Jatengkita.id – Umat muslim di seluruh dunia saat ini sedang melaksanakan ibadah puasa. Namun, ada perbedaan puasa di dunia karena memiliki durasi waktu yang tidak sama antara satu negara dengan lainnya.
Ada beberapa negara yang memiliki waktu puasa relatif singkat. Ada pula negara yang berpuasa hingga satu hari penuh hampir 20 jam. Hal ini karena ada beberapa faktor yang menjadikan durasi puasa berbeda dari masing-masing negara.
Lantas, faktor apa saja yang memengaruhi durasi puasa di berbagai belahan dunia? Berikut informasi lengkapnya.
- Perbedaan Geografis dan Waktu

Waktu dan perbedaan geografis oleh berbagai faktor, seperti iklim, letak negara, dan topografi. Seperti Indonesia yang terletak di Asia Tenggara, sedangkan Amerika Serikat terletak di Amerika Utara. Durasi waktu puasa yang dialami dua negara inipun tentunya berbeda.
Pada tahun 2025, waktu imsak di Amerika Serikat adalah pukul 05.30 dengan jam berbuka pukul 18.17. Dari sini, bisa disimpulkan bahwa durasi puasa di Amerika Serikat bisa sekitar 13-14 jam.
Sementara negara di kawasan selatan bumi seperti New Zealand dan sekitarnya, durasi waktu puasa biasanya berlangsung antara 11-12 jam.
Kemudian, di negara-negara yang lebih dekat dengan kutub, seperti Norwegia, Kanada, Finlandia, dan Swedia mengalami perubahan signifikan dalam durasi siang dan malam, bergantung pada musimnya. Durasi puasanya ketika memasuki musim panas, bisa sangat panjang yaitu hampir 20 jam.
Namun, saat memasuki musim dingin, bisa menjadi sangat pendek. Kondisi ini membuat umat Muslim di negara-negara tersebut berpuasa dalam waktu yang berbeda-beda dari satu musim ke musim lainnya.
Sementara negara Arab, biasanya berpuasa selama 14-15 jam sehari dimulai sekitar pukul 04.30 pagi dan berakhir sekitar pukul 18.30 sore.
- Budaya

Budaya setiap negara berbeda-beda termasuk ketika berbuka, misalnya Uni Emirat Arab. Negara ini mempunyai tradisi berbuka di tenda-tenda Ramadan yang disediakan oleh pemerintah atau organisasi sosial.
Sedangkan di India, misalnya, ada variasi dalam cara masyarakat mengatur puasa di berbagai daerah berdasarkan kebiasaan lokal. Tradisi atau kebiasaan tersebut termasuk merubah jam berbuka puasa dan sahur untuk menyesuaikan dengan situasi daerah setempat.
Baca juga : Pentingnya Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Selama Ramadan
- Pengaruh Iklim

Iklim di setiap negara berbeda-beda karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti lokasi suatu negara serta luas daratan dan lautan. Perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam pola cuaca.
Pergeseran ini terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari, sehingga Iklim di setiap negara juga bisa menentukan durasi puasa. Seperti Arab Saudi atau negara-negara Teluk lainnya yang memiliki cuaca panas, umat Muslim memiliki waktu untuk berbuka puasa lebih awal.
Sementara di negara-negara beriklim sedang, seperti Turki, durasi puasa bisa lebih panjang pada bulan-bulan tertentu, namun dengan suhu yang lebih sejuk. Sementara negara yang memiliki empat musim yang berbeda seperti di Korea Selatan biasanya menyesuaikan dengan kondisi.
Jika Ramadan bersamaan dengan musim panas, matahari biasanya akan terbenam dalam waktu lama, sehingga umat muslim di Korea Selatan akan berpuasa selama 16–17 jam. Sedangkan di musim dingin atau musim semi, durasi puasa biasanya cenderung lebih singkat yaitu 12 jam.
Perlu diketahui, bahwa Iklim yang berbeda di setiap negara juga berdampak pada pola makan dan hidrasi selama bulan Ramadan. Di negara-negara yang lebih dingin, tingkat hidrasinya tentu berbeda pada negara yang memiliki suhu ekstrem (panas).
Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!