Rakaat Salat Tarawih 11 dan 23 Rakaat, Pilih yang Mana?

Rakaat Salat Tarawih 11 dan 23 Rakaat, Pilih yang Mana?
(Gambar : istockphoto.com)

Jatengkita.id – Salat tarawih adalah ibadah sunnah yang hanya dilakukan di bulan Ramadan. Salat ini menjadi bagian dari rangkaian ibadah malam yang dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, terdapat perbedaan dalam jumlah rakaat salat tarawih yang dilakukan oleh umat Islam.

Ada yang melaksanakan 11 rakaat, ada pula yang 23 rakaat. Perbedaan ini sering kali menjadi bahan diskusi di kalangan umat Muslim.

Sebagian orang berpegang pada praktik yang dilakukan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang melaksanakan 23 rakaat, sementara sebagian lainnya mengikuti hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW melaksanakan salat tarawih sebanyak 11 rakaat.

Artikel ini akan membahas perbedaan antara salat tarawih 11 dan 23 rakaat serta keutamaan dari keduanya. Hampir semua ulama mengatakan, tidak ada batas maksimal untuk jumlah rakaat salat tarawih.

Di antara dalil yang menunjukkan tidak ada batas untuk jumlah rakaat salat tarawih adalah hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,

Ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi SAW mengenai tata cara salat lail. Kemudian beliau menjelaskan,

صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً ، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى

“Salat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Jika kalian takut masuk waktu subuh, maka kerjakanlah satu rakaat, untuk menjadi witir bagi salat-salat sebelumnya”. (HR. Bukhari 990 dan Muslim 749)

Hadis ini bersifat umum, mencakup salat malam yang dikerjakan di luar Ramadan maupun ketika Ramadan.

rakaat salat tarawih
(Gambar : istockphoto.com)

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa salat malam dilakukan dengan dua rakaat-dua rakaat tanpa menentukan batasan jumlah rakaatnya. Rasulullah hanya memberikan pedoman,

“Jika kalian khawatir masuk waktu subuh, maka kerjakanlah satu rakaat sebagai witir untuk menyempurnakan salat sebelumnya.”

Seandainya terdapat ketentuan jumlah rakaat tertentu untuk salat malam, tentu Rasulullah SAW akan menjelaskannya.

Ibnu ‘Abdil Barr (Ulama Malikiyah) mengatakan,

أن صلاة الليل ليس فيها حد محدود وأنها نافلة وفعل خير وعمل بر فمن شاء استقل ومن شاء استكثر

“Bahwa salat malam tidak memiliki batasan jumlah rakaat tertentu. Salat malam adalah salat sunah, amal salih dan perbuatan baik. Siapa saja boleh mengerjakan dengan jumlah rakaat sedikit, dan siapa yang mau, bisa mengerjakan dengan banyak rakaat”. (At-Tamhid  Syarh al-Muwatha’, 21/70)

Tidak Lebih dari 13 Rakaat

A’isyah pernah ditanya oleh murid-muridnya tentang bagaimana cara Nabi SAW salat malam. Jawab A’isyah radhiyallahu ‘anha,

مَا كَانَ يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً

“Beliau tidak pernah menambahi lebih dari 11 rakaat, baik di dalam Ramadan maupun di luar Ramadan.” (HR. Bukhari 3569)

Dalam riwayat lain, A’isyah mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى مِنَ اللَّيْلِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan salat malam sebanyak 13 rakaat.” (HR. Abu Daud 1340)

Para ulama memahami, hadis ini bukanlah pembatasan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melarang lebih dari 13. Yang diceritakan Aisyah adalah kebiasaan jumlah rakaat salat lail yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

(gambar : istockphoto.com)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

أن نفس قيام رمضان لم يوقت النبي صلى الله عليه وسلم فيه عددا معينا ؛ بل كان هو – صلى الله عليه وسلم – لا يزيد في رمضان ولا غيره على ثلاث عشرة ركعة لكن كان يطيل الركعات

“Bahwa salat malam di bulan Ramadan tidaklah dibatasi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan bilangan tertentu. Namun yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah beliau tidak menambah di bulan Ramadan atau bulan lainnya lebih dari 13 rakaat, akan tetapi beliau memperpanjang rakaatnya.… Barangsiapa yang mengira bahwa salat malam di bulan Ramadan memiliki bilangan rakaat tertentu yang ditetapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak boleh ditambahi atau dikurangi dari jumlah rakaat yang beliau lakukan, sungguh dia telah keliru.”(Majmu’ al-Fatawa, 22/272).

Kemudian beliau menyebutkan, bahwa dulu ada yang salat tarawih 40 rakaat dan witir dengan 3 rakaat. Ada juga yang tarawih 36 rakaat dan witir dengan 3 rakaat. Semuanya dibolehkan.

Yang Lebih Afdhal, 11 atau 23?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

“Tatkala ‘Umar mengumpulkan manusia dan Ubay bin Ka’ab sebagai imam, dia melakukan salat sebanyak 20 rakaat kemudian melaksanakan witir sebanyak tiga rakaat. Namun ketika itu bacaan setiap rakaat lebih ringan dengan diganti rakaat yang ditambahkan. Karena melakukan semacam ini lebih ringan bagi makmum daripada melakukan satu rakaat dengan bacaan yang begitu panjang.” (Majmu’ al-Fatawa, 22/272)

Praktik di atas menunjukkan bahwa jumlah bukan acuan utama penilaian. Karena ini kembali kepada mana yang lebih berkualitas. Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk : 2)

(Gambar : istockphoto.com)

Salah satu faktor yang memengaruhi kualitas salat adalah kekhusyukan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi makmum. Oleh karena itu, Syaikhul Islam menyimpulkan bahwa yang paling utama adalah menyesuaikan dengan keadaan makmum. Beliau menyatakan,

والأفضل يختلف باختلاف أحوال المصلين فإن كان فيهم احتمال لطول القيام فالقيام بعشر ركعات وثلاث بعدها . كما كان النبي صلى الله عليه وسلم يصلي لنفسه في رمضان وغيره هو الأفضل وإن كانوا لا يحتملونه فالقيام بعشرين هو الأفضل

“Yang paling afdhal, berbeda-beda sesuai kondisi orang yang salat. Jika mereka bisa diajak berdiri lama, maka tarawih dengan 10 rakaat dan 3 rakaat setelahnya lebih bagus. Seperti yang dilakukan sendiri oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di bulan Ramadan dan di luar Ramadan. Namun jika mereka tidak kuat berdiri lama, tarawih 20 rakaat lebih afdhal. (Majmu’ al-Fatawa, 22/272

Sayangnya, masih banyak praktik salat tarawih yang kurang optimal di sekitar kita. Beberapa masjid yang melaksanakan 23 rakaat sering kali melakukannya dengan sangat cepat hingga kurang memperhatikan thuma’ninah.

Bahkan ada yang menyelesaikannya dalam waktu kurang dari setengah jam. Sementara itu, masjid yang melaksanakan 11 rakaat justru memakan waktu sekitar setengah jam. Dalam hal jumlah rakaat, seharusnya tidak mengorbankan kualitas, karena thuma’ninah merupakan bagian dari rukun shalat.

Terbaru untuk Anda : Ketika Cinta Bertasbih : Lebih dari Sekadar Romansa

Salat tarawih merupakan ibadah yang memiliki fleksibilitas dalam jumlah rakaatnya. Perbedaan antara 11 dan 23 rakaat tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan di antara umat Islam. Keduanya memiliki dasar dan keutamaan masing-masing.

Yang lebih penting daripada rakaat salat tarawih adalah kekhusyukan dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah ini. Baik 11 maupun 23 rakaat, keduanya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan keberkahan Ramadan.

Sebagai umat Islam, kita harus menghormati perbedaan ini dan tidak mempermasalahkannya. Selama salat tarawih dilakukan dengan penuh keimanan dan kekhusyukan, maka insya Allah akan mendapatkan pahala yang besar.

Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai perbedaan salat tarawih 11 dan 23 rakaat, serta membantu kita untuk menjalankan ibadah dengan lebih baik selama bulan Ramadan.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *