Didik Sudrajat, Dalang Muda yang Jadikan Seni Bagian Kehidupan

Didik Sudrajat, Dalang Muda yang Jadikan Seni Bagian Kehidupan
Didik Sudrajat sebagai lakon Jajak Gareng (Foto : Arsip)

Jatengkita.id – Didik Sudrajat atau akrab disapa Jajak adalah pegiat seni yang punya dedikasi tinggi untuk melestarikan budaya Jawa. Di usianya yang masih tergolong muda, yaitu 28 tahun, ia aktif sebagai dalang wayang kulit dan pranatacara (pembawa acara dalam even pernikahan adat Jawa). Totalitasnya menggeluti seni pertunjukan dan seni tutur ini dilatarbelakangi oleh kecintaan pada seni.

Jajak mulai mengakrabi kesenian Jawa sejak duduk di bangku sekolah dasar. Bermula dari hobi, rupanya ada bakat juga yang ia tunjukkan dan terus meningkatkan keterampilan agar bisa menguasai jenis kesenian lainnya. Selama masa sekolah di SMP Negeri 1 Wirosari dan SMA Negeri 1 Wirosari, ia mahir dalam karawitan (seni gamelan dan suara) dan geguritan (puisi Bahasa Jawa). Jajak kemudian melanjutkan studinya di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Jawa Tengah di jurusan perdalangan.

(Foto : Pinterest)

Selain sebagai dalang dan pranatacara, Jajak juga sering bermain peran sebagai Gareng, yang karena itulah mendapat julukan Jajak Gareng. Ia menjadi pelawak saat ikut pagelaran wayang kulit dan menjadi pewara saat di acara campursari.

Jajak sudah sering melanglang buana ke beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah, seperti Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati, dan Kota Salatiga. Hingga saat ini, ia mulai merambah ke area Jawa Timur seperti Nganjuk dan Bojonegoro. Jajak tak hanya terjun di even hajatan pernikahan atau sedekah bumi, namun juga menerima tawaran manggung resmi dari Pemerintah Kabupaten/Kota.

Adapun tema yang dibawakan saat manggung sebagai dalang, disesuaikan dengan kebutuhan pentas. Contohnya saat even pernikahan, tema yang akan diusung juga seputar pernikahan atau lahiran. Sedangkan saat even sedekah bumi, tema yang dibawakan adalah wahyu-wahyu seperti wahyu ketentraman, wahyu pangan sandhang, dan sebagainya.

Perlu diketahui, UNESCO mengakui seni pertunjukan wayang kulit di Indonesia sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada tahun 2003. Tentu ini menjadi salah satu aset kekayaan budaya Indonesia yang tidak bisa diabaikan pelestariannya.

Dyah Ayu Saraswaty (Foto : Arsip)

Tidak sendiri, Jajak juga sering manggung dengan istrinya, Dyah Ayu Saraswaty, yang juga menggeluti kesenian Jawa. Dyah lebih memfokuskan pada seni suara sebagai sinden. Keduanya merupakan alumni ISI Surakarta yang kini berdomisili di Kabupaten Grobogan, tepatnya Kecamatan Wirosari, Desa Gedangan. Dikaruniai satu orang anak, keluarga kecil ini benar-benar bernafaskan kesenian Jawa.

Upaya Regenerasi

Untuk menunjang penampilan sebelum pertunjukkan, Jajak kerap berlatih dengan tim di Paguyuban Kalimasada. Ini merupakan langkah persiapan untuk menyesuaikan tata panggung, lakon, dan lain-lain. Selain berlatih, Jajak dan anggota lain juga terkadang mengadakan musyawarah. Bahkan, paguyuban ini memfasilitasi anak-anak untuk latihan tari dan ke depan berencana akan mengembangkan fasilitas untuk karawitan dan seni teater tradisional (Ketoprak).

Langkah di atas merupakan upaya pengkaderan untuk mencari generasi penerus seniman Jawa. Mengingat, banyak kebudayaan asli daerah banyak mendapat gempuran di tengah lalu lintas budaya asing seperti Eropa, Amerika, dan yang masih santer adalah Jepang dan Korea.

Jajak sendiri tidak menampik bahwa peminat kesenian Jawa mengalami penurunan. Beberapa faktor menjadi alasan, seperti minimnya ketersediaan dana untuk nanggap (sewa) atau kurangnya pengenalan identitas Jawa itu sendiri pada generasi sekarang.

Meskipun demikian, ia dan istrinya tetap bertahan di industri ini sembari nguri-uri budaya Jawa. Bagi mereka, seni adalah bagian dari hidup yang tidak hanya untuk kepentingan materi, tetapi lebih kepada ekspresi jiwa. Seni nek dituku larang, nek dijaluk tak wenehke (seni bila dibeli mahal, tapi jika diminta akan aku berikan). Begitulah prinsip yang ia teguhkan hingga kini. Ya, dalam setiap masa harus ada sosok seperti  Didik Sudrajat yang bertekad melestarikan budaya Jawa sebagai warisan leluhur yang bisa diambil nilai kebaikannya.

Baca juga : Bukan Sekadar Make Up, Riasan Pengantin Jawa Ternyata Sarat Makna!

Rekomendasi untuk anda : Mengenal Sangkara Musik, Grup Musik Jawa Asal Pacitan yang Terus Bersinar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *