Tradisi Lomban Jepara sebagai Ungkapan Syukur dan Selamat

Tradisi Lomban Jepara sebagai Ungkapan Syukur dan Selamat
(Gambar : Bisnis.com)

Jatengkita.id – Tradisi Lomban adalah perayaan budaya khas yang berasal dari Kabupaten Jepara. Perayaan sedekah laut ini rutin diselenggarakan setiap tahun pada bulan Syawal, tepatnya tujuh hari setelah Idulfitri.

Lebih dari sekadar pesta rakyat, lomban mencerminkan rasa syukur para nelayan atas kelimpahan hasil laut serta perlindungan yang mereka terima selama melaut. Perayaan ini telah berlangsung selama lebih dari seratus tahun dan menjadi elemen utama dalam warisan budaya masyarakat setempat.

Asal-Usul Tradisi Lomban

Asal usul Tradisi Lomban berawal dari peristiwa penyelamatan dua pejabat Kadipaten Jepara yang mengalami badai hebat saat berlayar menuju Pulau Karimunjawa pada tahun 1855. Perahu mereka dihantam ombak besar hingga nyaris karam.

Kejadian ini diketahui oleh Ki Ronggo Mulyo dan Cik Lanang, yang kemudian memberikan bantuan hingga kedua pejabat tersebut berhasil selamat. Sebagai bentuk rasa syukur atas keselamatan mereka, masyarakat mulai menggelar ritual melarung sesaji ke laut.

Seiring waktu, tradisi ini berkembang menjadi perayaan tahunan yang kini dikenal sebagai lomban. 

Ritual dan Prosesi Tradisi Lomban

Perayaan lomban diawali dengan serangkaian upacara yang menampilkan kekayaan tradisi budaya khas daerah. Acara pembuka menghadirkan pertunjukan rebana dan tarian Sernemi di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujungbatu.

Para penari mengenakan busana yang mencerminkan kehidupan di pesisir, dilengkapi dengan atribut seperti dayung dan kepis. Setelah itu, kepala kerbau yang akan dilarung dipersiapkan dengan hiasan adat dan diletakkan dalam miniatur kapal, sebagai simbol rasa syukur serta doa kepada Tuhan. 

Usai prosesi adat, miniatur kapal tersebut dibawa dalam sebuah arak-arakan menuju kapal utama yang bertugas mengantar larungan. Kapal-kapal kemudian berlayar ke perairan selatan Pulau Panjang Jepara untuk menjalankan ritual pelepasan sesaji.

Pada momen puncak ini, ratusan nelayan berlomba-lomba mengumpulkan perlengkapan adat yang dihanyutkan ke laut. Selain itu, ada tradisi berebut gunungan berisi kupat dan lepet yang merupakan hidangan khas yang disiapkan dalam jumlah besar untuk dibagikan kepada masyarakat.

Baca juga : Tradisi Prepegan : Kearifan Lokal Menyambut Lebaran

Tradisi Lomban
(Gambar : Espos.id)

Makna Budaya dan Sosial

Tradisi Lomban memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Jepara. Selain sebagai ungkapan syukur atas hasil laut, acara ini juga memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antara warga.

Masyarakat berkumpul untuk merayakan keberhasilan mereka dalam menangkap ikan serta berharap agar hasil laut semakin melimpah di masa depan.

Pesta Lomban juga menjadi ajang edukasi bagi generasi muda tentang pentingnya menjaga tradisi dan menghormati alam. Dalam konteks ini, nilai-nilai seperti toleransi, solidaritas, dan religiusitas sangat kental terasa selama perayaan berlangsung.

Masyarakat percaya bahwa dengan mengikuti tradisi ini, mereka akan mendapatkan berkah dan keselamatan saat melaut

Tradisi Lomban Jepara adalah contoh nyata bagaimana budaya lokal dapat berfungsi sebagai alat pengikat sosial sekaligus sarana untuk mengekspresikan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah.

Dengan menyimpan nilai-nilai sejarah dan budaya yang kaya, Lomban tidak hanya menjadi warisan bagi masyarakat Jepara tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang mendukung perekonomian daerah.

Melalui pelestarian tradisi ini, generasi mendatang dapat terus merasakan makna dan kebersamaan dalam setiap perayaan Lomban.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *