8 Wanita Cantik dalam Legenda Indonesia, Siapa Saja Mereka?

8 Wanita Cantik dalam Legenda Indonesia, Siapa Saja Mereka?
Legenda Situ Bagendit (Ilustrasi : katadata.co.id)

Jatengkita.id – Indonesia kaya akan legenda dan mitos yang berkembang di masyarakat. Legenda Indonesia tersebut menjadi salah satu warisan budaya selama berabad-abad lamanya. Bahkan, di setiap daerah memiliki legenda yang melekat dengan budaya daerahnya.

Tak jarang, legenda berisikan unsur-unsur nyata dan supranatural. Beberapa legenda yang terkenal pun bisa jadi sarana untuk melestarikan budaya setempat.

Ada beberapa legenda yang mengisahkan seorang putri cantik dan sakti yang banyak berkembang di di masyarakat. Bahkan, cerita ini menjadi sebuah kepercayaan dan tradisi tertentu di beberapa daerah Indonesia, sehingga terkenal dan dianggap keramat.

Lantas, siapa saja wanita cantik dan tokoh utama dalam legenda Indonesia? Simak rangkumannya di bawah ini.

  1. Nyi Roro Kidul
Legenda Indonesia
(Gambar : Pinterest)

Legenda Indonesia yang satu ini sudah pasti semua orang tahu karena kisahnya begitu terkenal seantero negeri. Nyi Roro Kidul adalah sosok penunggu di pantai selatan Pulau Jawa yang identik dengan warna hijau sebagai warna kebesarannya.

Konon, Sang Ratu Pantai Abadi ini memiliki paras yang mampu memikat siapa pun yang melihatnya. Dikisahkan, seorang Putri Prabu Siliwangi yang memerintah di kerajaan Pajajaran memiliki anak perempuan yang sangat cantilk bahkan melebihi kecantikan ibundanya.

Anak perempuan ini kemudian diberi nama Putri Laratadika yang memiliki arti “Putri nan Cantik Jelita”. Sayangnya, kecantikannya membuat para selir menjadi iri hati hingga akhirnya menyebarkan penyakit misterius kepadanya.

Merasa menderita, ratu dan Sang Putri memilih untuk melarikan diri dari istana kerajaan. Menurut cerita, dalam perjalanannya, ratu meninggal dunia hingga putrinya terpaksa melanjutkan perjalanannya seorang diri.

Saat Sang Putri tertidur di tengah perjalanan, ia bermimpi bertemu dengan orang suci yang memberinya nasihat. Orang suci tersebut memintanya menyucikan diri ke Laut Selatan untuk mendapatkan kesembuhan dan mengembalikan kecantikannya.

Ia juga dijanjikan akan memperoleh kekuatan gaib. Saat terbangun dari mimpinya, Putri Larakadita pun menuju Laut Selatan. Mimpinya pun menjadi kenyataan. Selain sembuh dan kembali cantik paripurna, ia  juga memperoleh kekuatan gaib.

Namun, kekuatan yang diperolehnya memaksa Sang Putri harus tetap tinggal di Laut Selatan untuk selamanya. Sejak itulah ia kemudian disebut sebagai Nyi Roro Kidul yang memiliki arti “derita di laut kidul atau selatan”.

Nyi Roro Kidul dipercaya memiliki kekuatan gaib yang besar. Ia mampu mengendalikan ombak, angin, dan makhluk laut. Ratu Pantai Selatan yang cantik dan misterius ini sudah jadi legenda di Indonesia sejak zaman dahulu.

Penampilan Nyi Roro Kidul sering digambarkan sangat khas. Biasanya, ia digambarkan sebagai wanita cantik dengan rambut panjang terurai dan pakaian serba hijau yang berkilauan. Warna hijau ini konon merupakan warna favoritnya, 

  1. Nyi Blorong
(Gambar : Pinterest)

Selanjutnya, legenda Indonesia yang juga terkenal ini, digambarkan sebagai siluman ular yang cantik. Sosoknya cukup memberi pengaruh terhadap kebudayaan dan tradisi masyarakat di pesisir pantai selatan Pulau Jawa.

Menurut berbagai cerita, Nyi Blorong merupakan sosok yang sama dengan Nyi Roro Kidul. Versi lain mengatakan sosok Nyi Blorong memiliki wujud sebagai Putri Ular yang ditugaskan untuk  menggoda dan menyesatkan manusia.

Sementara sumber lain menuturkan sosok Nyi Blorong dapat berarti sebutan untuk Nyimas Dewi Anggatari, putri dari seorang Prabu bernama Jaya Cakra. Nyi Blorong merupakan sosok berwujud wanita cantik di mana bagian tubuh mulai pinggang hingga kepalanya berwujud manusia, sedangkan bagian bawah lainnya berwujud ular.

Figurnya sering dianggap sebagi panglima terkuat yang dimiliki oleh Kanjeng Ratu Kidul. Menurut kepercayaan masyarakat, Nyi Blorong adalah penguasa keraton pantai selatan yang memiliki kesaktian luar biasa.

Ia sering digambarkan mengenakan kebaya berwarna hijau dengan rajutan emas. Konon, kain panjang berwarna emas ini merupakan perwujudan sosok aslinya, yaitu seekor ular raksasa. Kesaktian dan kecantikan Nyi Blorong dikabarkan akan mencapai puncaknya pada saat bulan purnama. Sementara pada saat bulan mengecil, ia akan kembali ke wujud semulai sebagai seekor ular raksasa.

Kisah Nyi Blorong sudah lama dikenal sebagai dua makhluk supranatural penguasa Laut Selatan. Masyarakat Jawa percaya, Nyi Blorong adalah salah satu panglima dari kerajaan gaib yang dipimpin Nyi Roro Kidul untuk menjaga Pantai Selatan bersama para pasukannya.

  1. Roro Jonggrang
(Ilustrasi : Pinterest)

Legenda Roro Jonggrang berasal dari Jawa Tengah. Kisah Roro Jonggrang ini sekaligus menceritakan asal mula berdirinya Candi Sewu, Prambanan, Kraton Ratu Boko, serta arca Dwi Durga yang terdapat di dalam Candi Prambanan.

Selain menjadi saksi bisu perjalanan sejarah keagamaan di Indonesia, Candi Prambanan mencerminkan keindahan seni serta keahlian tangan para pematung dan arsitek pada masa lalu. Dibalik keindahan dan kemegahan Candi Prambanan, terdapat beberapa mitos yang melekat dan masih dipercaya oleh masyarakat hingga kini.

Seperti mitos Candi Prambanan yang sangat terkenal, yaitu dibangunnya candi cinta Bandung Bondowoso kepada Putri Roro Jonggrang. Kisah ini berawal ketika Bandung Bondowoso berhasil mengalahkan Prabu Baka dan menguasai kerajaanya.

Saat memasuki kerajaan Baka inilah Bandung Bondowoso melihat putri cantik anak Prabu Baka yang sedang bersedih atas kematian ayahnya. Pada saat terpikat oleh kecantikan Putri Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso memaksa agar sang putri mau menikah dengannya.

Merasa terdesak karena tidak mencintai Bandung Bondowoso, sang putri akhirnya bersedia menikah dengan dua syarat yang mustahil untuk dipenuhi. Dua syarat itu adalah dibangunnya Sumur Jalatindo serta candi berjumlah seribu yang harus selasai hanya dalam waktu satu malam sebelum matahari terbit.

Dengan kesaktiannya, Bandung Bondowoso hampir berhasil menyelesaikan tugasnya. Namun Roro  Jonggrang berbuat curang dengan membuat seolah-olah matahari telah terbit sebelum waktunya. Ia memegang kendi dengan air dan meminta warga desa untuk memecahkan tumbuhan dan menyalakan api, sehingga membuat desa menjadi terang.

Bandung Bondowoso pun menjadi marah. Seketika ia mengutuk Roro Jonggrang yang sedang berlari untuk berubah menjadi batu melengkapi arca yang belum sempat ia buat. Kutukan ini memberikan asumsi bahwa pasangan yang berfoto di depan Candi Roro Jonggrang akan mengalami putus cinta sesuai dengan kesetiaan dan janji yang tidak dipenuhi oleh Roro Jonggrang terhadap Bandung Bondowoso.

  1. Roro Mendut

Legenda Indonesia satu ini sangatlah terkenal bagi masyarakat Pati. Menceritakan tentang perjuangan cinta seorang gadis bernama Roro Mendut yang penuh dengan lika-liku. Konon, ia tinggal di masa pemerintahan Adipati Pragulo II.

Kadipaten Pati sendiri merupakan salah satu kawasan yang ditaklukkan Kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung. Roro Mendut juga dikenal sebagai sosok gadis yang berpendirian teguh. Dia tidak sungkan untuk menolak setiap pinangan laki-laki yang diberikan kepadanya.

Kisah Roro Mendut merupakan cerita rakyat klasik tentang seorang perempuan cantik dari Pesisir Pantai Kadipaten Pati pada jaman Sultan Agung di Mataram sekitar abad ke 17. Dikisahkan,  kecantikan Roro Mendut telah memukau banyak orang termasuk Adipati Pragola yang menguasai Kadipaten Patih  dan panglima perang Sultan Agung dari Kerajaan Mataram.

Namun demikian, Roro Mendut ternyata bukan sosok perempuan lemah karena ia berani menolak keinginan Temenggung Wiraguna yang ingin memilikinya. Dengan tegas, Roro Mendut menjatuhkan pilihan kepada seorang pemuda yang bernama Pranacita.

Tumenggung Wiraguna yang murka dan iri kemudian mengharuskan Roro Mendut membayar pajak kepada Kerajaan Mataram. Hal ini membuat Roro Mendut berpikir panjang untuk mendapatkan uang guna membayar pajak.

Sadar kecantikannya memukau semua orang, Roro Mendut menemukan sebuah cara untuk mendapatkan uang. Meskipun memperoleh banyak uang dari usahanya, Sang Tumenggung tetap tidak puas dengan pajak yang telah dibayarkannya. Dikisahkan Roro Mendut dan sang kekasih Pranacita akhirnya mati bersama saat memperjuangkan cinta mereka.

  1. Nyai Ronggeng
This may contain: an old black and white photo of some people
(Gambar : Pinterest)

Ronggeng telah ada di Jawa sejak zaman kuno. Di Jawa, penampilan ronggeng tradisional menampilkan rombongan tari yang berjalan dari desa ke desa. Di salah satu tanah Jawa Barat sendiri, di Kabupaten Kuningan, terkenal penari ronggeng yang dinamakan Nyai Ronggeng.

Salah satu Nyai Ronggeng yang termasyhur pada tahun 1920-an adalah Nyi Ratna Herang. Inilah yang mengundang misteri kutukan Nyai Ronggeng di daerah ini. Kisah Nyai Ronggeng beberapa kali dipentaskan dalam berbagai  seni drama dan tari di Indonesia.

Dikisahkan, jika dahulu kala Nyai Ronggeng pernah hidup di sebuah desa yang bernama Candi Wulan. Dengan paras cantik, tubuh molek, serta kemampuan menarinya, sosoknya menjelma menjadi seorang perempuan yang disukai oleh banyak pemuda diseluruh penjuru desa.

Nyai Ronggeng pun bingung dengan keadaan ini. Dengan tujuan memilih pemuda yang paling tepat, diadakanlah sayembara untuk memutuskan secara adil siapa yang berhak mendapatkan cinta Nyai Nonggeng.

Persaingan pun berlangsung sangat ketat hingga menyisakan tiga pemuda. Nyai Ronggeng yang tidak bermaksud membuat peperangan diantara pemuda pun menjadi panik. Dia berusaha menghentikan pertarungan dengan berlari ke tengah arena.

Sayangnya, keris milik salah satu pemuda terlempar hingga mengenai tubuh Nyai Ronggeng. Para pemuda itu pun merasa kecewa dan sedih karena perempuan yang dicintai telah tewas. Akhirnya ketiganya membagi jasad Nyai Ronggeng menjadi 3 bagian dan menguburkannya di tempat berbeda.

Ada yang di sebelah timur, tengah, dan di bagian barat desa. Hingga kini, warga desa tetap mengganggap ketiga makam Nyai Ronggeng di wilayahnya sebagai tempat keramat.

  1. Bagende Endit
Dongeng Cerita Legenda Situ Bagendit
(Gambar : popmama.com)

Cerita rakyat Situ Bagendit berasal dari daerah Jawa Barat dan mengisahkan kehidupan seorang wanita kaya yang bernama Nyai Bagendit. Legenda Indonesia ini menjadi sejarah awal terbentuknya sebuah danau bernama Situ Bagendit di Jawa Barat.

Situ Bagendit merupakan sebuah nama danau di sebuah desa yang bernama Bagendit, Kecamatan Banyuresmi yang terletak sekitar empat kilometer dari Kota Garut. Alkisah, pada jaman dahulu, di desa ini hidup seorang janda kaya raya, namun memiliki sifat sangat kikir.

Karena itulah, penduduk sekitar menjuluki perempuan ini dengan nama Bagende Endit yang berarti orang kaya dan pelit. Pernah pada suatu hari, seorang perempuan tua datang meminta sedekah. Namun sayang, ia justru diusir dengan sangat hina oleh Bagende Endit.

Hingga akhirnya, cerita ketamakan dan kekikiran Bagende Endit pun sampai ke telinga seorang kakek sakti. Kakek ini tiba-tiba datang kepada Bagende Endit untuk meminta air minum kepadanya. Alih-alih mendapatkan air minum, Bagende Endit justru merampas tongkat sang Kakek lalu memukulinya.

Setelah itu, ia melempar tongkat tersebut. Sang kakek yang nampak kesakitan akhirnya berjalan mengambil tongkatnya lalu menancapkan ke tanah sambil mengutuk sifat jahat yang dimiliki Bagende Endit.

Tak perlu menunggu lama, keajaiban pun terjadi. Tanah di mana tongkat itu ditancapkan tiba-tiba mengeluarkan air hingga membuat seluruh desa tenggelam.  Dampak dari perilaku serakahnya, harta kekayaannya berubah menjadi sebuah danau yang kemudian diberi nama Situ Bagendit.

Legenda Indonesia ini membawa pesan moral tentang pentingnya sikap kedermawanan dan saling tolong-menolong dalam kehidupan.

  1. Nyi Pelet

Cerita rakyat ini beredar di kalangan masyarakat sekitar Gunung Ciremai. Nyi Pelet digambarkan sebagai siluman penguasa dan penghuni Gunung Ciremai. Menurut Masruri dalam bukunya berjudul Rahasia Pelet, Nyi Pelet adalah sosok yang sakti, khususnya dalam percintaan.

Kepercayaan masyarakat sekitar terhadap keberadaan Nyi Pelet di Gunung Ciremai dibuktikan dengan adanya sejumlah pantangan bagi siapapun yang hendak mendaki Gunung Ciremai jika tak ingin terjadi hal-hal yang tak diinginkan selama pendakian.

Mulai dari larangan kencing sembarangan, mengucapkan salam, hingga menginjakkan kaki ke tanah sebanyak tiga kali. Alkisah, Nyi Pelet mulanya hanya perempuan biasa yang memiliki ilmu hitam. Namun, karena ambisinya yang kuat untuk tetap awet muda dan tetap cantik, ia nekat mencuri Kitab Mantra Asmara yang diciptakan oleh Ki Buyut Mangun Tapa yang memiliki ilmu aliran putih.

Kitab Mantra Asmara berisi berbagai ajaran tentang asmara dan cara memikat lawan jenis. Salah satu kajian dari Kitab Mantra Asmara yang sangat terkenal adalah Jaran Goyang. Setelah berhasil mendapatkan Kitab Mantra Asmara, Nyi Pelet memanfaatkan ujian Jaran Goyang untuk menggaet pria-pria muda. Padahal, pria-pria incarannya itu hanya sebagai tumbal, agar kecantikannya tetap awet.

  1. Dewi Lanjar
(Gambar : suaramerdeka.com)

Penduduk pesisir pantai Pekalongan dan sekitarnya pasti sudah sangat kenal dengan legenda Indonesia yang berkisah seputar Dewi Lanjar. Nama aslinya adalah Dewi Rara Kuning. Sebagian besar meyakini sosoknya sebagai putri dengan paras ayu jelita.

Dikisahkan, suaminya meninggal dunia tak lama setelah pernikahannya. Karena itu, ia menjadi janda di usianya yang masih sangat muda. Kepergian sang suami membuatnya terbayang-banyang kenangan indah bersamanya dan hanya membuat sang dewi sedih dan tak bisa menjalani hari-hari yang ceria.

Hal itulah yang akhirnya menyebabkan sang putri meninggalkan kampung halamannya. Dewi Lanjar pun melakukan perjalanan hingga sampailah di sekitar Kali Opak. Di sana, ia berjumpa dengan Raja Mataram Panembahan Senopati bersama Mahapatih Singaranu.

Saat itu, keduanya sedang bertapa dengan mengapung di atas sungai. Di hadapan penguasa Mataram, Dewi Lanjar mengutarakan kesedihannya. Ia bahkan bertekad untuk tidak menikah lagi. Merasa tersentuh, Panembahan Senopati dan Mahapatih Singaranu pun menyarankan Dewi Lanjar untuk bertapa di Pantai Selatan.

Bukan tanpa tujuan, pemilihan lokasi pertapaan tersebut bertujuan untuk menghadap Penguasa Laut Selatan, Kanjeng Ratu Kidul. Kini, sebutan “Lanjar” pun sangat kental di daerah Pekalongan, Batang, dan sekitarnya pada seseorang yang ditinggal mati suaminya dan belum memiliki anak. Mereka yang mengalami nasib sama seperti halnya Dewi Lanjar identik disebut “Lanjar” oleh masyarakat.

Baca juga : Legenda Dibalik Kesenian Tari Sintren Banyumasan