Jatengkita.id – Kebudayaan Jawa tidak hanya kaya akan seni dan adat, tetapi juga mitos dan kepercayaan yang masih bertahan di tengah modernitas. Mitos Jawa ini diwariskan secara turun-temurun dari leluhur dan dianggap memiliki makna filosofis, etika, atau peringatan simbolik.
Meskipun tak semua memiliki dasar ilmiah, banyak masyarakat yang masih memegang teguh kepercayaan ini sebagai bagian dari identitas budaya dan penghormatan terhadap tradisi.
Berikut 15 mitos Jawa yang masih dipercaya hingga kini, lengkap dengan penjelasan latar belakang dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
- Menyapu Tidak Bersih Bisa Sulit Jodoh
Masyarakat Jawa percaya bahwa menyapu rumah secara asal-asalan atau tidak bersih dapat menyebabkan penghuni rumah, terutama perempuan, menjadi sulit mendapatkan jodoh.
Mitos ini sesungguhnya merupakan cara kultural untuk menanamkan nilai kebersihan dan tanggung jawab dalam pekerjaan rumah tangga.
Anak-anak perempuan diajarkan untuk teliti dan rajin, dengan harapan bahwa mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang cermat dan siap membangun keluarga.
- Jangan Duduk di Pintu, Nanti Sulit Jodoh
Duduk di ambang pintu dianggap menghambat datangnya jodoh. Selain diyakini bisa “menutup jalan” jodoh secara simbolis, mitos ini juga memiliki dimensi praktis.
Ambang pintu adalah tempat keluar-masuk orang. Duduk di sana bisa menghalangi pergerakan serta menimbulkan ketidaksopanan dalam pandangan budaya Jawa yang menjunjung tinggi etika ruang.
- Larangan Memotong Kuku di Malam Hari

Mitos ini mengatakan bahwa memotong kuku pada malam hari akan mendatangkan kesialan atau gangguan gaib. Penjelasan logisnya berkaitan dengan zaman dahulu, ketika penerangan masih terbatas.
Memotong kuku di malam hari berisiko menyebabkan luka, sehingga masyarakat melarangnya dengan membungkusnya dalam narasi mistis agar lebih dipatuhi.
- Melangkahi Orang Bisa Menyebabkan Pertumbuhan Terhambat
Jika seseorang melangkahi tubuh orang lain, diyakini bahwa orang yang dilangkahi akan terhambat pertumbuhannya, terutama jika ia masih anak-anak.
Untuk “menetralkan”, orang yang melangkahi harus berjalan mundur dan melangkahi kembali dari arah berlawanan. Mitos ini sebenarnya bertujuan mengajarkan rasa hormat terhadap tubuh dan ruang pribadi orang lain.
- Makan Sayap Ayam Bisa Membuat Wanita Sering Keluyuran
Konon, perempuan yang gemar makan sayap ayam akan sulit betah di rumah setelah menikah. Ia dipercaya akan suka “terbang ke sana kemari” seperti ayam bersayap.
Mitos ini dimanfaatkan sebagai bentuk kontrol sosial atas perilaku perempuan dalam masyarakat patriarkal, meski kini sudah banyak ditinggalkan.
- Menanam Pohon Pisang di Halaman Bisa Mengundang Makhluk Halus

Pohon pisang, terutama jika tumbuh rimbun dan dekat rumah, sering dikaitkan dengan keberadaan makhluk gaib. Daun dan batangnya yang besar menciptakan kesan rimbun dan gelap, sehingga dianggap sebagai tempat tinggal makhluk halus.
Mitos ini berkembang sebagai bentuk kepercayaan masyarakat terhadap dunia tak kasat mata yang diyakini berdampingan dengan dunia manusia.
- Bersiul di Malam Hari Bisa Mengundang Makhluk Halus
Masyarakat Jawa menganggap bersiul saat malam hari sebagai tindakan yang dapat menarik perhatian makhluk halus. Suara siulan dianggap mengganggu ketenangan malam atau bisa menjadi “panggilan” bagi entitas gaib.
Mitos ini juga digunakan orang tua untuk mengajarkan kesopanan dan menjaga ketenangan lingkungan pada malam hari.
- Jangan Menikah di Bulan Sura
Bulan Sura (Muharram dalam kalender Islam) dianggap sebagai bulan sakral dan penuh pantangan, termasuk larangan untuk mengadakan pernikahan.
Mitos ini berasal dari tradisi kejawen yang menganggap bulan Sura sebagai waktu untuk tirakat dan mendekatkan diri pada Tuhan. Melangsungkan pesta dianggap tidak etis secara spiritual, sehingga masyarakat menghindarinya.
- Tidur di Waktu Maghrib Bisa Membuat Anak Kesurupan
Anak-anak yang tidur saat waktu maghrib diyakini akan lebih mudah diganggu oleh makhluk halus atau bahkan mengalami kesurupan.
Waktu maghrib dipandang sebagai waktu transisi antara siang dan malam, yang dalam kepercayaan Jawa, merupakan saat di mana makhluk halus mulai aktif. Larangan ini juga menjadi cara orang tua untuk menjaga anak-anak tetap terjaga dan siap untuk bersih-bersih atau salat.
Baca juga : Bunga Kantil Menurut Budaya Jawa dan Mitos yang Berkembang
- Jangan Menyisakan Makanan Jika Tidak Mau Dihantui
Anak-anak sering ditakut-takuti agar tidak menyisakan makanan di piring dengan alasan akan dihantui makhluk halus yang marah.
Padahal, pesan utama dari mitos ini adalah menanamkan nilai hemat, rasa syukur, dan anti pemborosan. Dalam budaya Jawa, makanan adalah rezeki yang harus dihargai, dan membuangnya dianggap tidak etis.
- Menabrak Kucing Bisa Membawa Sial
Khususnya jika menabrak kucing sampai mati, diyakini bisa membawa sial, termasuk kecelakaan atau kematian.
Untuk menetralkan “kutukan”, pelaku harus menguburkan kucing tersebut dengan layak dan membungkusnya dengan kain putih. Mitos ini juga menunjukkan bentuk kasih sayang terhadap binatang dan menghormati makhluk hidup.
- Jangan Makan di Depan Cermin Nanti Rezekinya Terbelah
Makan sambil menghadap cermin dipercaya dapat membelah rezeki atau bahkan membuat orang jadi serakah.
Mitos ini mungkin berkembang untuk mendorong sikap fokus dan kesadaran penuh saat makan, serta menghindari perilaku pamer makanan. Cermin dalam budaya Jawa kadang juga diyakini sebagai medium yang sensitif terhadap energi halus.
- Anak Kedutan di Mata Kanan Akan Mendapat Kabar Baik
Fenomena kedutan mata diartikan sebagai isyarat dari semesta. Kedutan di mata kanan dipercaya sebagai tanda akan datang kabar baik, sedangkan mata kiri dianggap sebagai pertanda buruk.
Mitos ini mencerminkan bagaimana masyarakat Jawa memberi makna pada tanda-tanda tubuh dan menjadikannya sebagai petunjuk atas peristiwa yang akan terjadi.
- Wanita Hamil Dilarang Membunuh Hewan Kecil
Wanita hamil tidak boleh membunuh hewan seperti cicak, semut, atau nyamuk karena dipercaya akan berdampak pada fisik anak yang dilahirkan, seperti memiliki tanda lahir aneh atau cacat.
Mitos ini mencerminkan bentuk penghormatan terhadap kehidupan selama masa kehamilan dan mengajarkan agar ibu hamil menjaga sikap dan emosinya.
- Jangan Menjahit Baju Saat Masih Dipakai
Konon, menjahit baju langsung di badan bisa menyebabkan orang yang mengenakannya mengalami nasib buruk, sakit, atau bahkan mati.
Mitos ini sebenarnya adalah bentuk peringatan terhadap bahaya menjahit saat baju masih melekat di tubuh, yang secara logis dapat menyebabkan kecelakaan atau tertusuk jarum.
Meskipun sebagian besar mitos ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, mereka tetap menjadi bagian dari warisan budaya yang kaya makna.
Mitos dalam budaya Jawa sering kali menjadi alat edukatif, pembentuk nilai moral, serta sarana untuk menjaga keharmonisan antara manusia, lingkungan, dan dunia tak kasat mata.
Dalam masyarakat modern, pemaknaan ulang terhadap mitos ini bisa membantu kita memahami kearifan lokal sekaligus memelihara warisan budaya tanpa harus meninggalkan nalar dan logika.
Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!
