Berita  

Alih Fungsi Lahan Jadi Sebab Banjir Rob di Kendal

Alih Fungsi Lahan Jadi Sebab Banjir Rob di Kendal
Banjir rob sudah mencapai daratan (Gambar: jatengnews.id)

Jatengkita.id – Banjir rob telah menjadi masalah serius yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Bagian pesisir utara provinsi ini kini perlahan berubah menjadi lautan akibat luapan air laut yang terus masuk ke daratan.

Kabupaten Kendal bahkan digadang-gadang akan tenggelam pada tahun 2030 mendatang jika tidak ada langkah konkret yang dilakukan.

Fenomena ini tak lepas dari dampak pembangunan kawasan industri yang dimulai pada tahun 2011.

Proyek tersebut awalnya disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan hingga kini masih berjalan dengan nama baru, Proyek Strategis Nasional (PSN) di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal membawa konsekuensi besar, salah satunya alih fungsi lahan yang menjadi penyebab utama terjadinya banjir rob.

Tak hanya perubahan fungsi lahan, aktivitas pengerukan air tanah oleh pihak industri turut memperburuk kondisi lingkungan.

Air tanah yang diambil secara berlebihan menyebabkan penurunan permukaan tanah, sehingga air laut lebih mudah masuk ke daratan.

Ironisnya, di sekitar kawasan industri tersebut tidak tersedia sistem penanggulangan air yang memadai. Di satu sisi, pembangunan terus digencarkan.

Di sisi lain, penggunaan air tanah sebagai sumber utama tidak dikendalikan. Pihak industri berdalih bahwa banjir rob terjadi karena permukaan tanah di wilayah tersebut memang sudah rendah, sehingga wajar jika air laut meluap ke daratan.

Namun, alasan itu tidak sepenuhnya bisa diterima, mengingat banyak faktor lain yang mempercepat kerusakan ekosistem pesisir.

banjir rob
Kawasan Pesisir Kartika Jaya, Kendal (Gambar: mangrovetag.com)

Sementara itu, di tengah situasi tersebut, seorang warga bernama Pak Wasito justru telah berupaya melakukan konservasi sederhana sejak tahun 2006.

Ia menanam mangrove di pesisir Kendal untuk menahan terjangan rob. Tanaman mangrove dikenal mampu meredam energi gelombang laut hingga 70 sampai 90 persen, sehingga menjadi solusi alami untuk mengurangi dampak banjir rob.

Baca juga: Semarang Mangrove Center: Upaya Konservasi Mangrove Berbasis Komunitas

Upaya Pak Wasito tak berhenti di situ. Ia juga mengajak warga sekitar untuk ikut menanam mangrove di lahan-lahan pesisir yang terancam.

Selain berfungsi sebagai benteng alami, mangrove juga berperan penting dalam menyerap karbon dan beradaptasi dengan perubahan iklim.

Namun, tanaman ini memiliki kelemahan, yaitu butuh waktu bertahun-tahun untuk tumbuh optimal dan sangat rentan terhadap deforestasi akibat aktivitas manusia.

Penyebab banjir rob di Kendal memang kompleks, namun alih fungsi lahan menjadi faktor yang paling dominan.

Meski demikian, langkah kecil seperti penanaman mangrove menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki harapan untuk memulihkan lingkungannya.

Kini, tanggung jawab besar berada di tangan pemerintah untuk bertindak tegas, berpihak pada rakyat, dan tidak lagi menutup mata terhadap dampak nyata yang ditimbulkan oleh proyek strategis nasional.

Baca juga: Ancaman Ketahanan Ekosistem Mangrove Pantura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *