa kekuatan sesungguhnya ada dalam kebersamaan.

Bentuk Sambatan

Sambatan biasanya melibatkan warga dalam satu RT, dusun, atau kampung yang berkumpul dan bekerja sama. Kegiatannya pun beragam, namun ada beberapa bentuk sambatan yang paling sering dijumpai.

  • Membangun atau Merenovasi Rumah
Budaya Sambatan
(Gambar : kompasiana.com)

Salah satu bentuk sambatan yang paling sering terlihat adalah saat warga bergotong royong membangun atau merenovasi rumah. Warga satu RT atau dusun akan berkumpul dan bekerja sama, mulai dari mendirikan tiang, memasang atap, hingga membongkar bagian rumah yang perlu diperbaiki. 

  • Membantu Pekerjaan Pertanian

Sambatan juga kerap dilakukan saat musim panen atau ketika ada pekerjaan berat di ladang, seperti mengolah tanah atau memanen hasil pertanian. Warga saling bahu-membahu agar pekerjaan bisa selesai lebih cepat dan efisien, memanfaatkan semangat gotong royong untuk meringankan beban bersama. 

  • Membangun Fasilitas Umum

Selain untuk urusan pribadi, sambatan juga diterapkan untuk kepentingan bersama, seperti membangun jalan desa, pos ronda, masjid, atau balai desa. Warga dengan sukarela menyumbangkan tenaga mereka demi kemajuan dan kesejahteraan lingkungan sekitar. 

  • Persiapan Hajatan atau Acara Sosial

Saat ada warga yang menggelar hajatan besar, seperti pernikahan, khitanan, atau acara duk, warga saling membantu dalam segala hal. Kegiatan itu dimulai dari mendirikan tenda, memasak hidangan, hingga membersihkan lokasi setelah acara selesai. 

Baca juga : Rumah Joglo Tampilkan Harmoni Arsitektur dan Filosofinya

(Gambar : puyung-pule.trenggalekkab.go.id)

Makna dan Nilai Sambatan

Sambatan lebih dari sekadar kegiatan royong biasa, namun memiliki makna sosial yang sangat mendalam. Salah satunya adalah kemampuannya untuk mempererat rasa solidaritas dan persaudaraan antar warga.

Saat kita saling bantu, ikatan antar individu pun semakin kuat. Selain itu, sambatan juga membawa nilai timbal balik yang kental. Siapa pun yang pernah memberi bantuan, akan merasakan manfaatnya di masa depan saat mereka membutuhkan pertolongan.

Prinsip ini tercermin dalam pepatah Jawa yang mengatakan, “sopo sing nandur kebecikan, bakal ngunduh wohing pakarti,” yang mengajarkan bahwa setiap kebaikan yang kita tanam akan membuahkan hasil.

Sambatan juga menjadi momen penting untuk memperkuat tali persaudaraan, menjaga keharmonisan, dan menanamkan nilai empati serta kepedulian sosial pada generasi muda. Di desa-desa yang masih rutin mengadakan sambatan, suasana kebersamaan dan keharmonisan terasa begitu kental.

Tak jarang, sambatan pun dianggap sebagai ciri khas budaya yang membedakan kehidupan masyarakat desa dari kota yang lebih cenderung individualis.

Daerah yang Masih Melestarikan Sambatan 

Meski modernisasi terus memengaruhi banyak tradisi, sambatan masih tetap hidup di banyak desa di Jawa, termasuk luar Jawa Tengah.

Di Desa Dero, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, sambatan menjadi kegiatan rutin warga saat membangun rumah atau memperbaiki fasilitas umum. Di Karangrejek, Gunungkidul, Yogyakarta, sambatan saat panen padi selalu dirayakan dengan meriah setiap musim panen.

Begitu juga di Sendangsari, Bantul, Yogyakarta, serta di Desa Sambongrejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, tradisi ini terus dipertahankan.

Di Sambongrejo, warga bekerja sama dengan aparat desa dan Bhabinkamtibmas untuk rutin mengadakan sambatan, terutama ketika membangun atau merenovasi rumah.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *