Jemunak, Kudapan Ramadan Muntilan yang Melegenda

Jemunak, Kudapan Ramadan Muntilan yang Melegenda
https://desagunungpring.magelangkab.go.id/

Jatengkita.id – Ketika bulan suci Ramadan tiba, aneka hidangan khas mulai bermunculan untuk menjadi sajian istimewa saat berbuka puasa. Di antara beragam kuliner yang menarik perhatian, terdapat Jemunak, sebuah makanan tradisional yang berasal dari Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Keistimewaan jemunak tidak hanya terletak pada cita rasanya yang khas, tetapi juga pada keberadaannya yang tergolong langka. Hal ini karena kuliner tersebut hanya dapat ditemukan dan dinikmati selama bulan Ramadan. 

Asal Usul dan Bahan Baku Sederhana

Jemunak, konon, sudah menjadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat Gunungpring sejak puluhan tahun yang lalu. Resepnya diwariskan secara turun-temurun, menciptakan cita rasa yang autentik dan tak lekang oleh waktu.

Beberapa pendapat menyebutkan bahwa berbagai makanan berbahan dasar singkong, termasuk jemunak, memiliki makna simbolis sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap pengaruh budaya Eropa, khususnya Belanda, yang memperkenalkan roti sebagai makanan utama.

Sementara itu, penamaan “jemunak” diyakini berasal dari ungkapan “ujung-ujung ketemu penak” yang bermakna “pada akhirnya akan merasakan kenikmatan”.

Meski tampil sederhana, jemunak dibuat dari bahan-bahan alami seperti singkong, beras ketan, kelapa parut, gula jawa, serta dibungkus dengan daun pisang, yang semakin menambah cita rasa khasnya.

Baca juga : 5 Kuliner Ramadan dari Berbagai Daerah di Indonesia

Proses Pembuatan yang Membutuhkan Kesabaran

Pembuatan jemunak sebenarnya bukanlah proses yang sulit. Butuh ketelatenan serta perhatian pada setiap tahapannya agar hasilnya memiliki cita rasa yang autentik. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam membuat jemunak dengan cara tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Jemunak
(Gambar : jadesta.kemenparekraf.go.id)
  1. Singkong dikupas dan diparut
  2. Beras ketan dimasak hingga setengah matang, lalu dikukus bersama dengan singkong parut hingga matang
  3. Setelah matang, campuran singkong dan ketan ditumbuk hingga halus
  4. Adonan yang telah ditumbuk ditaburi dengan parutan kelapa yang sudah dikukus dan disiram dengan gula jawa cair
  5. Terakhir, adonan dibungkus dengan daun pisang

Dalam proses pembuatan jemunak, Ponisih, salah seorang pengrajin makanan tradisional ini, menjelaskan bahwa tahap memarut singkong sebaiknya dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan.

Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tekstur singkong tetap terjaga dan dapat menyatu dengan beras ketan secara sempurna, sehingga menghasilkan konsistensi yang tepat.

Selain itu, penggunaan tungku berbahan bakar kayu juga menjadi faktor penting dalam menjaga keaslian rasa jemunak. Teknik memasak dengan tungku kayu diyakini mampu memberikan aroma khas serta cita rasa autentik yang sulit ditiru jika menggunakan metode modern. 

Popularitas dan Pelestarian yang Terus Terjaga

Walaupun hanya tersedia selama bulan Ramadan, Jemunak tetap menjadi sajian favorit yang selalu diburu oleh masyarakat. Tak hanya warga lokal, para pembeli dari luar daerah, seperti Yogyakarta dan Temanggung, rela menempuh perjalanan jauh demi mencicipi kelezatan kuliner tradisional ini.

Bahkan, beberapa pelanggan sengaja memesan jemunak dalam jumlah besar untuk dibawa ke luar pulau, seperti Kalimantan, sebagai oleh-oleh khas Muntilan. 

Ponisih menekuni usaha ini selama lebih dari dua dekade. Ia mengungkapkan bahwa permintaan selalu melonjak setiap bulan Ramadan. Setiap harinya, ia dapat mengolah hingga 25 kilogram singkong untuk menghasilkan sekitar 700 bungkus jemunak.

Meski proses pembuatannya membutuhkan ketelatenan, harga jemunak tetap terjangkau bagi masyarakat, yakni berkisar antara Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per-bungkus. 

Jemunak bukan sekadar hidangan, tetapi juga simbol dari kesederhanaan, kebersamaan, dan kehangatan bulan Ramadan. Setiap suapan jemunak menghadirkan perpaduan cita rasa yang khas, membawa kenangan akan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Lebih dari sekadar makanan, jemunak mengandung makna mendalam tentang nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Ramadan-tentang berbagi, menghargai warisan budaya, serta menjaga kekayaan kuliner tradisional agar tetap lestari untuk generasi mendatang.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *