Jatengkita.id – Ramadan menjadi bulan yang dimeriahkan dengan beragam makanan untuk berbuka maupun santapan sahur. Karenanya, kegiatan berburu kuliner Ramadan menjadi aktivitas yang sayang untuk dilewatkan.
Keanekaragaman budaya Indonesia melahirkan berbagai macam kuliner khas yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Ragam makanan tersebut tentu memperkaya kuliner nusantara sekaligus menjadi identitas bagi masyarakatnya.
Dalam artikel ini, kami akan merangkum ragam kuliner Ramdan dari berbagai daerah di Indonesia.
- Kicak

Salah satu kuliner di Kota Yogyakarta yang diburu ketika bulan Ramadan adalah Kicak yang dikenal dari Kampung Kauman. Selama Ramadan, pasar jajanan rutin dibuka di Kampung Kauman dan sudah menjadi sebuah tradisi dari tahun ke tahun. Uniknya, kuliner ini hanya tersedia saat bulan Ramadan saja.
Kicak dibungkus menggunakan daun pisang yang khas. Takjil dengan rasa manis bercampur gurih ini dibuat dari ketan yang diberi santan, nangka, dan kelapa parut, sehingga menguarkan aroma yang menggugah selera.
Dulunya, Kicak dibuat dari singkong dengan sedikit perubahan pada bahan utamanya. Menurut cerita masyarakat lokal, takjil ini pertama dibuat tahun 1970-an oleh Mbah Wono. Ia merupakan warga asli Kampung Kauman dan sudah berprofesi sebagai penjual makanan sejak lama.
Pada saat itu, Mbah Wono menjajakan Kicak di pasar sore yang lokasinya ada di Kauman. Karena enak dan mengenyangkan, banyak yang menyukainya dan dijadikan sebagai menu takjil. Akhirnya, Kicak kian populer dan menjadi makanan khas Yogyakarta hingga sekarang.
- Bongko Kopyor

Bongko Kopyor alias bubur nangka dan kelapa kopyor adalah takjil yang sangat terkenal, khususnya di Gresik, Jawa Timur. Nama “bongko kopyor” merupakan singkatan dari nama makanan dalam bahasa Indonesia, yaitu bubur nangka dan kelapa kopyor.
Kuliner Ramadan ini terbuat dari bubur mutiara, nangka, roti tawar, kelapa muda, pisang, dan santan yang kemudian dibungkus dengan daun pisang lalu dikukus. Makanan ini bertekstur sangat lembut karena penghalusan bahan-bahan utamanya, yaitu nangka dan kelapa muda.
Bongko Kopyor juga mudah ditemukan di pinggir jalan ketika bulan Ramadan yang menjadi buruan banyak orang saat detik-detik menuju berbuka. Kudapan bercita rasa manis dan gurih ini sepintas mirip dengan bubur sumsum.
Perbedaannya terletak pada rasanya, di mana Bongko Kopyor memiliki cita rasa legit, gurih, dan lembut saat di makan. Menu ini sangat pas dijadikan menu berbuka karena rasanya yang menyegarkan, mengenyangkan, dan dapat memulihkan tenaga. Harganya pun ekonomis.
- Bubur Kanji Rumbi

Kuliner Ramadan ini tidak bisa dijumpai di daerah lain karena hanya ada di Kota Aceh. Masjid-masjid di provinsi berjuluk “Serambi Makkah” ini biasanya membagikan Bubur Kanji Rumbi kepada masyarakat.
Bahan utama untuk membuat makanan tradisional ini berasal dari beras. Makanan ini sangat sehat karena kaya rempah-rempah, seperti jahe, kunyit, ketumbar, merica, dan lainnya. Selain itu, Bubur Kanji Rumbi juga memiliki tambahan lain, seperti sayuran, potongan daging, udang, dan lainnya.
Bubur dengan warna kecokelatan ini memiliki aroma dan rasa rempah-rempah yang kuat. Hal ini karena resepnya dipengaruhi oleh masakan India. Hidangan ini merupakan warisan Sultan Aceh di masa lalu, di mana pada masa Kesultanan Aceh, bubur ini disajikan untuk para raja dan tamu istimewa kerajaan.
Tidak hanya mengenyangkan, bubur ini juga memiliki khasiat untuk kesehatan, seperti meredakan masuk angin, kolesterol, dan gangguan lambung.
Bubur Kanji Rumbi biasanya hanya mudah ditemui di momen-momen tertentu saja, seperti saat bulan Ramadan sehingga makanan ini dijadikan makanan spesial oleh masyarakat aceh.
Baca juga : Mengulik Sejarah Getuk dan Simbol Kesederhanaannya
- Mie Glosor

Kuliner Ramadan ini berasal dari Bogor, Jawa Barat. Keunikan Mie Glosor terlihat dari tampilannya yang mengilap dengan tekstur yang licin dan kenyal. Nama tersebut diambil karena mie yang menjadi bahan utamanya memiliki tekstur sangat licin, sehingga sangat mudah ditelan seperti meluncur begitu saja di tenggorokan.
Tekstur licin tersebut didapatkan karena bahan pembuatan mie bukan tepung terigu melainkan tepung aci. Mie ini berwarna kuning cerah mengilap karena dibuatn dengan kunyit dan teksturnya cenderung kenyal dan licin.
Mie Glosor dimasak dengan cara ditumis dengan bumbu bawang putih, bawang merah, kemiri, lada, gula, dan garam. Sedangkan untuk tambahannya ada pakcoy, sawi, atau sayuran lainnya. Mie glosor dapat ditemukan di pasar tradisional dengan harga terjangkau, dengan kemasan kantong-kantong plastik bening yang siap untuk dimasak.
Mie glosor diklaim sebagai makanan khas Bogor. Namun, jika menilik pada sejarahnya, ternyata Mie Glosor ini berasal dari Sukabumi yang kemudian menjadi terkenal dan digemari oleh masyarakat kota Bogor.
- Ketan Bintul

Ketan Bintul menjadi salah satu kuliner khas di Indonesia karena biasanya hanya dijual selama bulan Ramadan. Keberadaan ketan bintul di kalangan masyarakat Banten sudah berlangsung sejak abad ke-16. Ketan Bintul merupakan salah satu makanan favorit Sultan Maulana Hasanudin.
Selain disajikab untuk menjamu para bangsawan, kuliner Ramadan juga menjadi bekal dalam perjalanan serta berbuka puasa. Hal ini pun diteruskan sampai sekarang hingga masyarakat percaya berbuka puasa dengan Ketan Bintul sama halnya dengan menghargai dan menghormati para Sultan.
Ketan bintul merupakan hidangan sederhana namun kaya rasa yang terbuat dari ketan yang ditanak hingga pulen. Jamuan ini sekilas mirip jadah, karena sama-sama dari ketan dengan campuran santan. Hanya saja Ketan Bintul diberi taburan serundeng atau empal daging.
Serundeng ini bukan sekadar pelengkap, tetapi menjadi kunci kelezatan karena memberikan perpaduan rasa gurih dan manis yang menggugah selera. Sebagai pelengkap, ketan bintul biasanya dicocol dengan kuah semur daging dan ada pula yang menyantapnya dengan empal daging sapi.
Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!