Jatengkita.id – SMP Negeri 22 Semarang berupaya dalam meningkatkan kesadaran mengenai Tuberkulosis (TBC) di kalangan remaja. Mereka bekerja sama dengan program studi kesehatan masyarakat Universitas Negeri Semarang meluncurkan program Peer Educator TBC.
Acara yang digelar pada Jumat (04/09/2024) ini bertujuan untuk melibatkan siswa sebagai agen perubahan. Siswa digerakkan untuk mampu menyebarkan informasi terkait pencegahan dan penanganan TBC kepada teman-temannya di lingkungan sekolah.
Dengan menggunakan media presentasi PowerPoint (PPT) dalam pembekalan, para peer educator (pendidik sebaya) mendapatkan pelatihan intensif mengenai gejala, penularan, dan cara pencegahan TBC.
Program ini diharapkan mampu menanamkan pengetahuan dasar mengenai TBC kepada siswa-siswa dengan cara yang lebih interaktif dan relevan dengan dunia remaja.
Pembekalan dengan Media PPT yang Interaktif
Media PowerPoint yang digunakan dalam pelatihan ini dirancang khusus untuk menarik perhatian siswa. Slide-slide presentasi memuat informasi terkait TBC yang disajikan dengan visual menarik, infografis, dan video pendek tentang bahaya TBC.
Materi yang diberikan mencakup pengenalan terhadap gejala TBC seperti batuk berdahak yang berlangsung lama dan penularan melalui droplet (percikan air liur). Selain itu juga pembekalan mengenai langkah-langkah pencegahan yang sederhana.
Misalnya etika batuk dan pentingnya menjaga kebersihan diri, hingga peran peer educator TBC di Sekolah.
“Penggunaan media PPT sangat membantu dalam menjelaskan konsep yang cukup berat seperti TBC kepada para siswa. Dengan visual yang menarik dan penjelasan sederhana, kami bisa memastikan mereka benar-benar paham dan siap menyampaikan informasi ini kepada teman-teman mereka,” ujar salah satu tenaga pengajar yang terlibat dalam pelatihan tersebut.
Tonton video : Ternyata Mudah Hidup Sehat
Peer Educator Sebagai Agen Perubahan
Setelah mendapatkan pembekalan, para peer educator yang terdiri dari anggota Palang Merah Remaja (PMR) di SMP Negeri 22 Semarang akan bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi terkait TBC kepada siswa lainnya.
Mereka dilatih tidak hanya dalam hal pemahaman tentang penyakit. Namun juga teknik komunikasi yang efektif agar pesan yang disampaikan mudah diterima oleh teman sebaya.
Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 22 Semarang, Edi Kunari, berharap program ini efektif sebagai bentuk sosialisasi kesehatan.
“Remaja cenderung lebih mendengarkan teman-teman sebayanya. Dengan adanya program peer educator ini, harapannya mereka bisa menjadi jembatan antara informasi kesehatan yang disampaikan dan penerimaan informasi oleh siswa lainnya,” jelasnya.
Respons Positif dari Siswa dan Guru
Program peer educator ini disambut antusias oleh siswa-siswa SMP Negeri 22 Semarang. Mereka merasa pelatihan yang diberikan sangat bermanfaat. Terutama karena metode penyampaian yang interaktif dan melibatkan mereka secara langsung.
“Setelah pelatihan ini, saya jadi lebih paham tentang TBC, dan saya senang bisa membantu teman-teman untuk lebih sadar tentang kesehatan.” ujar salah satu siswa yang terpilih sebagai peer educator.
Selain siswa, para guru juga mendukung penuh program ini. Mereka melihat program ini sebagai langkah positif untuk meningkatkan kesadaran kesehatan di kalangan siswa, khususnya tentang penyakit menular seperti TBC.
“Dengan adanya peer educator, kami harap siswa bisa lebih peka terhadap kesehatan diri sendiri dan lingkungan sekitar,” ujar guru UKS, Widar.
Langkah Berkelanjutan untuk Pencegahan TBC di Sekolah
Keberhasilan program peer educator ini mendorong SMP Negeri 22 Semarang untuk terus menjalankan program serupa dalam skala yang lebih luas. Sekolah berencana mengintegrasikan materi tentang TBC dan kesehatan umum lainnya ke dalam kurikulum pendidikan kesehatan.
Edi Kunari menyebutkan pihaknya telah merencanakan ekspansi program peer educator TBC untuk kebermanfaatan yang lebih luas.
“Program ini merupakan langkah awal yang sangat baik. Ke depan, kami akan memperluas cakupan program ini tidak hanya untuk siswa baru. Tetapi juga untuk seluruh siswa melalui kegiatan-kegiatan kesehatan lainnya,” tutupnya.
Dengan langkah-langkah ini, SMP Negeri 22 Semarang berharap dapat berkontribusi dalam upaya menekan angka kasus TBC di kalangan remaja. Sekaligus membentuk siswa-siswa yang lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan diri dan lingkungan.
Baca juga : UNNES Berikan Pelatihan Budidaya Maggot untuk Pengolahan Sampah Organik