Masjid Agung Keraton Surakarta: Harmoni Sejarah dan Kearifan Lokal

Masjid Agung Keraton Surakarta: Harmoni Sejarah dan Kearifan Lokal
Gerbang Masjid Agung Keraton Surakarta bergaya Arab-Persia (Gambar: Google)

Jatengkita.id – Di tengah hiruk pikuk Kota Solo yang tak pernah sepi, berdiri megah sebuah bangunan tua yang seolah menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, yaitu Masjid Agung Keraton Surakarta.

Suara azan yang menggema dari menaranya bukan sekadar panggilan ibadah. Ternyata, ada gema sejarah panjang yang menyertai perjalanan peradaban Mataram Islam di tanah Jawa.

Masjid ini bukan hanya tempat sujud bagi umat Islam, tetapi juga saksi bisu atas lahirnya tradisi, budaya, dan kekuasaan yang berpadu dalam harmoni antara Islam dan kearifan lokal Jawa.

Jejak Sejarah: Dari Geger Pecinan hingga Berdirinya Masjid Agung

Masjid Agung Keraton Surakarta berdiri di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Letaknya ada tepat di barat Alun-Alun Utara dan menjadi bagian penting dari tata ruang kerajaan.

Awal kisahnya berawal dari peristiwa Geger Pecinan tahun 1743 yang mengguncang Kartasura. Setelah kehancuran tersebut, Sunan Pakubuwono II memutuskan memindahkan pusat kerajaan ke wilayah baru yang kini dikenal sebagai Surakarta.

Pembangunan masjid dimulai pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono III pada tahun 1757 dan selesai sekitar tahun 1768. Sejak awal, masjid ini berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat dakwah, pendidikan agama, dan ritual keagamaan kerajaan.

Fakta tersebut menjadikannya bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual dan politik keraton.

Sejarah Pasar Klewer Solo, Denyut Kearifannya Masih Eksis

Keindahan Arsitektur: Simbol Harmoni Islam dan Jawa

Arsitektur Masjid Agung Keraton Surakarta menjadi bukti nyata perpaduan budaya Islam, Jawa, dan pengaruh luar seperti Persia serta Eropa.

Atapnya berbentuk tajug tumpang tiga, melambangkan tiga pilar spiritual Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Di puncaknya, terdapat mustaka (mahkota) yang menjadi simbol kesempurnaan iman.

Serambi masjid yang luas dihiasi dengan tiang-tiang bergaya Eropa Doric, menandakan adanya pengaruh kolonial dalam renovasi pada abad ke-19.

Gerbang utamanya bergaya Arab-Persia. Sedangkan area dalamnya mempertahankan nuansa sakral khas arsitektur Jawa, lengkap dengan saka guru dari kayu jati yang kokoh berdiri lebih dari dua abad lamanya.

Dengan luas kompleks sekitar 19 ribu meter persegi, kawasan masjid dikelilingi tembok setinggi lebih dari tiga meter. Tembok ini membatasi area sakral ini dari hiruk pikuk kota di sekitarnya.

Masjid Agung Keraton Surakarta
Bagian dalam Masjid Agung Keraton Surakarta (Gambar: linggaupos.bacakoran.co)

Peran dan Perkembangan di Masa Kini

Kini, Masjid Agung Keraton Surakarta tidak hanya menjadi pusat ibadah umat Islam. Masjid ini juga menjadi destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi peziarah dan wisatawan.

Setiap tahun, masjid ini menjadi lokasi utama penyelenggaraan tradisi Sekaten, sebuah warisan budaya peninggalan Walisongo dan Mataram Islam yang hingga kini masih dilestarikan.

Pengelolaan masjid dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan antara pelestarian nilai sejarah dan kebutuhan umat modern. Pemerintah, Keraton, serta masyarakat bahu membahu menjaga keaslian struktur dan fungsi masjid agar tetap menjadi simbol keharmonisan antara budaya dan agama.

Revitalisasi area sekitar masjid juga dilakukan secara hati-hati, misalnya, menghadirkan penerangan yang ramah lingkungan, area parkir tertata, dan fasilitas wudu modern tanpa mengubah arsitektur klasiknya.

Tantangan dan Harapan

Meski telah berusia lebih dari 250 tahun, Masjid Agung Keraton Surakarta tetap tegak berdiri dengan segala keanggunannya.

Namun, perawatan rutin dan pelestarian struktur kayu menjadi tantangan tersendiri agar bangunan bersejarah ini tidak kehilangan keasliannya di tengah derasnya arus modernisasi.

Masyarakat dan pihak Keraton berharap, masjid ini dapat terus menjadi ruang spiritual sekaligus warisan budaya. Dengan begitu, eksistensinya bisa mendidik generasi muda tentang pentingnya menjaga nilai-nilai Islam dan tradisi luhur bangsa.

Masjid Agung Keraton Surakarta bukan sekadar bangunan tua yang menua bersama waktu, tetapi juga simbol hidup dari keteguhan iman, kebesaran budaya, dan persatuan antara Islam dan kearifan lokal Jawa.

Serunya Tur Keraton Surakarta, Edukatif dan Entertain!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *