Diprediksi Hingga Maret 2025, Waspadai Dampak La Nina!

Diprediksi Hingga Maret 2025, Waspadai Dampak La Nina!
Angin puting beliau adalah satu contoh bencana hidrometeorologi dari dampak La Nina (Gambar : istockphoto.com)

Jatengkita.id – Fenomena La Nina kembali menjadi perhatian utama dalam diskusi iklim global, terutama dengan prediksi terbarunya yang diperkirakan akan berlangsung hingga Maret 2025.

La Nina merupakan fenomena iklim global yang ditandai dengan penurunan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur yang memengaruhi pola cuaca di berbagai belahan dunia.

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan iklim tropis, sering kali merasakan dampak yang signifikan dari fenomena ini. Biasanya, kondisi ini berujung pada peningkatan curah hujan dan risiko bencana hidrometeorologi.

Artikel ini akan mengulas dampak La Nina terhadap cuaca dan kehidupan di Indonesia. Mulai dari prediksi curah hujan, risiko bencana alam, hingga langkah-langkah mitigasi untuk mengantisipasi potensi dampaknya.

Prediksi Kemunculan dan Durasi La Nina 2024-2025

Menurut Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA), La Nina diprediksi akan hadir dengan peluang 60 persen pada periode September hingga November 2024 dan berlanjut hingga Maret 2025.

Fenomena ini juga dikonfirmasi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia. Tercatat suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah mulai menunjukkan penurunan sejak Agustus 2024.

(Gambar : bmkg.go.id)

Berdasarkan data BMKG, penurunan suhu permukaan laut tersebut hampir menyentuh ambang batas La Nina, sehingga peluang kehadiran fenomena ini cukup kuat.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG,  Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan bahwa meskipun La Nina terjadi di Samudra Pasifik, dampaknya akan dirasakan secara global, termasuk di Indonesia. Fenomena ini memiliki kecenderungan untuk meningkatkan curah hujan secara signifikan di berbagai wilayah Indonesia.

Hal ini tentu memerlukan perhatian khusus, mengingat intensitas curah hujan yang tinggi sering kali diiringi dengan ancaman bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan angin kencang.

Dampak La Nina terhadap Curah Hujan di Indonesia

La Nina dikenal sebagai pemicu peningkatan curah hujan, terutama di wilayah-wilayah tropis seperti Indonesia. Berdasarkan data historis dan prediksi cuaca, fenomena ini akan berdampak pada pola curah hujan Indonesia dalam beberapa tahap.

  1. Juni-Agustus

Pada tahap awal, La Nina mulai meningkatkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun dampaknya belum terlalu merata.

  1. September-November

Pada periode ini, curah hujan meningkat lebih signifikan, terutama di wilayah tengah hingga timur Indonesia. Kondisi ini membawa risiko banjir dan longsor di wilayah dengan infrastruktur yang rentan atau sistem drainase yang kurang baik.

  1. Desember-Februari

Saat musim hujan mencapai puncaknya, La Nina memicu peningkatan curah hujan di Indonesia bagian timur. Curah hujan selama periode ini diperkirakan sekitar 20 hingga 40 persen lebih tinggi dibandingkan kondisi normal, meski ada beberapa wilayah yang mengalami kenaikan hingga lebih dari 40 persen.

  1. Maret-April-Mei

Pada periode ini, curah hujan di beberapa wilayah timur Indonesia diperkirakan masih tinggi, meski dengan intensitas yang mulai menurun seiring berakhirnya fenomena La Nina. Peningkatan curah hujan ini di beberapa wilayah bisa menyebabkan banjir, tanah longsor, dan bencana hidrometeorologi lainnya.

Namun, dampaknya tidak selalu merata. Beberapa wilayah di bagian tengah dan barat Indonesia, misalnya, tidak mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan karena adanya interaksi antara La Nina dan sistem monsun yang melemahkan dampaknya di wilayah tersebut.

Bencana Hidrometeorologi dan Dampak Kesehatan

Tingginya curah hujan selama periode La Nina membawa konsekuensi berupa peningkatan risiko bencana hidrometeorologi. Berikut ini adalah beberapa bencana alam yang sering kali terkait dengan fenomena La Nina di Indonesia.

hujan di atas kota. - hujan deras potret stok, foto, & gambar bebas royalti
(Gambar : istockphoto.com)
  1. Banjir dan Banjir Bandang

Tingginya intensitas curah hujan berpotensi mengakibatkan banjir di daerah-daerah yang memiliki sistem drainase yang buruk atau berada di dataran rendah. Banjir bandang dapat terjadi di wilayah perbukitan yang mengalami longsoran air dengan volume besar secara tiba-tiba.

  1. Tanah Longsor

Curah hujan tinggi meningkatkan risiko longsor, terutama di daerah perbukitan atau lereng yang tanahnya menjadi labil akibat resapan air yang berlebihan.

  1. Angin Kencang dan Puting Beliung

Selain curah hujan, La Nina juga sering memicu angin kencang yang berisiko merusak bangunan, pepohonan, dan mengganggu aktivitas masyarakat.

  1. Curah Hujan Ekstrem

Curah hujan ekstrem dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur, jalan raya, dan jembatan, serta mengganggu akses transportasi di beberapa wilayah.

Selain dampak bencana alam, curah hujan yang tinggi juga berdampak pada kesehatan masyarakat. Beberapa penyakit yang perlu diwaspadai selama periode La Niña adalah sebagai berikut.

  1. Flu dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)

Kondisi cuaca yang lembap dan dingin berpotensi meningkatkan kasus flu dan infeksi saluran pernapasan.

  1. Diare dan Demam Berdarah

Curah hujan yang tinggi menciptakan genangan air yang ideal sebagai tempat berkembang biak nyamuk penyebab demam berdarah. Selain itu, banjir juga bisa menyebabkan kontaminasi air yang memicu wabah diare.

  1. Penyakit Kulit

Kelembapan udara yang tinggi dan kontak dengan air kotor saat banjir dapat memicu infeksi kulit, terutama pada anak-anak dan orang dewasa yang beraktivitas di luar rumah.

Langkah-Langkah Mitigasi dan Pencegahan

Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampak negatif La Nina. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan.

  1. Penyuluhan dan Edukasi

Pemerintah melalui BMKG dan instansi terkait perlu meningkatkan edukasi kepada masyarakat mengenai potensi dampak La Nina dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan, termasuk kesiapan menghadapi bencana hidrometeorologi.

Dampak La Nina
Drainase (Gambar : istockphoto.com)
  1. Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur Drainase

Peningkatan kapasitas drainase dan pengelolaan sungai sangat penting untuk mencegah banjir, terutama di wilayah perkotaan dengan kepadatan penduduk tinggi.

  1. Penghijauan di Daerah Rawan Longsor

Penanaman pohon dan vegetasi penutup tanah di lereng-lereng bukit dan daerah rawan longsor dapat membantu mengurangi risiko longsor akibat curah hujan tinggi.

  1. Sistem Peringatan Dini

Pemerintah dapat meningkatkan sistem peringatan dini untuk banjir, longsor, dan puting beliung agar masyarakat memiliki waktu untuk mengantisipasi dampak bencana.

  1. Kesehatan Masyarakat

Penyediaan fasilitas kesehatan dan persiapan tenaga medis di wilayah yang rentan terhadap wabah penyakit juga perlu diperhatikan, terutama untuk menangani peningkatan kasus flu, demam berdarah, dan infeksi saluran pernapasan.

Fenomena La Nina yang diperkirakan akan berlangsung hingga Maret 2025 membawa dampak yang cukup signifikan bagi Indonesia, khususnya pada pola curah hujan yang meningkat drastis di berbagai wilayah.

Dampak La Nina ini mencakup risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung, serta peningkatan penyakit yang terkait dengan cuaca lembap. Untuk mengantisipasi hal tersebut, dibutuhkan upaya mitigasi yang melibatkan pemerintah dan masyarakat secara aktif. 

Dengan penanganan yang tepat, dampak La Nina dapat diminimalisasi, sehingga masyarakat Indonesia dapat menghadapi fenomena ini dengan lebih siap dan aman.

Artikel terkait : Musim Hujan 2024/2025 di Jateng, Simak Detailnya