Jawa Tengah dalam Bayang-Bayang PKI: Sejarah, Pemberontakan, dan Penumpasan

Jawa Tengah dalam Bayang-Bayang PKI: Sejarah, Pemberontakan, dan Penumpasan
Kemunculan PKI di Jawa Tengah (Gambar: sindonews.com)

Jatengkita.id – Partai Komunis Indonesia (PKI) memiliki sejarah panjang di Indonesia. Partai ini berdiri pada 23 Agustus 1920 di Semarang dengan misi memperjuangkan kepentingan buruh dan petani. Pada masa jayanya, PKI berkembang pesat dan memiliki pengaruh dominan.

Namun, di balik ideologi sosialis yang mereka usung, muncul propaganda hingga upaya kudeta untuk menjadikan Indonesia berhaluan komunis yang mana bertentangan dengan Pancasila.

Ketegangan memuncak pada 30 September 1965 melalui peristiwa kelam G30S/PKI. Penculikan dan pembunuhan tujuh jenderal Angkatan Darat di Lubang Buaya, Jakarta, menjadi titik balik. Setelah kudeta gagal, PKI resmi dinyatakan sebagai partai terlarang.

Baca juga: September Hitam: Lembar Kelam yang Tak Boleh Terlupakan

Dampak G30S menyebar hingga ke Jawa Tengah. Para pemimpin PKI melarikan diri ke daerah daerah di Jawa Tengah, termasuk Letkol Untung yang tertangkap di Tegal pada 11 Oktober 1965 di Tegal.

Tokoh lain juga tertangkap seperti Musso, DN Aidit, MH Lukman, dan Njoto yang juga dikenal berseberangan dengan pemerintah sah.

Di Jawa Tengah, penangkapan dan pembantaian massal terhadap anggota serta simpatisan PKI terjadi di berbagai daerah. Di Klaten, misalnya, aksi kekerasan terhadap anggota partai tersebut dilakukan sangat sadis.

Hal ini dipicu oleh dendam lama akibat perebutan tanah oleh anggota PKI. Purwodadi, sebagai basis komunis terbesar, mengalami pembersihan besar-besaran yang menelan banyak korban.

Baca juga: Laut Bercerita, Drama Fiksi dalam Balutan Fakta Sejarah 98

Wilayah ini juga menjadi tempat penangkapan Amir Syarifuddin, tokoh komunis yang terlibat dalam pemberontakan Madiun 1948.

pki
DN Aidit dan di belakangnya Wali Kota Salatiga (Gambar: historia.id)

Berbeda dengan itu, di Salatiga tidak terjadi pembantaian massal. Namun, sejumlah pejabat terafiliasi PKI sempat menjabat di pemerintahan, seperti Wali Kota Bakri Wahab serta Ismail yang menjadi Ketua DPRD.

Meski begitu, peristiwa G30S di Salatiga disebut lebih terkait urusan militer tanpa keterlibatan sipil maupun partai.

Pembersihan besar-besaran terhadap PKI menjadi momentum runtuhnya kekuasaan Presiden Soekarno dan naiknya Jenderal Soeharto ke tampuk Orde Baru. Sejak saat itu, komunisme dinyatakan terlarang, dan Pancasila dikuatkan sebagai ideologi tunggal.

Ribuan anggota PKI ditahan atau dibuang ke tahanan politik sepanjang 1965–1980-an. Lebih dari satu juta orang dipenjara, sementara korban jiwa masih kontroversial. Militer memperkirakan sekitar 78.500 tewas, sementara sumber lain menyebut bisa mencapai dua juta orang.

Sejarah kelam ini menjadi pelajaran penting bagi bangsa. Peristiwa G30S/PKI tidak hanya mencatat konflik ideologi, tetapi juga meninggalkan luka kemanusiaan yang mendalam.

Mengingat tragedi ini penting agar bangsa Indonesia terus waspada, menjunjung demokrasi, dan menghargai kemanusiaan supaya kesalahan serupa tak terulang lagi.

Baca juga: Desoekarnoisasi Orde Baru hingga Rehabilitasi di Era Reformasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *