Jatengkita.id – Menurut beberapa sumber penelitian, bukan sebuah kemustahilan adanya potensi daerah pesisir utara Jawa Tengah tenggelam dalam periode waktu tertentu.
Jika melihat beberapa minggu ke belakang, bencana banjir menjadi momok besar di Provinsi Jawa Tengah. Bahkan, di beberapa wilayah seperti pesisir utara Pulau Jawa, banjir agaknya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi penduduk disana.
Naiknya intensitas hujan di beberapa wilayah ditambah kondisi geografis menjadi beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana banjir di Jawa Tengah. Tak bisa dipungkiri bahwa bencana banjir di Jawa Tengah sudah menimbulkan berbagai macam kerugian, baik secara material maupun korban jiwa.
KIARA (Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan) beberapa waktu yang lalu merilis mengenai bebebapa wilayah pesisir seperti Desa Timbulsloko, Bedono, dan Sriwulan, Kabupaten Demak, kini menjadi rawa atau lautan.
Sementara Desa Tirto, Wonokerto, Pekalongan serta Desa Pandan Sari di Brebes tenggelam karena abrasi. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai berbagai kemungkinan serta fenomena yang mengakibatkan munculnya anggapan mengenai potensi Jawa Tengah tenggelam.
Penyebab Utama Kemungkinan Tenggelamnya Daerah Pesisir Jawa Tengah
- Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)
Seperti namanya, fenomena land subsidence adalah fenomena di mana tanah yang kita pijak sehari-hari mengalami penurunan.
Menurut beberapa studi dijelaskan bahwa fenomena penurunan muka tanah sendiri bisa disebabkan karena adanya aktivitas geologi, banyaknya strukltur bangunan yang membebani muka tanah, serta aktivitas pengambilan sumber daya di bawah tanah.
Faktor lain yang turut memengaruhi fenomena ini adalah struktur dan jenis tanah itu sendiri. Mengutip dari situs resmi Kementrian ESDM RI dijelaskan bahwa pada beberapa wilayah pesisir utara Jawa Tengah seperti Kendal, Semarang, Demak dan Pekalongan sangat mudah mengalami penurunan muka tanah.
Menurut kajian yang dilakukan oleh Kajian Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGL) Badan Geologi Kementerian ESDM, dijelaskan bahwa beberapa wilayah mengalami penurunan antara 6-10 sentimeter per-tahun, dengan Semarang mencapai lebih dari 10 sentimeter per-tahun.
2. Kenaikan Permukaan Air Laut
Salah satu faktor utama dari adanya kenaikan permukaan air laut adalah perubahan iklim global. Perubahan iklim secara global mempengaruhi adanya pencairan es di kutub, sehingga secara tidak langsung volume air laut akan meningkat.
Studi di Kecamatan Sayung, Demak, menunjukkan bahwa tinggi genangan pada Maret 2023 mencapai 56.7 sentimeter, dengan penurunan muka tanah antara 7-21 sentimeter per-tahun selama periode 2021 hingga 2023.
Luas total genangan banjir rob di daerah tersebut mencapai 1.266,52 hektar. Adanya kenaikan air laut ini juga memperburuk kondisi banjir rob yang sering terjadi di wilayah pesisir utara Jawa Tengah.
3. Aktivitas Manusia
Pembangunan infrastruktur yang tidak mempertimbangkan aspek lingkungan, seperti pembangunan tambak dan penggalian pasir, turut mempercepat proses abrasi dan penurunan muka tanah.
Selain itu, pengambilan air tanah secara berlebihan untuk keperluan industri dan domestik menyebabkan tanah menjadi amblas.

Artikel terkait : Ancaman Ketahanan Ekosistem Mangrove Pantura
Dampak yang Dirasakan
- Kerugian Ekonomi
Banjir rob yang rutin terjadi mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Di Kota Pekalongan, misalnya, banjir menyebabkan kerusakan pada infrastruktur dan mengganggu aktivitas perdagangan.
Meskipun telah dibangun tanggul laut sepanjang 7.2 kilometer, daerah seperti Kelurahan Degayu masih mengalami genangan saat hujan lebat. Hal ini menunjukkan bahwa solusi struktural saja belum cukup efektif.
- Kerusakan Lingkungan
Abrasi pantai menyebabkan hilangnya lahan pertanian dan hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan gelombang. Di Kabupaten Demak, lahan pertanian mulai tenggelam, dan beberapa area yang dulunya daratan kini telah menjadi bagian dari laut.
- Dampak Sosial
Masyarakat pesisir terpaksa beradaptasi dengan kondisi yang semakin sulit. Beberapa desa, seperti Timbulsloko, Bedono, dan Sriwulan di Kabupaten Demak, kini berubah menjadi rawa atau lautan. Kondisi ini memaksa penduduknya untuk pindah atau beradaptasi dengan kondisi baru.
Upaya Penanggulangan
- Pembangunan Infrastruktur
Pemerintah telah membangun tanggul laut dan pompa air untuk mengatasi banjir rob. Namun, seperti yang terjadi di Pekalongan, solusi ini belum sepenuhnya efektif tanpa diimbangi dengan pengelolaan air yang baik dan pengendalian penurunan muka tanah. - Rehabilitasi Ekosistem Pesisir
Penanaman kembali hutan mangrove dan pembuatan struktur penahan gelombang alami dapat membantu mengurangi abrasi dan melindungi garis pantai. Upaya ini juga berfungsi sebagai habitat bagi berbagai spesies dan mendukung keberlanjutan ekosistem pesisir. - Pengelolaan Air Tanah
Pengendalian ekstraksi air tanah dengan menerapkan regulasi yang ketat dan mencari sumber air alternatif sangat penting untuk mencegah penurunan muka tanah lebih lanjut.
Pemerintah daerah perlu bekerja sama dengan industri dan masyarakat untuk memastikan penggunaan air yang berkelanjutan. - Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat
Edukasi dan pelibatan masyarakat dalam upaya mitigasi dan adaptasi sangat penting. Masyarakat perlu diberikan pemahaman tentang penyebab dan dampak penurunan muka tanah serta dilibatkan dalam program-program rehabilitasi lingkungan.
Follow akun instagram Jatengkita untuk konten menarik lainnya!