Jatengkita.id – Keris merupakan salah satu warisan budaya Nusantara yang kaya akan nilai seni dan filosofi. Sebagai senjata tradisional yang khas, keris tidak hanya berfungsi sebagai alat pertahanan diri tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam dalam kehidupan masyarakat.
Dari bentuknya yang unik hingga ukiran pada bilahnya, setiap keris menyimpan cerita dan makna tersendiri. Di Indonesia, khususnya di Jawa, Bali, Sumatra, Madura, dan Sulawesi, keris memiliki peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, dan spiritual.
Keris tidak hanya digunakan oleh para raja dan bangsawan, tetapi juga oleh rakyat biasa sebagai simbol perlindungan dan status sosial. Pada 25 November 2005, UNESCO menetapkan keris sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Penetapan itu menegaskan bahwa benda ini lebih dari sekadar senjata, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat Indonesia.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang estetika dan nilai filosofis yang terkandung dalam keris, mulai dari sejarahnya, teknik pembuatannya, hingga makna mendalam yang terkandung di dalamnya.
Sejarah dan Perkembangan Keris
Asal Usul Keris
Keris dipercaya telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit dan berkembang pesat pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Nusantara. Beberapa peneliti menyebut bahwa bentuk awal keris telah muncul sekitar abad ke-7 hingga ke-9 Masehi pada masa Kerajaan Sriwijaya.
Tetapi bentuknya masih sederhana dan belum berkembang seperti yang dikenal saat ini. Seiring waktu, keris mengalami transformasi, baik dari segi bentuk, bahan, maupun fungsi. Pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1527), keris berkembang pesat dan mencapai puncak keindahannya.
Para empu (pembuat keris) menghasilkan berbagai jenis keris dengan desain dan motif yang sangat artistik serta penuh makna filosofis.

Pada masa Kesultanan Mataram Islam (1586-1755), keris mulai menjadi simbol kebangsawanan dan spiritualitas. Raja dan para bangsawan memiliki keris pusaka yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural untuk melindungi pemiliknya.
Selain di Indonesia, keris juga ditemukan di negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, Thailand, dan Filipina. Namun, Indonesia tetap menjadi pusat utama perkembangan seni dan budaya keris.
Proses Pembuatan Keris
Pembuatan keris adalah seni yang kompleks dan membutuhkan keterampilan tinggi. Proses ini dilakukan oleh seorang empu, yang tidak hanya memiliki keahlian teknis tetapi juga memahami nilai-nilai spiritual dalam pembuatan keris.
Berikut adalah tahapan pembuatan keris secara tradisional.
- Pemilihan Bahan
Keris dibuat dari berbagai jenis logam seperti besi, baja, dan nikel. Beberapa keris pusaka bahkan dibuat dari bahan meteorit, yang dipercaya memiliki energi spiritual yang tinggi.
- Penempaan Logam
Logam yang telah dipilih kemudian ditempa secara berulang-ulang hingga membentuk bilah keris. Proses ini membutuhkan ketelitian tinggi untuk menghasilkan pola pamor yang indah dan unik.
- Pembentukan Bilah
Setelah ditempa, logam mulai dibentuk sesuai dengan desain yang diinginkan. Pada tahap ini, luk (lekukan bilah) dibuat dengan jumlah ganjil, karena angka ganjil dipercaya memiliki kekuatan mistis.
- Ukiran dan Ornamen
Bagian hulu (gagang) dan warangka (sarung) keris dihiasi dengan ukiran yang menunjukkan status sosial atau filosofi tertentu. Hiasan ini sering menggunakan kayu berharga, gading, atau logam mulia.
- Proses Spiritual
Setelah selesai dibuat, keris akan melalui ritual tertentu seperti jamasan (pembersihan) dan pemberian energi spiritual oleh empu. Keris yang dianggap bertuah sering kali diberi nama dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Estetika Keris dalam Detail
Keindahan keris terletak pada detail seni yang terdapat pada setiap elemennya. Berikut adalah beberapa aspek estetika keris.
- Bilah Keris dan Luk
Bentuk luk pada keris atau tombak tidak seragam dan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu luk kemba, luk sedeng (sedang), dan luk rengkol.

- Luk kemba
Memiliki lekukan yang dangkal sehingga terlihat samar dan tidak begitu tegas. Jenis luk ini banyak ditemukan pada keris buatan Bugis, Malaya, Brunei Darussalam, Pontianak, dan Sambas. - Luk sedeng
Tidak terlalu dangkal maupun terlalu dalam. Keris dengan luk sedeng umumnya berasal dari Pulau Jawa, khususnya yang dibuat pada era Majapahit dan Mataram Senapaten. Keris dari Palembang juga sering menggunakan luk sedeng. - Luk rengkol
Memiliki lekukan yang lebih dalam dan banyak ditemukan pada keris tangguh Pengging, sebagian tangguh Mataram Sultan Agungan, serta tangguh Mataram Amangkuratan..
- Pamor
Bagian ini adalah motif unik yang muncul pada bilah keris akibat proses penempaan logam dari berbagai jenis.

1) Pamor Udan Mas
Pamor ini memperlihatkan pola menyerupai hujan emas yang turun dari langit. Udan Mas dipercaya sebagai simbol keberkahan, kesejahteraan, dan rezeki melimpah.
2) Pamor Luk
Pamor ini memiliki pola cahaya yang berkelok-kelok, dipercaya mengandung energi magis dan sering dikaitkan dengan kekuatan besar dan aura positif yang kuat.
3) Pamor Pecah Luhur
Pamor ini memiliki garis-garis lurus yang menggambarkan keteguhan dan keberanian. Nama Pecah Luhur sendiri bermakna “terbelah namun tetap mulia” yang mencerminkan kegigihan dalam menghadapi rintangan.
4) Pamor Dahar Wulung
Motif pamor ini tampak seperti cabang atau ranting pohon yang terus tumbuh. Dahar Wulung melambangkan perkembangan yang tak terhenti dan pertumbuhan menuju arah yang lebih baik.
5) Pamor Kembang Kacang
Motif pamor ini menyerupai biji kacang atau bunga yang sedang mekar. Kembang Kacang melambangkan kesuburan, keberuntungan, serta kemakmuran yang berlimpah.
6) Pamor Wos Wutah
Pamor ini memiliki corak yang menyerupai bunga atau dedaunan yang tersebar. Secara harfiah, Wos Wutah berarti “seribu bunga” yang mencerminkan keindahan dan kelimpahan dalam kehidupan.
7) Pamor Ngulit Saji
Motif pamor ini menyerupai rumput yang melengkung lembut. Ngulit Saji mencerminkan keluwesan dalam berpikir dan bertindak serta kecerdikan dalam menghadapi berbagai situasi.
Baca juga : 4 Pahlawan dari Jawa Tengah yang Berjasa bagi Indonesia
- Warangka (Sarung Keris)
Warangka terbuat dari kayu berkualitas tinggi seperti kayu jati, cendana, atau trembesi. Berikut ini beberapa jenisnya.

1) Warangka Ladrang
Warangka Ladrang digunakan dalam acara resmi, mirip dengan seragam upacara militer. Branggah Yogyakarta lebih kecil dan sederhana dibandingkan Ladrang Surakarta, umumnya dibuat dari kayu Trembalo dan Timoho.
Saat ini, aturan pemakaiannya tidak ketat dan sering dianggap lebih cocok untuk remaja karena mereka lebih mampu duduk tegak tanpa merusak bentuknya.
2) Warangka Sandang Walikat
Jenis paling sederhana dari warangka, biasanya digunakan untuk keris berukuran kecil dan pendek.
3) Warangka Branggah
Warangka ini memiliki bentuk belakang menyerupai daun, disebut juga Godongan. Branggah adalah gaya Yogyakarta, sementara Ladrang berasal dari Surakarta, dan di Madura disebut Daunan. Ladrang terbagi dalam empat jenis utama, yaitu Kasatriyan, Kadipaten, Capu, dan Kacir.
4) Warangka Gayaman
Bentuknya menyerupai buah gayam dengan variasi gaya Yogyakarta, Surakarta, dan Madura (Gabilahan). Warangka ini lebih praktis, kuat, dan banyak digunakan sehari-hari. Kini, lebih sering dikaitkan dengan orang tua karena lebih nyaman saat dikenakan, terutama saat duduk bersandar.
- Hulu Keris

Saat mengenakan busana tradisional, bagian pertama dari keris yang terlihat adalah hulunya, sementara sarung keris umumnya tersembunyi di balik pakaian.
Kata “hulu” berasal dari bahasa Melayu, dengan berbagai sebutan daerah seperti Ukiran, Jejeran, atau Deder dalam bahasa Jawa; Gagang atau Tongkol di Cirebon dan Banten; Landhian atau Denangan di Madura; serta Danganan di Bali dan Lombok.
Hulu keris memiliki dua aspek utama, yaitu bentuk tangible dan nilai intangible. Hulu keris dibuat dengan unsur seni, menggunakan bahan seperti kayu pilihan, tanduk rusa, tulang, gading, fosil, serta beberapa dilapisi emas atau perak.
Di Jawa, terutama di lingkungan keraton Surakarta dan Yogyakarta, hulu keris biasanya dibuat dari kayu berkualitas tinggi seperti kayu asam, kemuning, kendayaan, tayuman, dan timaha.
Nilai Filosofis dalam Keris
Setiap bagian dari keris melambangkan nilai-nilai kehidupan, kebijaksanaan, dan spiritualitas.
- Hulu Keris
Melambangkan kepemimpinan dan kebijaksanaan, karena bagian ini yang pertama kali terlihat saat dikenakan. - Bilahan Keris
Mewakili keteguhan, keberanian, serta perjuangan dalam kehidupan. Bentuk bilah yang berlekuk (luk) atau lurus memiliki filosofi tersendiri terkait jalan hidup manusia. - Pamor Keris
Mengandung simbol keberuntungan, perlindungan, serta karakter pemiliknya, dengan pola yang unik dan penuh makna. - Warangka (Sarung Keris)
Melambangkan keseimbangan dan perlindungan, menunjukkan bahwa kekuatan harus selalu dikendalikan oleh kebijaksanaan.
Keris juga mencerminkan status sosial, kebanggaan budaya, serta spiritualitas yang tinggi. Hal ini menjadikannya lebih dari sekadar pusaka, melainkan warisan nilai kehidupan.
Keris di Era Modern
Saat ini, meskipun penggunaan keris sebagai senjata sudah tidak relevan, keberadaannya masih tetap dihormati sebagai benda pusaka dan simbol budaya.
- Pernikahan Adat
Keris sering digunakan dalam upacara pernikahan sebagai simbol perlindungan bagi pengantin pria. - Koleksi Seni
Banyak kolektor yang mengoleksi keris sebagai karya seni bernilai tinggi. - Festival dan Pameran
Berbagai festival budaya menampilkan keris sebagai bagian dari warisan Indonesia.
Kunjungi akun YouTube Jateng Kita untuk konten menarik lainnya!