Jatengkita.id – Wayang Kulit Gagrag Banyumas merupakan jenis wayang kulit yang memiliki ciri khas tersendiri yang mencerminkan karakter masyarakat setempat. Dengan gaya yang sederhana namun penuh makna, wayang ini menjadi cerminan kehidupan agraris dan egaliter masyarakat Banyumas.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi mengenai sejarah, karakteristik, serta peran penting Wayang Kulit Gagrag Banyumas dalam menjaga warisan budaya dan menyampaikan pesan moral kepada masyarakat.
Asal-Usul dan Perkembangan
Gagrag Banyumas merupakan hasil pengembangan dari Gagrag Solo dan Gagrag Mataram (Yogyakarta), yang juga dikenal sebagai Gagrag Wetan. Gaya ini lahir dari perpaduan budaya keraton yang bersifat hierarkis dengan kultur egaliter masyarakat Banyumas.
Ketika terjadi geger Mataram, banyak penduduk Kesultanan Ngayogyakartahadiningrat bermigrasi ke berbagai daerah, termasuk ke wilayah barat. Perpindahan ini membawa serta para seniman yang menyebarkan pengetahuan seni pedalangan.
Salah satu daerah yang menjadi cikal bakal lahirnya Gagrag Banyumas adalah Gombong di Kebumen. Ki Dalang Menganti menjadi salah satu tokoh penting dalam perubahan ini.
Ia kemudian diikuti oleh keturunannya, Ki Lebdo Jiwo, yang memperluas pengaruh Gagrag Banyumas hingga ke wilayah Cilacap, Sampan, dan Ajibarang.
Seiring waktu, gaya ini beradaptasi dengan nilai-nilai lokal dan menciptakan ciri khas baru. Misalnya penokohan yang lebih merakyat seperti Bawor, serta penggunaan bahasa Banyumasan dalam pertunjukan.
Dengan demikian, Wayang Kulit Gagrag Banyumas tidak hanya menjadi bentuk hiburan, tetapi juga cerminan kehidupan dan budaya masyarakat setempat.
Ciri Khas Wayang Kulit Gagrag
- Gaya Pedalangan Pakeliran
Gaya pedalangan wayang kulit Gagrag mengadopsi teknik pakeliran dalam pertunjukannya. Pakeliran ini mencakup berbagai unsur seperti lakon wayang yang menyajikan alur cerita sabet yang mengatur gerakan wayang, catur yang meliputi narasi dan dialog, serta karawitan yang terdiri dari gendhing, sulukan, dan properti panggung.
- Bahasa dan Dialek Banyumas
Dalam pertunjukan wayang kulit Gagrag Banyumas, bahasa yang digunakan adalah dialek Banyumasan yang memiliki ciri khas tersendiri. Penggunaan dialek ini bertujuan untuk menciptakan kedekatan antara pertunjukan dengan masyarakat setempat.
Dengan begitu, cerita yang disampaikan lebih mudah dipahami dan diterima. Selain itu, bahasa Banyumasan memberikan nuansa lokal yang memperkaya ekspresi tokoh dalam wayang. Hal ini menjadikannya lebih hidup dan relevan dengan budaya serta kehidupan sehari-hari.

- Tokoh Bawor
Salah satu tokoh yang paling dikenal dalam Wayang Kulit Gagrag Banyumas adalah Bawor, yang merupakan bagian dari kelompok Punakawan. Di beberapa daerah lain, tokoh ini lebih dikenal dengan nama Bagong.
Namun, dalam versi Banyumas, Bawor digambarkan sebagai anak tertua dari Ki Semar, berbeda dengan versi Solo dan Yogyakarta, di mana Bagong justru dianggap sebagai anak bungsu.
Baca juga : Yang Perlu Kamu Tahu Tentang Wayang!
- Nilai-nilai Kehidupan Masyarakat
Wayang kulit Gagrag Banyumas mencerminkan berbagai nilai kehidupan yang dianut oleh masyarakat setempat, seperti kejujuran, kesederhanaan, keterbukaan, kebebasan, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Nilai-nilai ini tidak hanya terlihat dalam karakter tokoh-tokoh yang ditampilkan, tetapi juga dalam berbagai elemen pertunjukan. Misalnya, dalam sulukan yang dilantunkan oleh dalang, terdapat pesan-pesan moral yang mencerminkan sifat khas masyarakat Banyumas.
Selain itu, penggambaran karakter dalam wayang juga menunjukkan kepribadian yang mencerminkan kehidupan sehari-hari mereka. Sanggit cerita dalam pertunjukan juga menggambarkan fleksibilitas dalam menyajikan cerita agar tetap relevan dengan kondisi sosial yang berkembang.
Tak hanya itu, iringan musik yang digunakan dalam pertunjukan turut memperkuat suasana serta mendukung penyampaian nilai-nilai tersebut kepada penonton.
Peranan dalam Kehidupan Masyarakat Banyumas
Wayang Kulit Gagrag Banyumas bukan sekadar hiburan semata, melainkan memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan masyarakat Banyumas. Pertunjukan wayang ini berfungsi sebagai media untuk menyampaikan berbagai nilai moral, sosial, dan budaya kepada masyarakat.
Hal tersebut menjadi sarana edukasi yang efektif. Selain itu, wayang kulit juga berkontribusi dalam melestarikan bahasa serta kekayaan budaya khas Banyumas, menjaga agar warisan leluhur tetap hidup di tengah masyarakat.
Pengakuan atas nilai budaya ini semakin diperkuat ketika UNESCO menetapkan wayang kulit sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang berharga dan bernilai tinggi pada tahun 2003.
Dalam menghadapi perubahan zaman, Wayang Kulit Gagrag Banyumas terus menyesuaikan diri tanpa menghilangkan esensi dan keasliannya. Upaya adaptasi ini dilakukan agar wayang kulit tetap relevan dan menarik bagi generasi muda, sehingga tradisi ini tidak punah seiring berjalannya waktu.
Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!