Long Bumbung, Tradisi Unik Sambut Ramadan Ala Jaman Perang

Long Bumbung, Tradisi Unik Sambut Ramadan Ala Jaman Perang
(Gambar : suara.com)

Jatengkita.id – Menyambut bulan suci Ramadan, banyak sekali perayaan atau tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Perayaan tradisi tersebut merupakan hal yang umum karena diyakini memiliki makna yang mendalam.

Terlepas apakah tradisi tersebut dirayakan secara meriah atau sederhana, tentunya tujuan dari pelaksanaan tradisi ini amatlah sakral. Indonesia sebagai salah satu negara mayoritas penduduk muslim dan sangat plural, memiliki tradisi berbeda-beda untuk menyambut bulan suci Ramadan.

Biasanya, tradisi tersebut sudah dilakukan secara turun temurun dan masih terjaga hingga saat ini. Salah satu tradisi yang cukup unik dalam menyambut Ramadan adalah Long Bumbung yang berasal dari daerah Karanganyar.

Long Bumbung merupakan bentuk tradisi membunyikan meriam bambu. Melansir dari laman Good News from Indonesia, permainan ini terinspirasi dari merima yang digunakan Portugis pada masa penjajahan.

Seperti namanya, long bumbung terbuat dari pangkal bambu. Replika meriam bambu disulut oleh para remaja dan anak-anak menggunakan tetesan minyak. Bunyi meriam akan terdengan bersaut-sautan. Mereka memainkannya seolah sedang berada di medan peperangan.

Terbaru untuk Anda : Pemprov Jateng Adakan Mudik Gratis 2025, Simak Cara Daftar dan Syaratnya!

Umumnya, tradisi ini dilakukan bersama di lapangan dengan mengundang banyak orang untuk ikut meramaikannya. Tradisi ini digelar di lapangan Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Karangannyar. Warga desa setempat membawa potonganbambu besar dan memeriahkan suasana.

Tradisi Long Bumbung
(Gambar : suara.com)

Warga Desa Gondosuli tetap melestarikan tradisi Long Bumbung yang sudah ada sejak dulu. Suara dentuman bambu yang berdiameter besar ini menjadi penyambut Ramadan yang dimeriahkan oleh masyarakat sekitar. Permainan ini tentu menjadi wujud syukur dan suka cita masyarakat.

Long Bumbung dapat melatih kreativitas anak. Pasalnya, permainan ini bukanlah permainan modern yang bisa dibeli, namun harus dibuat sendiri dengan kreasi sesuai selera yang diinginkan.

Selain itu, permainan ini juga memupuk keberanian anak karena memiliki banyak risiko. Sehingga, para epmain harus hati-hati dan waspada.

Tradisi ini juga sebagai sarana untuk membangkitkan semangat masyarakat dalam menyambut bulan suci yang penuh berkah. Dalam menjaga kelestarian ini, masyarakat pun setiap tahun mengadakan Festival Long Bumbung yang digelar di lapangan yang agak jauh dari pemukiman penduduk.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *