Gabung BRICS, Apa Peluang dan Tantangan Indonesia?

Gabung BRICS, Apa Peluang dan Tantangan Indonesia?
(Gambar : istockphoto.com)

Jatengkita.id – Indonesia tengah menjajaki kemungkinan untuk bergabung dengan BRICS, yaitu sebuah aliansi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Langkah ini menjadi bagian dari strategi politik luar negeri Indonesia yang ingin memperkuat peran global, khususnya di kalangan negara-negara berkembang (Global South).

Meskipun proses keanggotaan BRICS masih dalam tahap pengajuan, potensi manfaat dan tantangan dari bergabung dengan aliansi ini sangat penting untuk dibahas. Artikel ini akan mengulas peluang positif dan dampak negatif yang bisa muncul bagi Indonesia jika resmi bergabung dengan BRICS.

Peluang Positif

  1. Peningkatan Ekonomi dan Perdagangan

Salah satu alasan utama Indonesia tertarik untuk bergabung dengan BRICS adalah potensi peningkatan ekonomi. BRICS merupakan kelompok ekonomi besar yang memiliki pengaruh global, dengan jumlah populasi yang sangat besar serta pasar yang menjanjikan.

Bergabung dengan BRICS membuka peluang bagi Indonesia untuk memperluas perdagangan dengan negara-negara besar seperti China dan India, yang merupakan dua ekonomi terbesar di dunia. Dengan akses ke pasar yang lebih besar, Indonesia dapat meningkatkan ekspor, terutama dalam sektor komoditas seperti kelapa sawit, batu bara, dan produk pertanian.

Selain itu, BRICS memiliki lembaga keuangan seperti New Development Bank (NDB) yang bertujuan untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan di negara berkembang. Indonesia dapat memanfaatkan dana ini untuk mempercepat pembangunan infrastruktur yang menjadi prioritas negara.

Beberapa diantaranya adalah proyek transportasi, energi, dan teknologi. Dengan memanfaatkan fasilitas ini, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada pinjaman dari negara-negara maju dan lembaga internasional lainnya.

  1. Diversifikasi Kerjasama Internasional

BRICS memberikan Indonesia kesempatan untuk memperluas hubungan diplomatik dan kerjasama internasional. Indonesia dikenal sebagai negara yang menjalankan politik luar negeri bebas aktif, yang berarti tidak ingin terikat dengan satu kelompok negara tertentu.

Bergabung dengan BRICS akan memungkinkan Indonesia memainkan peran yang lebih besar di arena internasional. Sebut saja sebagai jembatan antara negara-negara berkembang dan negara-negara maju.

Selain itu, BRICS juga merupakan wadah yang memungkinkan negara-negara berkembang untuk memajukan kepentingan mereka secara kolektif. Indonesia dapat memperjuangkan kepentingan Global South, termasuk hak atas pembangunan yang berkelanjutan dan reformasi dalam sistem multilateral yang lebih inklusif.

Dalam forum ini, Indonesia dapat memperkuat posisi tawarnya dalam pengambilan keputusan global yang lebih adil.

  1. Mengurangi Ketergantungan pada Dolar AS
konsep dedolarisasi brics dan brics+ - brics potret stok, foto, & gambar bebas royalti
(Gambar : istockphoto.com)

Salah satu alasan kuat bagi Indonesia untuk bergabung dengan BRICS adalah upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional.

Negara-negara anggota BRICS telah mendiskusikan alternatif mata uang dalam transaksi perdagangan mereka. Tentu ini akan mengurangi ketergantungan pada sistem finansial yang dikuasai oleh negara-negara Barat.

Ini akan memberikan Indonesia ruang lebih fleksibel dalam kebijakan ekonomi domestik dan memperkuat stabilitas finansial negara.

  1. Kerja Sama di Bidang Teknologi dan Inovasi

Negara-negara BRICS, terutama China dan India, memiliki sektor teknologi yang berkembang pesat. Dengan bergabung, Indonesia bisa memanfaatkan kerjasama di bidang teknologi dan inovasi untuk meningkatkan sektor digital dan teknologi informasi.

Indonesia dapat belajar dari kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara BRICS, serta mempercepat transformasi digital yang dapat membantu perekonomian negara.

Dampak Negatif Bergabung dengan BRICS

  1. Kompleksitas Diplomatik dan Geopolitik

Salah satu tantangan terbesar bagi Indonesia dalam bergabung dengan BRICS adalah keragaman politik dan kepentingan antara anggota. BRICS terdiri dari negara dengan sistem pemerintahan yang sangat berbeda, mulai dari demokrasi seperti India dan Brasil, hingga negara dengan rezim otoriter seperti China dan Rusia.

Ketegangan politik di antara negara-negara anggota ini dapat memengaruhi dinamika internal BRICS dan menyulitkan Indonesia dalam menavigasi hubungan internasionalnya.

Indonesia, yang memiliki hubungan strategis dengan negara-negara Barat, harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam konflik yang dapat merugikan posisinya di forum-forum internasional lainnya.

Misalnya, ketegangan antara India dan China dapat memengaruhi diplomasi Indonesia, yang harus menjaga hubungan baik dengan kedua negara besar ini.

  1. Ketergantungan pada Sektor Komoditas
brasil pengiriman kargo kontainer ekspor impor perdagangan ekonomi - brics potret stok, foto, & gambar bebas royalti
(Gambar : istockphoto.com)

Sementara BRICS menawarkan peluang ekonomi, Indonesia harus memperhatikan potensi ketergantungan yang lebih besar pada sektor komoditas. Negara-negara anggota BRICS seperti Brasil dan Rusia juga bergantung pada ekspor komoditas untuk perekonomian mereka.

Jika Indonesia terlalu fokus pada sektor komoditas dalam kerjasama dengan BRICS, hal ini dapat memperburuk ketergantungan Indonesia pada ekspor bahan mentah dan menghambat diversifikasi ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Selain itu, Indonesia harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam model pembangunan yang berfokus pada ekstraksi sumber daya alam tanpa mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial. Ini bisa berdampak negatif jangka panjang, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

  1. Tantangan Sosial dan Ekonomi Domestik

Bergabung dengan BRICS juga dapat memengaruhi kebijakan domestik Indonesia. Negara ini mungkin perlu berkomitmen pada proyek-proyek besar yang dibiayai oleh BRICS yang dapat memengaruhi anggaran negara.

Meskipun infrastruktur adalah kebutuhan penting, Indonesia juga harus memastikan bahwa kebijakan domestiknya tidak terganggu oleh kewajiban internasional. Misalnya, alokasi dana yang lebih besar untuk proyek BRICS dapat mengurangi anggaran untuk pendidikan, kesehatan, atau program sosial lainnya yang menjadi prioritas domestik.

  1. Keragaman Budaya dan Kepentingan yang Berbeda

Keragaman budaya dan kepentingan yang berbeda-beda di dalam BRICS dapat menjadi tantangan dalam pengambilan keputusan. Negara-negara seperti China yang lebih otoriter dan negara-negara dengan sistem demokrasi seperti India dapat memiliki pandangan yang berbeda tentang kebijakan internasional.

Indonesia harus dapat mengelola perbedaan ini dengan bijaksana agar tetap dapat berperan aktif dalam pengambilan keputusan yang menguntungkan semua pihak.

Pilihan redaksi : Part #3 : Runtuhnya Keagungan Turki Utsmani

Bergabung dengan BRICS menawarkan banyak peluang bagi Indonesia. Diantaranya meningkatkan perdagangan, memperkuat posisinya di kancah global, dan mendapatkan akses ke sumber daya finansial untuk pembangunan.

Namun, Indonesia juga harus mempertimbangkan dengan cermat tantangan yang mungkin muncul, baik dari segi diplomatik, ekonomi, maupun sosial. Keberhasilan Indonesia dalam memanfaatkan keanggotaan BRICS akan bergantung pada kemampuannya untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan domestik dan kerjasama internasional.

Dengan pendekatan yang hati-hati dan strategis, Indonesia dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh BRICS tanpa mengorbankan stabilitas domestiknya.