Soroti Lonjakan Kasus HIV/AIDS, Wakil Ketua DPRD: Fokus Pencegahan!

Soroti Lonjakan Kasus HIV/AIDS, Wakil Ketua DPRD: Fokus Pencegahan!
(Gambar: Arsip)

Jatengkita.id – Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Setya Arinugroho, meminta penguatan langkah pencegahan dalam upaya menekan penularan HIV/AIDS di wilayah Jawa Tengah.

Ia menilai, pencegahan harus menjadi perhatian utama agar penularan baru dapat ditekan, sekaligus mendukung target nasional Three Zero pada tahun 2030.

“Kasus baru masih terus bermunculan. Ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan belum sepenuhnya optimal. Pencegahan harus diperkuat agar laju penularan dapat ditekan,” ujar Setya Ari saat diwawancara, Senin (27/10/2025).

Hal tersebut disampaikan menyusul masih tingginya penambahan kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah. Selama periode Januari hingga Juni 2025, tercatat 3.028 kasus baru.

Sementara 22.410 Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) masih rutin mengakses pengobatan antiretroviral (ARV) hingga pertengahan tahun. Mayoritas kasus baru tercatat pada kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL), dengan sekitar 73 persen penderitanya berada pada usia produktif 26–58 tahun.

FGD Sustainability Media di Era Digital, Ketua AMSI Sebut 3 Solusi

Ari menyebut angka tersebut menjadi peringatan bahwa pencegahan belum berjalan efektif di lapangan. Untuk mendukung pencegahan, ia menilai perluasan layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) dan mobile VCT tetap harus diteruskan agar deteksi dini berjalan maksimal.

Ia mengingatkan agar pemerintah daerah memastikan layanan tes mudah dijangkau oleh kelompok berisiko maupun masyarakat umum.

Selain itu, ia mengingatkan potensi fenomena gunung es, di mana jumlah kasus sebenarnya bisa lebih besar karena masih ada masyarakat yang enggan melakukan tes.

“Layanan tes dan edukasi harus berjalan beriringan. Semakin banyak yang berani memeriksakan diri, semakin cepat penularan bisa diputus,” jelasnya.

hiv/aids
(Gambar: Arsip)

Meski sejumlah langkah penanganan telah berjalan, Setya Ari menilai stigma dan diskriminasi masih menjadi hambatan utama dalam pencegahan HIV/AIDS.

“Stigma membuat banyak orang takut memeriksakan diri atau menjalani pengobatan. Padahal keterbukaan adalah langkah awal pencegahan,” tegasnya.

Menelusuri Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

Menurutnya, dukungan masyarakat sangat menentukan keberhasilan penanggulangan. Tanpa penerimaan sosial, upaya teknis di lapangan tidak akan berjalan maksimal.

Sementara itu, upaya pencegahan di tingkat daerah juga memerlukan sinergi lintas sektor. Hal ini selaras dengan yang disampaikan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen.

Pihaknya mendorong OPD bekerja sama dengan para pegiat HIV/AIDS agar intervensi pencegahan lebih terarah hingga ke tingkat kabupaten/kota.

“Sinergi ini perlu diperluas agar persentase penderitanya semakin kecil,” ujar Taj Yasin saat dimintai keterangan.

Dalam audiensi tersebut, disampaikan pula perlunya penguatan koordinasi dan kelembagaan KPA di daerah untuk mendukung program pencegahan, edukasi, dan layanan di lapangan.

Menutup penyampaiannya, Setya Ari menekankan pentingnya konsistensi program pencegahan, perluasan tes, dan edukasi antistigma agar masyarakat dapat hidup berdampingan tanpa diskriminasi.

“ODHIV berhak atas layanan kesehatan dan kehidupan sosial tanpa stigma. Dengan langkah pencegahan yang kuat, ditopang edukasi dan tes yang merata, mata rantai penularan bisa diputus,” pungkasnya.

DPRD Jateng Pastikan Anggaran Prioritas untuk Kedaulatan Pangan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *