Bukan Sekadar Makanan, Begini Sejarah Opor Ayam

Bukan Sekadar Makanan, Begini Sejarah Opor Ayam
(Gambar : istockphoto.com)

Jatengkita.id – Setiap perayaan lebaran, masyarakat Indonesia memiliki berbagai tradisi yang telah dilakukan secara turun-temurun. Salah satu tradisi yang tak terpisahkan adalah menyajikan hidangan khas lebaran, yaitu opor ayam.

Hidangan ini hampir selalu hadir di meja makan, disajikan dengan ketupat, sambal goreng kentang, dan pelengkap lainnya. Namun, opor ayam bukan sekadar hidangan yang menggugah selera.

Di baliknya, ada sejarah panjang, akulturasi budaya, serta filosofi mendalam yang berkaitan dengan nilai-nilai kebersamaan, kesabaran, dan makna kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama satu bulan.

Artikel ini akan membahas secara rinci asal-usul opor ayam, bagaimana makanan ini berkembang menjadi hidangan khas ebaran, serta makna simbolis yang terkandung di dalamnya.

Sejarah Opor Ayam : Dari Perpaduan Budaya ke Tradisi Nusantara

Sebagian besar orang mengira opor ayam adalah masakan asli Indonesia. Namun, menurut beberapa ahli kuliner, opor ayam merupakan hasil dari akulturasi masakan India dan Timur Tengah yang kemudian beradaptasi dengan selera masyarakat Nusantara. 

Di India, terdapat hidangan bernama qorma atau korma, yaitu daging yang dimasak dengan yoghurt dan rempah-rempah khas seperti ketumbar, jintan, dan kayu manis. Sementara itu, di Timur Tengah terdapat hidangan gulai yang menggunakan santan sebagai bahan utama.

Ketika pedagang India dan Arab datang ke Nusantara pada abad ke-16 Masehi, mereka membawa serta tradisi kuliner mereka. Masyarakat lokal yang telah lama mengenal santan sebagai bahan masakan mulai mengadopsi teknik memasak mereka dengan menyesuaikan bahan-bahan yang tersedia di Indonesia.

Alih-alih menggunakan yoghurt seperti dalam qorma, masyarakat Nusantara menggunakan santan kelapa yang lebih mudah didapat dan sesuai dengan karakteristik masakan Indonesia.

Selain itu, penggunaan rempah-rempah seperti lengkuas, serai, dan daun salam juga semakin memperkaya cita rasa opor ayam yang kita kenal saat ini.

Dari Dapur Keraton ke Rumah Masyarakat

Pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Jawa seperti Kesultanan Mataram, opor ayam menjadi salah satu hidangan yang sering disajikan dalam perayaan keagamaan dan acara penting kerajaan.

Karena statusnya sebagai makanan istimewa, opor ayam pada awalnya hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan. Namun, seiring waktu, makanan ini mulai menyebar ke kalangan masyarakat luas dan menjadi bagian dari tradisi lebaran.

Salah satu alasan mengapa opor ayam menjadi hidangan khas lebaran adalah karena hidangan ini sering disajikan bersama ketupat. Dalam tradisi Jawa, ketupat memiliki makna simbolis yang erat kaitannya dengan Idulfitri.

Baca juga : 3 Museum Sejarah Islam Jawa Tengah, Wisata Religi Edukatif

Filosofi Opor Ayam dalam Perayaan Lebaran

Lebaran bukan hanya sekadar hari kemenangan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga merupakan momen untuk introspeksi, saling memaafkan, dan mempererat silaturahmi.

Hidangan yang disajikan saat lebaran juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Opor ayam dan ketupat, dua hidangan yang hampir selalu berpasangan, melambangkan nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat.

(Gambar : istockphoto.com)
  1. Opor Ayam : Simbol Kesabaran dan Kesucian

Dalam bahasa Jawa, kata “opor” sering dikaitkan dengan kata “ngapurane” atau “apura”, yang berarti memaafkan. Ini sangat sesuai dengan tradisi Idulfitri yang identik dengan saling bermaafan setelah menjalani ibadah puasa.

Selain itu, warna kuah opor yang cenderung putih atau kuning pucat juga memiliki makna filosofis. Putih melambangkan kesucian dan kebersihan hati setelah sebulan penuh beribadah dan menahan diri dari segala hawa nafsu.

Sementara itu, proses memasak opor ayam yang membutuhkan waktu cukup lama juga menggambarkan makna kesabaran dalam menjalani kehidupan. Bumbu-bumbu harus ditumis hingga harum, ayam dimasak perlahan agar bumbu meresap, dan santan harus diaduk perlahan agar tidak pecah.

Semua proses ini mencerminkan bahwa dalam hidup, segala sesuatu perlu dilakukan dengan kesabaran agar mendapatkan hasil yang terbaik.

  1. Ketupat : Simbol Pengakuan Kesalahan dan Keikhlasan

Ketupat yang disajikan bersama opor ayam juga memiliki makna filosofis tersendiri. Dalam bahasa Jawa, ketupat disebut kupat, yang merupakan kependekan dari “ngaku lepat”, yang berarti mengakui kesalahan.

Selain itu, bentuk anyaman ketupat yang rumit melambangkan kesalahan dan dosa yang dilakukan manusia. Namun, setelah ketupat dibelah, isinya yang putih bersih melambangkan hati yang telah bersih setelah meminta maaf dan saling memaafkan.

Makna ini sejalan dengan tujuan utama lebaran, yaitu kembali ke fitrah atau kesucian setelah satu bulan penuh berpuasa.

Opor Ayam di Berbagai Daerah Indonesia

Meskipun dikenal sebagai hidangan khas lebaran, opor ayam juga memiliki variasi di berbagai daerah Indonesia. Setiap daerah memiliki cara khas dalam mengolahnya, tergantung pada bahan dan selera masyarakat setempat.

  1. Opor Ayam Jawa

Di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta, opor ayam biasanya memiliki kuah yang lebih kental dengan rasa gurih yang dominan. Penggunaan santan yang cukup banyak membuat tekstur kuahnya lebih pekat.

  1. Opor Ayam Betawi
opor ayam
(Gambar : istockphoto.com)

Opor ayam di daerah Betawi biasanya disajikan dengan lontong dan memiliki kuah yang lebih encer dibandingkan opor ayam Jawa. Terkadang, hidangan ini juga disandingkan dengan semur daging atau sambal goreng hati.

  1. Opor Ayam Sumatera

Di Sumatera, opor ayam sering kali memiliki cita rasa yang lebih kuat dengan tambahan rempah-rempah seperti kapulaga dan cengkeh. Pengaruh kuliner Melayu dan Minang membuat opor di daerah ini terasa lebih berbumbu dibandingkan dengan di Jawa.

Resep Opor Ayam yang Lezat untuk Lebaran

Bahan-bahan :

  • 1 ekor ayam, potong sesuai selera
  • 500 ml santan kental
  • 500 ml santan encer
  • 4 lembar daun salam
  • 4 lembar daun jeruk
  • 2 batang serai, memarkan
  • 1 ruas lengkuas, memarkan
  • 1 sdt merica bubuk
  • 1 sdt garam
  • 1 sdt gula pasir

Bumbu halus :

  • 10 siung bawang merah
  • 6 siung bawang putih
  • 1 sdt ketumbar
  • 3 butir kemiri
  • 1 ruas kunyit (untuk opor kuning)

Cara memasak :

  1. Tumis bumbu halus hingga harum, lalu masukkan daun salam, daun jeruk, serai, dan lengkuas.
  2. Masukkan ayam, aduk rata hingga bumbu meresap.
  3. Tambahkan santan encer, masak hingga ayam empuk.
  4. Tuang santan kental, aduk perlahan agar santan tidak pecah.
  5. Masak hingga kuah mengental dan ayam matang sempurna.
  6. Sajikan dengan ketupat dan pelengkap lainnya.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *