7 Standar Kecantikan Tidak Masuk Akal di Dunia

7 Standar Kecantikan Tidak Masuk Akal di Dunia
Tradisi kaki terikat di Tiongkok (Gambar : nationalgeographic.grid.id)

Jatengkita.id – Kecantikan telah menjadi topik sentral dalam berbagai budaya di seluruh dunia. Namun, di balik pesona dan kilau yang sering dikaitkan dengan penampilan fisik, ada tekanan besar untuk mematuhi standar kecantikan yang kerap tidak realistis atau bahkan berbahaya.

Beberapa standar kecantikan ini tidak hanya menciptakan ketidaknyamanan fisik dan psikologis. Tetapi juga melanggengkan ekspektasi yang tidak masuk akal tentang tubuh manusia. Di berbagai belahan dunia, masyarakat menghadapi norma-norma kecantikan yang ekstrem. Mulai dari kulit putih sempurna hingga bentuk tubuh yang hampir mustahil dicapai tanpa campur tangan medis.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa standar kecantikan yang tidak masuk akal di dunia dan dampaknya terhadap masyarakat serta individu.

  1. Kulit Putih Sebagai Standar Kecantikan Global
pengantin cantik asia cina dengan topi mengenakan gaun dan sepasang potret telinga cincin - kulit putih potret stok, foto, & gambar bebas royalti
(Gambar : istockphoto.com)

Salah satu standar kecantikan yang paling luas dan sering kali dianggap tidak masuk akal adalah persepsi bahwa kulit yang lebih putih adalah simbol kecantikan yang ideal. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Asia, tetapi juga di beberapa bagian Afrika dan Timur Tengah.

Produk pemutih kulit dijual secara massal dan menjadi industri besar di negara-negara seperti India, Tiongkok, Filipina, dan Nigeria. Di Indonesia, produk pemutih kulit juga sangat diminati. Banyak iklan yang mendorong perempuan untuk memiliki kulit yang lebih cerah agar terlihat lebih menarik dan sukses.

Namun, standar kecantikan ini sering kali tidak realistis dan berbahaya. Bahan kimia yang digunakan dalam produk pemutih kulit bisa sangat merusak. Bahan seperti merkuri dan hidrokuinon, yang umum ditemukan dalam produk pemutih, dapat menyebabkan iritasi kulit.

Selain itu juga bisa  menimbulkan kerusakan permanen pada sel dan bahkan kanker jika digunakan dalam jangka panjang. Obsesi terhadap kulit putih memperkuat hierarki rasial dan memperburuk diskriminasi terhadap mereka yang memiliki warna kulit lebih gelap.

Standar ini juga menempatkan tekanan yang besar pada perempuan dan laki-laki untuk merombak identitas alami mereka hanya demi memenuhi ekspektasi sosial yang sempit. Kulit cerah sering kali dikaitkan dengan status sosial yang lebih tinggi dan keberhasilan dalam pekerjaan. Padahal, keindahan sejati seharusnya melampaui warna kulit.

  1. Bentuk Tubuh yang Tidak Realistis : Barbie Body dan Ketipisan Ekstrem
boneka barbie di atas putih - barbie potret stok, foto, & gambar bebas royalti
(Gambar : istockphoto.com)

Di banyak negara, standar kecantikan yang sangat tidak realistis adalah bentuk tubuh yang kurus dan ramping. Budaya Barat, terutama melalui media massa, sering kali mempromosikan bentuk tubuh ideal yang sangat ramping. Misalnya dengan pinggang kecil, kaki panjang, dan minim lemak tubuh.

Citra ini didukung oleh figur seperti boneka Barbie, yang proporsi tubuhnya tidak bisa dicapai secara alami oleh manusia. Jika diproyeksikan ke ukuran manusia nyata, Barbie akan memiliki perbandingan tubuh yang tidak mungkin secara biologis, termasuk pinggang yang terlalu kecil untuk menopang organ vital.

Tidak hanya di Barat, standar ketipisan ekstrem ini juga berdampak pada budaya di Asia Timur. Sebut saja seperti negara Korea Selatan dan Jepang. Di sana, memiliki tubuh yang sangat kurus dianggap ideal.

Banyak perempuan yang terobsesi dengan angka pada timbangan dan diet ketat serta gangguan makan menjadi masalah serius yang meluas. Tekanan untuk memiliki tubuh yang ramping ini sering kali berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik.

Banyak orang yang merasa tidak puas dengan tubuh mereka meskipun telah mencapai berat badan yang sehat. Selain itu, gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia menjadi lebih umum. Terutama di kalangan remaja perempuan yang berusaha mengikuti standar kecantikan yang tidak realistis ini.

  1. Bentuk Wajah yang Ideal : Kecanduan Operasi Plastik di Korea Selatan
(Gambar : Pinterest)

Korea Selatan dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat operasi plastik tertinggi di dunia. Standar kecantikan di negara ini mengutamakan fitur wajah tertentu, yaitu kulit putih, hidung mancung, rahang yang halus, dan mata besar.

Salah satu prosedur yang paling populer adalah operasi lipatan mata ganda, yang menciptakan kelopak mata yang lebih besar dan memberikan ilusi mata yang lebih besar. Operasi pengubahan bentuk rahang untuk mendapatkan wajah berbentuk V juga sangat populer di Korea.

Prosedur ini melibatkan pengurangan tulang rahang untuk mendapatkan dagu yang lebih runcing. Meskipun hasilnya dianggap sebagai “sempurna” sesuai standar kecantikan Korea, risiko yang terlibat dalam operasi ini sangat tinggi, termasuk kerusakan saraf permanen.

Budaya operasi plastik yang begitu merajalela ini menempatkan tekanan besar pada masyarakat Korea, terutama kaum muda, untuk memodifikasi penampilan mereka sejak usia dini. Bahkan, operasi plastik sebagai hadiah kelulusan SMA adalah hal yang umum di Korea Selatan.

Ketika masyarakat mendorong standar kecantikan yang sangat spesifik dan sulit dicapai, banyak orang merasa terpaksa merubah wajah dan tubuh mereka demi diterima secara sosial.

  1. Perut Rata dan Pinggang Kecil di Industri Mode Barat
This may contain: a model walks down the runway in a pink outfit
(Gambar : Pinterest)

Industri mode Barat telah lama mengagungkan bentuk tubuh dengan pinggang kecil dan perut rata sebagai simbol kecantikan. Model-model catwalk dan iklan sering kali menampilkan perempuan dengan tubuh yang sangat kurus dan hampir tidak memiliki lemak tubuh.

Hal ini memicu anggapan bahwa tubuh ideal harus tanpa cacat. Di AS dan Eropa, tren ini semakin diperkuat oleh media sosial, di mana perempuan sering memamerkan tubuh mereka dengan hasil editan atau filter yang membuat pinggang tampak lebih kecil dan perut lebih rata.

Pakaian seperti high-waisted jeans dan crop top yang sedang tren pun menonjolkan bagian tubuh ini. Tujuannya untuk menciptakan tekanan bagi perempuan agar memiliki perut yang tidak realistis rata.

Tekanan ini menyebabkan banyak orang menjalani diet ekstrem, operasi sedot lemak, atau bahkan operasi pengencangan perut agar sesuai dengan standar tersebut.

Fenomena ini juga berdampak pada pria yang harus berjuang dengan tekanan serupa untuk memiliki perut six-pack dan pinggang yang ramping. Kondisi itu seakan-akan adalah satu-satunya bentuk tubuh yang dianggap menarik secara fisik.

  1. Payudara Besar dan Bokong Montok : Citra Tubuh yang Dipromosikan oleh Selebriti
waktu adalah konsep uang dengan koin dan jam pasir - jam pasir potret stok, foto, & gambar bebas royalti
(Gambar : istockphoto.com)

Bentuk tubuh “jam pasir” yang dipopulerkan oleh selebriti seperti Kim Kardashian dan Kylie Jenner telah memengaruhi standar kecantikan global, terutama di negara-negara Barat. Bentuk tubuh ini menonjolkan payudara besar, pinggul lebar, dan pinggang kecil.

Hal itu sering kali tidak mungkin dicapai tanpa bantuan operasi plastik atau perawatan invasif lainnya. Tren ini didorong oleh perkembangan teknologi kecantikan seperti Brazilian Butt Lift (BBL) yang menjadi semakin populer di seluruh dunia.

Prosedur ini melibatkan transfer lemak dari bagian tubuh lain ke area bokong untuk menciptakan bentuk yang lebih montok. Meskipun hasilnya dianggap menarik, BBL memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi, termasuk komplikasi serius seperti emboli lemak yang bisa berakibat fatal.

Selain risiko kesehatan, standar ini juga memengaruhi cara orang memandang tubuh mereka sendiri. Banyak perempuan merasa tidak puas dengan bentuk tubuh alami mereka dan berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan citra yang diciptakan oleh media, meskipun itu berarti mengorbankan kesehatan mereka.

  1. Leher Panjang di Suku Kayan : Simbol Kecantikan yang Unik dan Ekstrem
standar kecantikan
(Gambar : istockphoto.com)

Di beberapa budaya, standar kecantikan tidak hanya terkait dengan tubuh atau wajah, tetapi juga melibatkan modifikasi fisik yang drastis. Salah satu contoh yang paling menarik adalah praktik penggunaan cincin leher di kalangan perempuan suku Kayan di Myanmar dan Thailand.

Cincin-cincin logam ini dipasang di leher perempuan sejak usia muda untuk memperpanjang leher mereka. Bagi mereka, leher panjang dianggap sebagai tanda kecantikan dan status sosial. Seiring waktu, jumlah cincin bertambah untuk memberikan ilusi bahwa leher mereka semakin panjang.

Meskipun cincin ini sebenarnya tidak memperpanjang tulang leher, mereka menekan tulang selangka dan tulang rusuk ke bawah, menciptakan efek leher yang lebih panjang. Praktik ini tidak hanya menimbulkan rasa sakit fisik, tetapi juga membuat perempuan tidak dapat melepas cincin mereka setelah dipakai selama bertahun-tahun, karena otot leher mereka telah melemah.

  1. Kaki Terikat di Tiongkok : Sejarah Kelam Modifikasi Tubuh
Perbedaan kondisi tulang kaki perempuan normal dan perempuan yang kakinya diikat.
(gambar : nationalgeographic.grid.id)

Salah satu standar kecantikan yang paling tidak masuk akal dan kejam dalam sejarah adalah tradisi foot binding atau pengikatan kaki di Tiongkok. Tradisi ini berlangsung selama lebih dari seribu tahun hingga awal abad ke-20.

Dalam tradisi ini, kaki perempuan diikat erat sejak masa kanak-kanak untuk mencegah pertumbuhannya dan menciptakan “kaki bunga lotus” yang kecil, idealnya sepanjang 7-10 cm. Kaki kecil ini dianggap sebagai simbol status dan kecantikan, serta dihubungkan dengan nilai keanggunan dan kesuburan.

Proses pengikatan kaki sangat menyakitkan dan sering kali menyebabkan infeksi, kelumpuhan, serta cacat seumur hidup. Namun, karena kaki kecil dipandang sebagai hal yang menarik, banyak perempuan rela menjalani prosedur ini demi pernikahan yang lebih baik dan status sosial yang lebih tinggi.

Meskipun praktik ini telah dihapus, sejarahnya menjadi pengingat tentang betapa ekstremnya tekanan sosial terhadap perempuan untuk mematuhi standar kecantikan yang tidak masuk akal.

Standar kecantikan di seluruh dunia sering kali tidak masuk akal dan tidak realistis. Standar itu menempatkan tekanan besar pada individu untuk memodifikasi tubuh mereka demi memenuhi harapan yang sempit dan tidak realistis.

Meskipun kecantikan seharusnya menjadi hal yang bervariasi dan menghargai keberagaman, banyak masyarakat yang terus mempertahankan norma-norma yang berbahaya dan eksklusif.

Dengan meningkatnya kesadaran tentang keragaman bentuk dan warna tubuh, kita dapat mulai mendobrak batasan standar kecantikan yang kaku. Kecantikan seharusnya tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang hanya dapat dicapai melalui modifikasi fisik yang ekstrem, namun sebagai perayaan akan keunikan dan kesehatan setiap individu.

Pada akhirnya, kecantikan sejati adalah tentang menerima diri sendiri dan menghargai orang lain apa adanya, terlepas dari penampilan fisik mereka.

Anda mungkin suka : Jangan Asal! DIY Kecantikan Ini Berbahaya bagi Kulit