Part #3 : Runtuhnya Keagungan Turki Utsmani

Part #3 : Runtuhnya Keagungan Turki Utsmani
(Gambar : Pinterest)

Jatengkita.id – Setelah lebih dari 600 tahun berjaya dengan luas wilayah mencakup Asia-Eropa-Afrika, runtuhlah juga Daulah Turki Utsmani yang agung itu. Kekhalifahan Turki benar-benar berakhir pada tanggal 03 Maret 1924 yang kemudian berganti menjadi Republik Turkiye.

Kejatuhan yang menyakitkan dan menghinakan itu turut membuat seluruh anggota Dinasti Utsmani terusir dari wilayah mereka sendiri. Khalifah Abdul Majid II hingga dibuang ke Swiss dengan pengawalan ketat dari militer.

Kekhalifahan Utsmaniyah telah menjadi pelindung bagi umat muslim di seluruh dunia. Kedigdayaannya mampu membuat para musuh gentar dan peradaban yang dibangunnya menjadi pelopor berbagai dimensi kehidupan.

Namun, setiap kejayaan pasti akan memiliki akhir dan hal tersebut adalah sebuah keniscayaan. Sejarah berputar dan membawa pelajaran berharga bagi siapapun yang berakal. Lantas, apa sebab-sebab dan bagaimana kekhalifahan ini bisa runtuh?

  1. Renaisans
This may contain: two men sitting at a table working on a piece of paper with a globe in the background
(Gambar : Pinterest)

Eropa mengalami kemajuan yang signifikan dalam bidang sains dan teknologi. Kemajuan itu berujung pada Revolusi Industri yang memengaruhi perkembangan dalam segala bidang kehidupan.

Hal ini rupanya berdampak pada sistem sosial politik yang mengancam eksistensi keagamaan dan monarki. Muncul beberapa gagasan ikhwal demokrasi, liberalisme, dan masih banyak lagi yang ujungnya bermuara pada pemisahan spiritual dengan sistem kehidupan.

Peran para filsuf dan politisi pada zaman itu memegang kendali yang amat besar. Mereka mulai menyuarakan spirit humanisme yang menolak pembatasan diri atas kesewenang-wenangan institusi kepausan.

Bagi mereka, Tuhan telah membekali akal kepada manusia, sehingga manusia tidak membutuhkan aturan-aturan lagi dari Tuhan. Eropa begitu maju saat meninggalkan agama dan Tuhannya.

  1. Syariat Islam Ditinggalkan
This may contain: an image of two men on horses with flags
(Gambar : Pinterest)

Berbeda dengan Eropa yang maju karena meninggalkan agama, justru Daulah Utsmani sangat mundur karena meninggalkan agamanya.

Kemunduran paling mendasar yang dialami Daulah Turki Utsmani adalah ditinggalkannya Bahasa Arab. Padahal, bahasa ini merupakan bahasa utama bagi kaum Muslim untuk memahami ajaran agamanya.

Ketidakpahaman mereka inilah yang membuat musuh kegirangan karena berhasil menemukan peluang dari jauhnya muslim dengan agamanya. Hal ini menyebabkan banyak penyimpangan yang menggerus tatanan internal.

Mengutip dari buku Lost Islamic Victory #2 terbitan Gensa Berilmu, banyak tindakan tidak beradab yang disaksikan musuh. Diantaranya adalah pemberontakan, konflik internal, dan kesukaan pejabat menerima suap dari duta besar negara-negara Eropa.

Kemunduran Daulah Turki terlihat paling mencolok dalam bidang militernya. Kekhalifahan yang dikenal sebagai negara militer ini mengalami banyak kekalahan dalam perang dan terpaksa kehilangan wilayah yang pernah berada di bawah kekuasannya.

Karena itu, musuh tidak lagi segan dan hormat pada Daulah Utsmani. Mereka menyebut Daulah Turki Utsmani sebagai “The Sick Man”.

  1. Persatuan Musuh dan Merasuknya Paham Imperialisme
Story pin image
(Gambar : Pinterest)

Kemajuan negara-negara Eropa yang meliputi bidang kemiliteran mendorong mereka untuk saling bersaing. Mereka melakukan banyak penjelajahan untuk mencari wilayah-wilayah yang bisa dieksploitasi.

Misi penjajahan mereka tentu bukan hanya untuk menyebarkan agama dan mencari sumber daya. Namun, mereka juga aktif menyebarkan paham-paham imperalisme yang sampai hari ini tertanam di negara-negara di dunia.

Turkiye yang notabene bagian dari negara Eropa yang juga menjadi target pelumpuhan oleh para musuh, turut dirasuki paham-paham tersebut. Upaya musuh jadi semakin mudah karena Turkiye sendiri sedang berusaha agar tidak tertinggal dari negara-negara lainnya.

Turkiye mulai banyak mengadaptasi gaya-gaya pemerintahan Eropa yang secara perlahan mengikis karakteristik pemerintahan berdasarkan syariat Islam. Masuknya konsep nasionalisme yang berlandaskan pemahaman barat mulai mengobrak-abrik tatanan pemerintahan Daulah Turki Utsmani.

Kegagapan dalam mengadaptasi konsep-konsep Eropa itu membuat Turki Utsmani jadi mudah diboncengi sekutu. Barat yang datang ke Turkiye membawa serta pandangan hidup, sistem, dan keyakinan yang kemudian menjangkiti kaum Muslim.

Utusan Daulah Utsmani itu memang dikirim ke luar (dalam hal ini Prancis) untuk mempelajari sistem kehidupan di negara tersebut. Karena itu, mereka sangat akrab dengan literatur Prancis, termasuk paham sekularisme.

Tokoh seperti Montesquieu dan Jean-Jacques Rosseau menjadi pelopor mereka dalam pemerintahan, sehingga cita-cita menjadikan Turkiye negara yang modern juga bersumber dari sana. Kekuasaan yang dimiliki para utusan ini membuat mereka jadi dengan mudah memasukkan hukum barat ke dalam regulasi Daulah Utsmani.

Syariat Islam mulai dihapuskan dan diganti dengan konsep Barat. Misalnya pencabutan hukum jizyah yang dipandang tidak adil. Kemudian, ada juga ketentuan yang membolehkan homoseksual dan tindakan menyimpang kaum Nabi Luth.

Menuju keruntuhan Turki Utsmani, para khalifah yang memimpin memiliki keterbatasan peran. Mereka hanya dijadikan sebagai simbol negara yang tidak memiliki kekuasaan pemerintahan apapun. Para birokrat yang dibelakang mereka justru memiliki kuasa lebih dari khalifah.

  1. Sultan Abdul Hamid II
This may contain: an oil painting of a man with a beard wearing a red hat and blue coat
(Gambar : Pinterest)

Kepemimpinan Sultan Abdul Hamid II menjadi harapan terakhir bagi Daulah Utsmani untuk bisa bertahan. Ia berupaya keras menutup celah yang bisa dirasuki Barat untuk menghancurkan pemerintahan.

Selama masa kepemimpinannya, ia mulai merombak banyak dimensi kehidupan. Dalam bidang pendidikan, ia memperbaiki sistem dengan merombak materi yang didominasi pemikiran Barat. Pelajaran seperti akidah, akhlak, ilmu fikih, tafsir, dan ajaran Islam lainnya mulai diterapkan kembali.

Selain itu, Sultan juga merekonstruksi bidang transportasi dan komunikasi. Khalifah terakhir harapan muslim ini juga mengirim banyak konsul ke beberapa negara, termasuk beberapa wilayah Nusantara. Mereka ditugaskan untuk mendampingi dan melayani kaum Muslim.

Meski demikian, konspirasi musuh terus menggempur dan usaha Sultan pun berakhir dengan kudeta. Kemajuan pembangunan di berbagai aspek itu membuat musuh-musuh membencinya dan mulai menyebarkan propaganda tentang kepemimpinan Sultan Abdul Hamid II yang diktator.

Sultan Abdul Hamid II digulingkan dari tahta atas campur tangan internal pula. Mereka yang sakit hati karena penolakan Sang Sultan atas sistem pemerintahan parlementer turut menyumbang besar dalam kudeta.

Tak hanya itu, gerakan demonstrasi yang mendukungnya juga disabotase oleh musuh sebagai dalih keabsahan untuk bisa menggulingkan Sultan Abdul Hamid II. Sultan akhirnya diasingkan dari tempat satu ke tempat lainnya yang berakhir di Istanbul. Disini pula akhirnya ia wafat.

  1. Intervensi Kelompok Freemasonry
Story pin image
(Gambar : Pinterest)

Selama masa pemerintahannya, Sultan Abdul Hamid II sudah mengetahui adanya campur tangan dari kelompok Freemasonry. Mereka menyusup ke departemen dan berbagai bidang profesi.

Ia menyebutkan bahwa kelompok ini sangat berbahaya. Revolusi-revolusi besar yang terjadi di dunia ditengarai merupakan hasil permainan kelompok ini. Mereka memang bertujuan menyingkirkan agama. Contoh di beberapa negara adalah Revolusi Perancis, Kulturkampf di Jerman, dan Carbonari di Italia.

  1. The Mother of Crime
Turki Utsmani
Mustafa Kemal Pasha “Ataturk”

Bermula dari meletusnya Perang Dunia I yang memaksa Daulah Utsmani turut serta. Banyaknya pemberontakan dan perebutan wilayah oleh negara-negara Eropa, mengancam kedudukan Turkiye yang juga memiliki banyak wilayah kekuasaan.

Hal ini membuat para elit pejabat memutuskan untuk bekerja sama dengan Jerman yang kala itu dinilai bisa menjadi kawan yang menguntungkan. Namun, keputusan bergabung dengan Blok Sentral itu rupanya bukan hal yang baik.

Jerman juga memiliki ambisi sendiri untuk menguasai wilayah Utsmani yang memiliki kekayaan sumber daya alam. Kondisi semakin memojokkan Daulah Utsmani Ketika Blok Sekutu keluar sebagai pemenang dalam Perang Dunia I.

Pasukan Sekutu akhirnya berhasil menguasai Istanbul. Di tengah kondisi babak belur tersebut, munculah sosok Mustafa Kemal Pasha (Ataturk). Ia menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas kehancuran Ottoman Empire.

Di tengah kondisi Utsmani yang mengkhawatirkan, ia dengan kepiawaiannya akan nasionalisme sekular berhasil memecah masyarakat menjadi dua kelompok. Pertama adalah yang mengikuti dirinya yang tergabung dalam kubu Ankara dan kelompok satunya adalah yang mengikuti Sultan di kubu Istanbul.

Hal ini akhirnya berujung pada pecahnya perang saudara. Ataturk menyebarkan agitasi bahwa peperangannya adalah malawah khilafah yang terjajah dan membantu Inggris dan sekutu. Posisinya semakin kuat dan ia mengklaim pemerintahannya di Ankara adalah pemerintahan yang sah.

Ataturk menghapuskan negara khilafah dan mengganti sistem pemerintahan menjadi Republik. Ia telah merekayasa Pemilu yang memenangkan partainya. Hal itu merupakan upayanya menyingkirkan orang-orang yang berbeda pandangan dengannya dari pemerintahan yang ia dirikan.

Dengan begitu, ia bisa dengan leluasa melenggangkan nasionalisme sekular sebagai hal yang mendasar dalam pemerintahan Republik Turkiye.

Begitulah kejatuhan Daulah Turki Utsmani. Sebab-sebabnya menjadi pembelajaran besar bagi kaum Muslim di seluruh dunia. Kita tidak boleh saling terpecah dan meninggalkan syariat islam. Ketentuan Allah adalah mutlak. Kita juga harus kokoh di tengah gempuran dunia yang semakin melalaikan dan menjauhkan dari ketaatan.

Baca juga : Part #2 : Kejayaan Masa Daulah Turki Utsmani